13

958 133 2
                                    

"Kau bebas melakukan apa pun yang kau mau, dan aku bebas melakukan apa pun yang kumau. Adil, bukan?"

Layar laptop masih menyala dengan terang, dengan kabel yang tersambung dengan stopkontak, menyambung kehidupan laptop itu, padahal baterai masih empat puluh tiga persen. Di mana, masih bisa bertahan setengah jam lagi. Tapi, sepertinya pemilik tidak mau mengambil resiko dengan pekerjaannya, yang belum selesai bahkan setengahnya saja belum.

Berbanding terbalik dengan laptop yang masih punya energi, sang pemilik sepertinya hampir habis dan membutuhkan asupan energi. Kedua matanya seperti lampu yang sudah harus diganti, berkelap kelip. Matanya kerap kali terpejam, menunjukkan betapa lelahnya dia. Kalau mereka bisa bicara mungkin yang akan mereka katakan.

"Pejamkan aku, pejamkan aku. Aku sudah lelah."

Sayangnya itu tidak akan mungkin terjadi.

Wina menyambar gelas kopinya dan langsung menyesapnya buru-buru, seolah-olah, detik itu adalah detik terakhir dia bisa menikmati kopi. Ia harus bisa selamat dari rasa kantuk yang menyiksa ini.

"Kenapa coba ini enggak kelar-kelar," keluhnya sembari menaruh gelas kopi di sampingnya. Punggungnya kembali menunduk, dan matanya kembali mencermati tulisan yang ada.

Ia ingin tidur secepat yang ia bisa, sayangnya semester ini tidak membuatnya tidur cukup. Jadwal memang banyak yang kosong, begitu juga dengan tugas yang mengharuskan mereka begitu rajin. Proposal, makalah, proposal, makalah, atau kalau tidak mereka harus membuat resume mengenai jurnal yang sudah ditentukan temanya.

Memang, banyak jurnal yang mirip di internet, mereka bisa asal copas saja –hal yang sering terjadi ketika malas sudah menyerang. Sayangnya, Wina tidak bisa seluruhnya meng-copas apa yang di internet. Karena dia tahu, pasti ada juga orang yang akan melakukan yang sama. Terlebih dengan ketelitian dosen. Ia memilih untuk membuat kata-kata sendiri sebagai pembeda, dengan inti yang dia dapat dari buku atau internet.

"Manajemen laba..." ia membaca dengan teliti. Berpikir sejenak sebelum mulai merangkai kata. Dia mempertahankan fokusnya seperti itu, sebelum ponselnya yang sudah sunyi terdengar.

Wina mengarahkan pandangannya ke pojok kanan laptop, melihat jam. "Siapa yang jam segini chat. Laksya enggak mungkin. Tuh anak udah ngebo kali." Ia menyimpan hasil pekerjaannya takut kalau nanti hilang.

"Oh, Aurora. Tumben belum tidur."

Aurora:

Win lo udah ngebo belum.

Wina:

Aku maunya bobo Ra, tapi tugas belum kelar. Bantuin L

Aurora:

Njis, bobo. Geli gue.

Ye, dikira gue udah apa. Belum. Makanya gue begadang.

Ini dikumpulin besok? Harus besok gitu?

Wina:

Iye. Kan gitu dibilang dosen.

Ini kebiasaan kita deh, suka SKS.

Aurora:

Kalau enggak SKS kurang gereget Win. Haha.

Wina tersenyum. Benar. Entah kenapa, ketika dia ingin menyelesaikan tugas di jauh-jauh hari, pasti untuk tahap akhir akan terselesaikan di h-1 pengumpulan tugas. Dia heran, kenapa bisa seperti itu. Padahal dia sudah merencanakan semua hal berkaitan dengan tugas, hingga dia bisa tidur tenang.

MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang