Aku membuka mataku perlahan, kulirik sekitarku yang masih terlihat buram. Ku kerjapkan kedua mataku berkali kali agar memperjelas penglihatan ku. Terpampang jelas ruangan yang didominasi warna putih bernuansa cokelat dan barang barang yang sedikit terlihat kusam, berbagai bingkai dan pajangan melekat di tembok sisi kanan dan kiri. Dan terlihat seorang wanita tua berparas cantik nan elegan sedang tertidur pulas di atas kursi menungguku bangun dari tidur.
"Nenek?" Aku pun duduk di bibir kasur, sedikit mengguncangnya dan membuatnya tersadar. Perlahan dia membuka matanya dan menatapku dengan lesu.
"Kamu sudah bangun? Nenek khawatir sekali." Tanya nenek pelan.
"Maafkan aku yang telah membuatmu khawatir, aku akan mencoba menjadi anak yang tangguh dan kuat. Aku juga akan mencoba untuk merelakan kepergian keluarga ku. Terimakasih sudah menjagaku nek." Jawabku tulus mengingat keluarga ku yang sudah tiada. Rasanya perih, sakit dihatiku melebihi rasa sakit apapun di dunia. Tapi aku harus menjadi dewasa, perlahan akan kucoba untuk merelakan kepergian mereka.
"Kamu jangan mengatakan hal yang membuat nenek khawatir Aletha, seperti tadi." Pintanya.
"Aku tidak akan mengucapkannya lagi, maaf." Balasku lesu dan menunduk ke arah lantai.
"Yasudah, kamu lanjutkan saja istirahatnya. Nenek akan buatkan makan malam, nanti nenek akan bangunkan." Titah nenek kemudian melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk memasak mengingat langit sudah terlihat senja dan waktu menunjukkan pukul 17.25.
Aku pun melanjutkan tidurku karena merasa kantuk yang sudah menyerang mataku dan perlahan membaringkan tubuhku lalu menutup mataku.
Beberapa jam kemudian, nenek mencoba membangunkanku, sedikit mengguncangku dan memanggil namaku. Aku kembali membuka mataku dan melihat ke arah wanita tua yang tengah membawa nampan beserta benda lainnya di atasnya.
Aku terduduk kemudian melihat masakan apa yang dibuat oleh nenek. Wanginya saja sudah menggugah selera, dan dari tampilannya nenek membuat nasi goreng dengan toping sayuran acar dan telur cacah di atasnya. Di tambah varian kerupuk di sana. Aku sudah tidak sabar ingin menyantapnya, sudah lama aku tidak memakan masakan nenek, sudah lama pula aku tidak memakan masakan rumahan mengingat diriku yang selama tiga bulan di rawat di rumah sakit.
"Kamu makanlah ini, kamu pasti sudah bosan jika ku buatkan bubur." Ucapnya tersenyum.
"Terimakasih nenek, aku dengan senang hati akan memakannya." Aku menyeringai tanda sudah tidak ada hal lain selain makanan itu di dalam otaku.
Nenek pun meletakkan nampannya di atas pangkuan ku, melihat aku memakannya dengan lahap nenek tersenyum puas dan merasa bangga.
"Enak sekali nek," ucapku yang masih tersimpan makanan di dalam mulutku.
"Makanlah perlahan supaya kamu tidak tersedak nantinya." Titahnya. Aku yang mendengar hanya tersenyum membuat mataku setengah tertutup.
"Baiklah, kalau begitu nenek keluar dulu ya. Jika sudah, kamu letakkan piringnya di samping westafel." Perintah nenek. Kemudian dia pergi menghilang dari pandanganku.
Setelah ku santap habis nasi goreng buatan nenek aku meletakkan piringnya dekat westafel, melihat hanya piringku yang bersinggah di sana aku berniat untuk mencucinya terlebih dahulu sebelum aku menaruhnya di rak. Belum sampai tangan ku mengambil spons, nenek datang kemudian mengambil piringnya.
"Biar nenek saja yang cuci, kamu istirahat saja. Nenek kan hanya memintamu untuk meletakkannya, bukan untuk mencucinya." Ucapnya menatapku.
"Itu kan piringku, jadi aku yang harus mencucinya." Sergah ku.
"Kamu harus istirahat, menurut lah pada nenek. Biar nenek saja." Titahnya. Mau bagaimana lagi, jika itu adalah perintahnya aku hanya bisa menurutinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/117026352-288-k625583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eye
RomanceKecelakaan yang menimpa Aletha mengakibatkan ia dapat melihat masa lalu seseorang melalui matanya. Hal ini tentu membuat ia sangat tertekan sampai suatu ketika ia melihat masa lalu yang paling kelam dari seorang pemuda di sekolah barunya. Seseorang...