Kuinjakkan kakiku lagi disini (tentu saja aku sudah melepas alas kakiku), di pantai Grunjah, tempat dimana aku bertanya "maukah kamu jadi pacarku, Askala?" kepada Askala.
Indra perabaku, kakiku, kembali merasakan pasir di tempat ini lagi.
Dan satu hal yang sangat tak kusangka :
Tak ku sangka aku melihatnya lagi.
Tak kusangka aku akan melihat batu raksasa itu. Batu berwarna abu-abu kehitaman. Waktu itu aku dan Askala sempat menuliskan inisial kami, mengikis batunya menggunakan pisau. Sungguh masa-masa yang indah. Kenangan ini melukiskan senyuman manis di wajahku.
"Astaga! Tak kusangka ini masih ada!" kataku saat melihat inisial aku dan Askala masih ada di batu ini. Aku mulai menyentuh bagian batu yang terkikis itu.
Januari 2012
Hari ini aku merasa hatiku terus berdegup dengan sangat kencang, karena aku memberanikan diri untuk mengajak Askala berjalan-jalan. Benar-benar hanya jalan-jalan, tidak ada aksi aksi mencuri, tidak ada pergi ke tempat ramai untuk mencari uang, benar-benar hanya aku, Askala dan perasaanku yang tak dapat ku bendung lagi.
"Askala, jalan yuk!" kataku sambil menepuk-nepuk bahunya
"Mau kemana? Targetnya apa? Kalo gapenting aku gamau. Kau tak lihat apa, aku sedang menonton dan menikmati waktu yang akan kuhabiskan dengan cookies ini." katanya geram
"Yhaa, jalan-jalan aja. Ke pantai, pantai Grunjah! Waktu itu kamu bilang kamu mau kesana kan?" kataku sambil menggodanya dengan menaik-naikkan alisku dan mengelitikinya
"Akhhh stop! Ok ok ayo kesana." dia menahan tanganku agar tidak mengelitikinya lagi
"Nah gitu dong. Siap-siap gih, aku udah siap ya."
"Iya iya bawel" katanya sambil menuju kamar mandi tanpa menoleh kebelakang.
"Ayo Pierre, kamu pasti bisa mengungkapkan perasaanmu!" kataku, sangat pelan, menyamangati diriku sendiri, memberanikan diri sendiri
•••
Segera kuhentikan motorku di parkiran dan membiarkan Askala turun. Ia mengenakan sebuah dress pantai yang sangatlah menawan. Membuatku menahan nafasku. Matanya berbinar-binar saat aku akhirnya mengajaknya ke pantai.
"Ayo main! Ayo mainnnnn" kata Askala sambil menarik-narik lenganku
"Astaga, kamu sangat kekanak-kanakan. Tapi yasudahlah, ayo main air." Sebenarnya aku tidak suka jika bajuku terkena air laut, karna aku tidak suka baunya. Baunya... hmm susah dijelaskan. Tapi akan kulakukan apapun untuk menyenangkan Askala.
Ciprak... Ciprak... Ciprak...
Suara dari air yang dilemparkan Askala padaku. Aku tak pernah melihatnya tersenyum selebar ini, karna biasanya ia hanya bermimik serius.
CIPRAK...
Askala melemparkan air dalam jumlah yang banyak padaku, pada wajahku. Astaga air ini rasanya asin sekali, airnya masuk ke mulutku saat aku hendak protes ke Askala.
"Askala, jangan harap aku akan memaafkanku" kataku diikuti dengan suara tawa, yang menyeramkan.
Segera aku menggendongnya, menaruh perutnya melawan pundakku, membawanya berlari-lari keliling pasir. Ia meronta-ronta minta diturunkan, tapi aku tak kunjung menurunkannya.
"Turunkan aku Piere!" katanya, diikuti oleh pukulan di pundakku.
"Okok, jangan pakai fisik dong, Askala." kataku sambil menurunkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Lost
Teen Fiction"Senyummu mencurigakan, apa kamu punya rencana licik? Apa kamu berniat membunuhku? Kumohon hentikan senyuman mencurigakanmu itu" aku memohon padanya, kepada Askala "Tidak, Pierre. Aku hanya bersyukur kepada Tuhan, karna telah mempertemukanku dengan...