Prolog

10.1K 619 142
                                    

Cuaca sepertinya dalam kondisi yang tidak baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca sepertinya dalam kondisi yang tidak baik. Pagi tadi, dia masih semangat-semangatnya meminta matahari untuk menyebarkan sinarnya ke sepenjuru bumi. Membiarkan mereka –para makhluk hidup- mendapatkan rasa hangat darinya. Hari belum berakhir, tapi matahari perlahan bersembunyi di balik awan, membiarkan langit mulai menghitam.

"Bro, lo milih cewek bohai, kurus, apa montok?"

Tepukan bahu disertai pertanyaan absurd, menyentakan laki-laki yang sedang asik membaca novel. Mata hitamnya bergerak, memindahkan pusat perhatiaan. "Stok pertanyaan absurd lo makin banyak ya." Laki-laki itu berdecak setelah melontarkan pertanyaan sinis.

Helaian rambut pendeknya mengayun-ayun, seolah diajak menari oleh hempasan angin lembut yang menyapunya. Netranya berkilat, ketika melihat buku tulis dan polpen berada di depannya. Kekehan keluar dari mulutnyaa tanpa bisa dicegah, ketika pandangannya jatuh pada judul buku yang sepertinya sengaja untuk ditulis besar-besar.

DAFTAR RAHASIA YANG TIDAK BOLEH DIBOCORKAN.

Dengan tulisan kecil di bawahnya,     


KALAU BOCOR ITU NAMANYA KECEPLOSAN.

Serapat-rapatnya rahasia, entah kepada siapa, rahasia itu akan bocor juga.

"Ya gue kan kepo. Jadi gimana? Orang yang lo suka kayak apa?"

"Sayangnya, gue nggak mau dikepoin sama orang kayak lo." Kembali ia menunduk. "Lo cari hobi lain kek. Jangan suka kepo sama orang." Dia menggelengkan kepalanya. Mereka sudah cukup lama bersahabat, tapi sampai saat ini, dia masih saja takjub dengan sikap sahabatnya yang satu ini.

"Kepo itu asik."

"Iya asik, tapi nyakitin diri sendiri."

"Asoy! Curhat bos."

"Berisik."

"Eh, lo tahu nggak Tham. Si Boni, masa ya...."

Beberapa menit awal laki-laki yang bernama lengkap Asvathama Chidhatma, bisa fokus dengan novel yang masih ada di genggamannya, masih mampu untuk membayangkan kejadian-demi kejadian yang ada, sebelum akhirnya dia menyerah.

"Lo bawel banget, Wan. Lo diminta siapa sih, nanya kayak gini sama gue?" Thama menyipitkan matanya, curiga. Biasanya, Azhwan akan bertingkah lebih menjengkelkan dari biasanya karena seseorang meminta tolong pada laki-laki itu. Thama tidak asal menuduh, karena dia pernah diperlakukan seperti ini, beberapa waktu lalu.

Ringisan tercetak jelas di wajah Azhwan, Thama merotasikan matanya. Dia sudah mendapatkan jawaban.

"Lo tahu ya?" Azhwan menyugar rambutnya, membiarkannya sejenak. Sikunya ia tumpukan pada meja, sambil mata yang masih memandang Thama. "Biasa, si Meily, pemuja lo yang sudah lama tak dianggap. Dia ngerengek sama gue, biar bisa kasih informasi ke dia."

MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang