Kagura menatap tajam pria itu, dan kemudian teringat hal-hal sebelum ia pingsan. Kagura menghela napas berat. Itu terjadi lagi. Padahal ia hanya melihat pecahan kaca, astaga. Dan itu tadi sangat parah karena ia melihat kaca yang pecah langsung di hadapannya.
Kagura menggigil pelan, dan kemudian menghela napas lagi.
“Aku akan mengambilkanmu minum,” ucap pria itu dan berdiri, saat Ikeda Asaemon muncul dari dapur.
“Asacchi,” kata Kagura pelan. “Ini rumahmu...?”
Asaemon menggeleng dan menunjuk pria yang berbelok ke arah dapur. Wanita itu menatap Kagura seperti bertanya, bagaimana-kau-bisa-mengenal-pria-seseksi-ini?
Tapi sebenarnya Asaemon menatap Kagura dengan bertanya, bagaimana-kau-bisa-mengenal-pak-polisi-muda-tamvan-seseksi-ini?
Kagura hanya menggeleng karena ragu dan tidak punya jawaban.
“Kagura, karena kau sudah bangun, aku mau memastikan beberapa hal,” ucap pria yang muncl dari dapur dengan segelas air hangat itu dan berjalan lurus melintasi ruangan ke arah Kagura. Ia duduk dan menatap Kagura lurus-lurus.
Hening. Asaemon merasa harus menyingkir dan ia menyingkir.
“Bagaimana kau tahu namaku, dan bagaimana aku tahu namamu?” sambil menyerahkan segelas air hangat itu pada Kagura dan menatap wanita itu seperti wanita itu menatapnya pagi ini.
Kagura menerima air hangat itu dari tangan pria di depannya dan menatapnya tanpa berkedip. “Nah, ini yang kubilang. Sekarang kau mengerti perasaanku?” tanya Kagura.
“Hm. Semakin aku memikirkannya ini semakin tidak masuk akal. Dan aku tahu semua traumamu dan berlari ke arahmu seperti orang gila seperti sudah tahu apa yang akan terjadi. Kau mau parasetamol?” tanya Sougo.
Kagura menggeleng, meminum air hangatnya.
“Kita pernah bertemu?” tanya pria itu.
Kagura menggeleng lagi.
“Kita pasti pernah bertemu, kan? Tidak mungkin aku berlari melintasi ruangan yang ramai itu kalau aku tidak pernah mengenalmu,” kata Sougo.
Kagura mengedik.
Sougo berdiri, mengambil alih gelas dari tangan Kagura dan memegangi kedua bahu Kagura erat-erat. “Aku akan memastikan satu hal lagi,” bisiknya hampir sama lembutnya dengan cara pria itu mengambil alih gelasnya.
Dan sebelum Kagura sadar, ia sudah berbaring di atas ranjang, sementara Sougo melucuti atasannya saat itu juga. “A—” kata-kata Kagura terputus karena Sougo menatapnya tajam, seolah memerintahkannya untuk diam.
Sougo melepaskan tiga kancing teratas blus Kagura dan bersiap menurunkan tali bra Kagura saat gadis itu menampar ringan wajahnya. “Maafkan aku, oke? Aku hanya sangat frustasi!” Sougo mundur, mencoba lebih tenang dan mengangkat kedua tangannya dari tubuh Kagura.
“Ka-katakan saja apa yang kau cari!” Kagura yang merona menutupi dadanya dengan tangan, dan itu membuat Sougo terangsang.
“Lula bakar. Luka bakar kecil di sekitar dada kirimu,” jawab Sougo.
Kagura terkesiap. Pria ini bahkan mengetahui luka yang tidak diketahui semua teman-teman terdekatnya.
Sougo memalingkan wajahnya yang merasa bersalah dan merona tipis, dan sedikit terkejut pada keagresifannya. “Pakailah pakaianmu lagi,” ucapnya dan Kagura yang masih cemberut dengan wajah merah menurut dengan cepat.
“Maksudku, bagaimana aku tahu ada luka bakar disana kalau aku tidak pernah...” Sougo terperanjat kecil saat Kagura yang belum benar-benar memperbaiki blusnya merangkak ke arah pangkal pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Dreams
RomanceSeorang pria selalu ada di mimpi Kagura. Saat bangun, Kagura selalu melupakan seluruh mimpinya semalam. Seperti kita semua. Lagipula kenapa Kagura peduli? Itu cuma mimpi. Itu hanya sesuatu di alam bawah sadarnya yang tak berhubungan dengan kehidupan...