3. SAM สาม

333 10 0
                                    



           15 Agustus 2018.


Masih teringat jelas di ingatan gue. Suara-suara yang mengeluarkan berbagai macam Bahasa di Bandara itu. Terdengar begitu asing. Tapi suasana ini tidak membuat gue risih ataupun ketakutan sama sekali. Ini adalah suasana yang sangat gue suka. Seperti berada di kehidupan yang lain. Bertemu dengan manusia di bagian bumi lain. Dan ini adalah tempat yang ingin aku injak sejak dulu, Thailand.

Pukul 18.30 UTC kami tiba di Bandara Don Mueang setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga setengah jam setelah transit di Malaysia terlebih dahulu. By the way, UTC itu tidak ada perbedaan waktu dengan WIB. Jadi Jakarta dan Bangkok punya zona waktu yang sama.

Sampai di bandara, kami mampir sebentar ke salah satu counter yang menjual nomor paket internet selama seminggu. Kami mengantri untuk membeli itu sebentar untuk memudahkan komunikasi dan juga internet-an. Kami kemudian diberikan sebuah Sim-card, harganyaa 300 bath. Setelah itu kami berempat bingung untuk menentukan kendaraan yang akan kami gunakan untuk menuju ke hotel. Karin mengajak kita semua untuk menggunakan MRT dari bandara, karena sebelumnya Karin juga pernah ke Thailand, kami semua akhirnya mengikuti Karin. Gue memandang ke sekeliling bandara, memperhatikan kerumunan orang yang berlalu-lalang, saling berbicara menggunakan Bahasa mereka masing-masing, seperti kami berempat. Asik dengan pembicaraan mereka masing-masing. Gue tersenyum, merasa bersyukur bisa berada di tempat ini, bisa liburan ke tempat ini, dunia baru untuk gue selama beberapa hari ke depan. Tiba-tiba Karin kepleset dan terjatuh bersama kopernya yang besar.

"Aduhhhhh!" Karin mengeluh. Gilang dan Dirga menghampiri membantu Karin untuk berdiri.

"Sakit, Rin?" Tanya Dirga.

"Hahahahah, sakit sih enggak, MALUNYA ITU LOH!" Gue meledek Karin.

"Sialan, lu be!" Karin mengambil kopernya yang sangat besar itu dan kembali berjalan. Gue bingung sekaligus penasaran apa yang ada di dalam kopernya Karin yang ukurannya paling besar di antara koper dan bawaan kita bertiga. Dia sadar semua orang sedang melirik kearahnya karena terjatuh barusan. Mungkin Karin masih berasa jetlag atau memang dia kesulitan membawa kopernya yang kegedean hampir segede badannya.

Sesampainya di Railway Station yang letaknya berada di Bandara paling bawah, kami menuju mesin penjual tiket. Kami berempat kemudian kebingungan memandangi peta yang ada di Railway Station.

"Jadi..... Kita harus berhenti di stasiun mana?" Tanya gue kurang yakin pada Karin yang sepertinya juga kebingungan.

"Ahhh... Khlong Toei. Tapi abis itu kita masih harus naik kendaraan umum lagi baru sampai ke hotel Klasiq."

"Kendaraan umumnya lu tau?" Gilang memastikan.

Karin tersenyum dan menggeleng, "Enggak, heheheh."

"He... He... Hee, lagi!" Gilang menggetok dahi Karin dengan tangannya, "Terus gimana dong sekarang? Naik gak nih?"

"Atau mau naik mobil online Gab aja?" Tanya Dirga.

"Emang Gab ada di Thailand? Gue kira di Indonesia doang." Ujar Gilang.

"Ngojek yang cuma ada di Indonesia, kalau Gab mah ada di beberapa Negara. Kalau naik Taxi biasa takutnya diputer-puterin." Dirga memberi penjelasan.

"Gab berapa tapi? Coba cek dulu." Karin mengambil handphonenya kemudian membuka aplikasi Gab, "350 bath, berarti 150 ribu rupiah lah kira-kira. Kalau naik MRT cuma 50 bath satu orang."

"Kalau berempat juga keluarnya 250 bath, Rin. Kalau gue sih prefer mendingan kita naik Gab aja sih. Kita semua ini udah capek, lu juga pasti capek. Barang bawaan kita banyak, masih naik kendaraan umum, belum tau juga nanti jalan berapa jauh setelah turun dari MRT. Mending kita simpen tenaga kita buat besok." Jelas gue panjang lebar.

JATUH CINTA DI PATTAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang