“Pfff, haha—maaf. Reaksimu benar-benar tidak biasa. Nona, apa kita adalah teman sekolah? Atau, kita dari universitas yang sama?” tanya pria itu dengan cara mengejek. Seorang wanita yang baru ia temui memanggil nama depannya? Jangan bercanda.
Kagura masih mencoba mencari tahu kedalaman memorinya sendiri dengan menatap wajah pria itu lekat-lekat. Bagaimana ia tahu namanya? Mengapa wajahnya sangat familiar? Dimana ia pernah melihatnya sebelumnya?
“Maaf. Apa mungkin Anda pernah ke China?” tanya Kagura.
Pria itu menatap Kagura heran. “China? Tidak. Aku pernah ke Singapura, Bangkok, tapi tidak China,” ucap pria itu kemudian.
“Aku...baru seminggu di Jepang, dan aku tidak pernah keluar negeri sebelumnya,” ucap Kagura dengan wajah yang masih tidak mengerti.
Pria itu menatap Kagura heran, sedikit khawatir dan curiga. “Apa ini? Tekhnik menggoda dari para cabe yang baru?” tanya pria itu dengan cara yang meremehkan.
“Maaf?” tanya Kagura pelan. Ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Ia tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pria di hadapannya ini benar-benar asing. Pria yang sama sekali belum pernah ia temui. Lalu bagaimana ia mengetahui namanya?
Pria itu mengangkat alisnya tinggi. “Ayolah, kau salah satu pengikutku di Ginstagram, kan? Baiklah, Nona. Aku menerima godaanmu. Silakan duduk di sini, dan teruslah berusaha menggodaku. Mungkin di akhir perhentian ini aku akan memberimu nomor teleponku,” ucapnya sok.
Kagura menatap tajam pria itu dan mengerutkan alis matanya. “Sepertinya memang hanya aku yang kebingungan di sini. Terima kasih, tapi aku akan duduk di sana,” kata Kagura dan memalingkan wajahnya, tubuhnya, lalu berjalan ke tempat duduk yang berjarak paling jauh dari pria itu.
Pria itu menatap Kagura heran, lalu mendengus dengan tawa tidak mengerti. “Apa-apaan?”
“Ngomong-ngomong terimakasih sudah mengambilkan Sadaharu untukku!” kata Kagura saat pria itu sudah duduk kembali ke tempatnya. Karena ucapan Kagura, pria itu menoleh cepat pada Kagura yang sudah mengalihkan tatapannya lagi keluar jendela bus.
“Ceh?” pria itu bingung sendiri.
Kagura diam-diam mulai menatap pria itu lagi saat ia sudah tidak menghadap Kagura. Ini sangat mengganggunya. Siapa pria itu? Kesal karena tidak bisa menemukan jawabannya, Kagura menghela napas keras.
Lupakan. Hari ini ia harus fokus.
.
Kagura membeli sekotak sukonbu untuk cemilan dan mulai memakannya satu persatu. Kagura menghela napas keras. Masa orientasi pascasarjana memang tidak terlalu berat, dan ia bersyukur untuk itu.
Di kiri dan kanannya, para pria yang berjalan berpapasan dengannya selalu menoleh melihatnya sebelum meneruskan langkah. Kagura sudah biasa dengan perlakuan itu. Kagura sendiri langsung menjadi terkenal di kampus.
Ponsel Kagura berdering. Ah. Nobume meneleponnya. “Um, Nobutasu?” respon Kagura cepat. Setelah mendengar pertanyaan Nobume, Kagura memutar bola matanya. “Mana kutahu? Memang aku ibunya?” ucap Kagura malas.
Kagura menatap jalan setengah tidak fokus, dan mengeluarkan selembar sukonbu lagi. “Kamui sudah dewasa, Nobutasu. Dia pasti sedang sibuk atau apa,” ucap Kagura pelan. “Um, tentu,” ucap Kagura, lalu mematikan ponselnya.
Tiba-tiba, seorang pria berlari dari belakangnya, lalu menarik tas tangan Kagura dan lari. Kagura reflek menarik tali tasnya, namun tali tasnya putus dan Kagura panik. “Pencuri!” teriaknya kesal, dan berlari mengejar pria itu.
Kagura pasti sangat kesal karena entah bagaimana Kagura bisa mengejar pria itu meski jarak mereka tadinya sangat jauh. “BERHENTI!” teriak Kagura, tapi napasnya belum habis. Ia akan terus mengejar!

KAMU SEDANG MEMBACA
Her Dreams
RomanceSeorang pria selalu ada di mimpi Kagura. Saat bangun, Kagura selalu melupakan seluruh mimpinya semalam. Seperti kita semua. Lagipula kenapa Kagura peduli? Itu cuma mimpi. Itu hanya sesuatu di alam bawah sadarnya yang tak berhubungan dengan kehidupan...