Why We Do This?

328 30 8
                                        

Okita Sougo terbangun sejenak, kemudian melirik jam dinding. Saat sadar ini masih pukul tiga pagi, ia berencana kembali tidur. Tapi tidak bisa.

Ia memutuskan untuk keluar ke lorong. Kamar Kagura ada di ujung lain penginapan itu karena tidak ada single room kosong yang berdekatan.

Mereka sampai di Kyoto sekitar pukul tujuh dan sampai di penginapan sekitar pukul delapan. Karena sangat lelah dan tidak peduli lagi, mereka menyerahkan pengaturan kamar pada pemilik penginapan. Dan langsung tidur.

Alhasil, Sougo memilih kamar yang terjauh dari lobi, sementara Kagura diberi sebuah kamar yang cukup dekat dari lobi yang baru dibersihkan setelah penghuni sebelumnya pergi.

Karena Sougo keluar tanpa tujuan, ia hanya berkeliling lorong dan kemudian memutar di jalan yang berbeda.

Saat itulah ia melihat Kagura duduk di bangku kayu di sebelah mesin minuman. Wanita itu duduk di sana, dengan kimono tidurnya, dengan sebuah botol susu hangat di tangannya, namun menyandar rileks dengan mata terpejam.

Sougo berhenti bergerak selama sepersekian detik, lalu memutuskan untuk tidak mengganggu wanita itu. Tapi saat ia akan berjalan pergi, rasanya ia tidak rela. Jika ada orang lain lewat dan melihat Kagura dalam keadaan tanpa pertahanan seperti ini, Sougo merasa tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Sougo akhirnya duduk di sebelah Kagura. Lalu menyesali keputusannya. Memangnya siapa yang mau lewat sini jam tiga pagi? Harusnya ia pergi saja. Kenapa ia peduli memangnya? Sougo kesal pada dirinya sendiri.

Melihat rambut Kagura yang sedikit basah di ujungnya, dan aura hangat yang wanita itu pancarkan, Sougo menduga gadis itu baru saja mandi air hangat di pemandian bersama. Itu juga membuat wanita itu menjadi jauh lebih segar dari sebelumnya.

“...Sadis...” bisik Kagura dalam tidurnya. Tangannya bergerak-gerak hingga susu di tangannya hampir tumpah. Sougo menangkap tangan Kagura dan membuat gadis itu langsung terbangun.

Hening.

“Ehem,” Sougo berdeham. “Apa yang kau lakukan malam-malam di sini, huh? Jangan melakukan hal mencurigakan di saat seperti ini,” kata Sougo.

Kagura yang baru terbangun dari tidur singkatnya menatap Sougo dengan matanya yang disipitkan. “Kalau dilihat baik-baik bukannya kau yang mencurigakan, huh? Aku hanya baru selesai mandi dan minum susu hangat tahu,” kata Kagura tajam.

Sougo menatap Kagura kesal. “Kenapa kau harus mandi pukul tiga pagi?!” tanya pria itu berusaha menekan suaranya yang emosi.

Kagura kemudian menggeram pelan. “Karena aku harus mandi,” gumamnya pelan.

Sougo tidak bisa menahan keinginannya untuk semakin mendekati Kagura dengan wajah kesal. Sementara Kagura tidak ingin mundur karena tidak mau dianggap takut. Wajah mereka semakin dekat. Dan semakin dekat, kekesalan Sougo semakin menipis.

Kagura berbau jeruk (biasanya pemandian air panas jepang merendam jeruk utuh agar aromanya seperti jeruk). Dan kulitnya terlihat bersih dari make up dan mengilap alami. Karena ekspresi kesal gadis itu, terlihat beberapa kerutan di tengah dahinya, tapi Sougo tidak bisa menganggap kerutan itu tidak enak dipandang.

Kagura terlihat sangat cantik.

Kagura tidak gentar, tapi ia semakin ragu. Ekspresi kesal Sougo yang perlahan menghilang, digantikan ekspresi datar yang menggoda membuat Kagura benar-benar sangat ingin mundur sekarang. Tapi kenapa pria itu tidak berhenti mendekat?

Mata Kagura melebar, tapi ia tidak berani berkedip. Ia takut jika ia berkedip, ia tidak akan sanggup membuka matanya lagi. Bibir Sougo, napas kecilnya, dan gerakan alisnya yang mengendur. Kagura melihat semuanya tanpa terlewat satupun.

Her DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang