Chapter 1

23 5 8
                                    

Bunyi alarm memecah keheningan di kamarku, segera ku matikan benda yang sudah mengganggu tidur nyenyakku berkali kali. Aku merenggangkan otot otot tubuhku dan menggeliat di atas benda persegi yang besar dan empuk. Cahaya matahari menembus jendela kamarku dan menusuk ke dalam mataku. Burung burung berkicauan diluar sana, tanda hari yang gelap telah berganti menjadi pagi yang cerah.

Tok tok tok..

Seseorang mengetuk pintu kamarku dan terdengar samar samar suara wanita yang berucap, "Letha, mama masuk ya."

Pintu kamarku terbuka dan memperlihatkan wanita paruh baya berparas cantik tengah berdiri di sana sembari menatapku.

"Ada apa ma?" Tanyaku sembari mengucak mataku beberapa kali.

"Kamu ingat kan hari ini kita akan pindah, semua sudah bersiap dan sedang sibuk membawa barang barang ke dalam mobil bak." Jawabnya seraya berjalan ke arahku kemudian duduk di bibir kasur.

"Ah iya, aku lupa. Kalau begitu aku mandi dulu ya ma." Ucapku menampilkan senyumku, lalu aku segera bergegas untuk turun dari atas kasur.

"Letha," panggil mama yang menghentikan langkah kakiku.

"Ya?" Jawabku menoleh kearahnya.

"Setelah mandi kamu bereskan barang barangmu saja, mobil baknya akan segera pergi. Jadi kita akan berangkat belakangan dan makan dahulu di jalan. Kamu mengerti?" Jelasnya.

"Siap ma." Ucapku penuh semangat. Mama pun tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang sangat aku irikan.

Setelah mandi, sesuai permintaan mama aku membungkus barang barangku kedalam benda persegi yang memiliki ruang lebih untuk menyimpannya. Kususun dengan rapi dan sangat hati hati.

"Hai adik kecil, perlu bantuan?" Tawar kak Leon sembari merangkulku.

"Tidak perlu, lagipula aku sudah besar." Jawabku segan.

"Kau jutek sekali, apa kau marah padaku?" Tanya nya yang membuatku merasa sedikit terganggu.

"Apa kau tidak lihat? Aku sedang membenahi barang barangku, dan kau sangat menggangguku, kau paham?" Ucapku kesal.

"Hei apa kau tidak ingat kata kata paman Fredy? Jika kau selalu marah marah, nanti kulitmu akan mengeriput dan rambut mu akan berubah warna menjadi putih. Apa kau mau?" Cetus kak Leon.

"Wah, bukannya rambut putih itu sangat keren?" Ucapku meladeni celotehan kak Leon.

"Ck! kau sudah tidak seru, waktu kecil ketika aku menakutimu dengan kata kata ini kau akan bilang, 'apa benar kulitku akan mengeriput dan rambutku akan memutih seperti nenek?'. Hahaha waktu itu kau lugu sekali, kau sangat percaya dan sangat ketakutan." Ucapnya sembari tertawa renyah.

"Apa kau sudah selesai meledekku?" Jengkel ku.

"Haha oke oke, i will be quite." Ucapnya kemudian pergi meninggalkanku.

Huft! Dia sangat menjengkelkan, tapi walaupun begitu, dia adalah kakak terbaik bagiku.

Senyumku melebar ketika membayangkan tentang kak Leon. Dia adalah pelindungku, waktu kecil aku sering diganggu dan dijahili oleh tetangga sekomplek. Dia selalu datang dan berkata, "Tidak ada yang boleh mengganggunya kecuali diriku." Walau sangat menjengkelkan, tapi dengan umur yang terpaut tiga tahun dia adalah pria dewasa yang sangat sayang dengan keluarganya. Termasuk diriku. Jika ada yang menggangguku selain dia, orang itu tidak akan kembali kerumahnya. Haha lucu sekali.

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang