Chapter 6

5 0 0
                                    

Bunyi bel menggema ke seluruh sekolah, memberi tanda kepada seluruh penghuni sekolah waktunya untuk istirahat dan makan siang.

Seluruh murid berbondong bondong pergi menuju kantin sekolah tidak terkecuali para guru. Ada juga yang tinggal di kelas karena sudah membawa bekal dari rumah. Para guru pun sama, mereka yang membawa bekal sendiri tinggal di ruang guru untuk menyantap makanannya. Atau mungkin pergi ke dapur sekolah untuk dijadikan tempat dirinya menyantap makanan.

Aku di ajak Dea untuk pergi ke kantin bersama temannya yang berbeda ruang kelas dengan kami. Dea memperkenalkan ku pada mereka, mereka pun memperkenalkan diri padaku.

"Gracia Imanuela Stefanny, kau bisa memanggilku Grace." Ucap perempuan berkacamata bulat yang berparas cantik dan imut.

"Gladisia Naura Charisma, panggil saja aku Gladis." Ucap perempuan dengan smiley facenya memperkenalkan diri.

"Kenzo Julian. Pria terganteng sedunia, masa depan Dea." Ucap pria yang sedari kami di kelas terus dia menggoda Dea. Dia seperti tamu yang tak di undang, terus mengintili kemana pun Dea pergi walau Dea tidak mengikut sertakan dirinya.

"Hei, apa kau sedang bermimpi? Kalau iya, bangun lah." Cetus Dea.

"Kau menyakitiku." Ucap Kenzo sembari memegang dadanya membuat Dea ingin sekali memuntahkan makanannya saat ini.

"Aksa Delvin Arion." Ucap pria yang duduk di samping Kenzo singkat dan padat. Karena Kenzo mengikuti Dea, terpaksa dia juga harus makan bersama kami.

"Oh iya, kau tinggal dimana sekarang?" Tanya Grace.

"Aku tinggal bersama nenekku, jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah." Jawabku.

"Lalu bagaimana dengan keluarga mu." Tanya Gladis yang lagi lagi membuatku terdiam membatu, berpikir keras untuk memberi jawaban yang tepat.

Apa aku ceritakan saja masalahku? Tapi aku kan baru mengenali mereka.

"Kenapa kau diam saja? Apa ada masalah? Ceritakan saja pada kami, siapa tau kami bisa membantu." Ucap Kenzo membuatku sedikit lebih rileks.

Kulihat ekspresi mereka semua yang sedang menunggu jawaban dariku, aku menarik napasku panjang kemudian aku membuangnya dengan perlahan.

"Keluargaku telah meninggal empat bulan yang lalu." Jawabanku berhasil membuat mereka semua membulatkan matanya dan menghentikan kegiatan makannya, aku sangat tau mereka terkejut dan merasa empati padaku saat ini dengan melihat tatapan nya.

"Apa maksud mu? Jadi, keluargamu baru saja meninggal?" Ucap Dea.

"Empat bulan lalu, aku dan keluarga ku mengalami kecelakaan mobil. Naasnya, kecelakaan itu menyebabkan semua keluargaku meninggal dunia, kecuali aku. Pada saat itu, aku sangat kritis dan koma selama dua bulan. Kemudian aku menjalani rehabilitasi selama seminggu di rumah sakit, tidak lama. Lalu, aku di beritahu nenek kalau keluargaku meninggal pada saat itu. Jadi, aku juga baru tahu seminggu yang lalu." Jelasku memberikan senyuman tipis pada mereka. Mereka terdiam, mungkin tidak tau kata kata apa yang baik untuk menenangkanku. Suasana menjadi sangat canggung, sampai Grace membuka suara dahulu untuk memberikan rasa empatinya.

"Bersabarlah, Tuhan sedang mengujimu. Aku yakin mereka akan tenang di alam sana." Ucapnya tulus sembari menepuk pundakku halus.

"Ya, mereka akan tersenyum bila melihat buah hatinya yang tangguh dan kuat." Kenzo ikut bersuara.

"Tidak perlu bersedih, kami semua disini akan menjagamu dan ikut mendoakan keluargamu." Ucapan Gladis begitu tulus dan membuat hatiku bergetar. Semuanya tersenyum manis kepadaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang