#3 - SEMINAR

168 6 3
                                    

"Entah ini disebut kebetulan, ataukah ini jalan dari-Nya? Yang pasti, aku tak mengetahui skenario apa yang Dia siapkan untukku."

Selesai sholat subuh, ku rapihkan mukenaku dan ku pakai kerudung segiempat paris berwarna coklat yang tergantung di belakang pintu kamarku. Tak lupa juga ku kenakan kacamata cat-eye berwarna coklat bermotif loreng. Setelah semuanya rapih, lalu ku bersiap diri untuk membeli nasi uduk yang tidak jauh dari rumah. Setiap hari sebelum berangkat sekolah aku memang menyempatkan diri untuk membeli nasi uduk untuk keluargaku karena aku dan mamaku tak sempat menyiapkan sarapan. Mamaku sibuk mengurus adikku yang TK. Membangunkannya, memandikannya, memakaikan seragamnya, dan merapihkan tas sekolahnya. Terkadang aku dan adikku yang kelas 1 SMP bergantian untuk membeli sarapan.

Eh iya, hari ini hari Rabu. Hari dimana aku memakai seragam pramuka. Seragam yang sedikit agak gerah karena bahannya yang cukup tebal. Namun aku suka. Karena gak ribet pakai dasinya dan gak pakai gesper hehe. Selain itu, hari ini ada pelajaran fisika. Yap! Pelajaran yang membuatku cukup pusing. Apalagi pelajaran itu ada di jam pelajaran terakhir. Cukup membosankan bukan? Ya begitulah.

Setelah selesai sarapan, ku nyalakan motor maticku dan berpamitan dengan mama dan bapak untuk berangkat sekolah.

Sekitar 15 menit-an. Waktu yang ku butuhkan untuk sampai di sekolah. Itu kalau gak macet. Kalau macet ya bisa lebih. Makanya untuk menghindari telat, aku selalu berangkat 20 menit lebih awal untuk berjaga-jaga. Ya namanya juga Jakarta. Kapan sih gak macet? He he.

Ya palingan kalau lebaran doang tuh karena pada mudik. Duh. Jakarta oh Jakarta.

*

Tadi pagi alhamdulillah aku gak telat, masih ada waktu 5 menit setelah sampai gerbang sekolah. Dan sesampainya di sekolah seperti biasanya sekolahku selalu ada tadarus Al-Qur'an sebelum memulai pelajaran. Yang biasanya diurus oleh para anggota rohis.

Oke itu tadi pagi.

Sekarang sedang berlangsung istirahat kedua. Aku lagi di kelas. Tadi sih abis dari musholla lalu ke kantin dan sekarang lagi ngobrol nih sama Maia dan Fara.

"Eh eh eh lu pada mau ikut seminar HIV gak ntar?" tanya Dimas teman sekelas kami yang merupakan wakil ketua osis tiba-tiba menghampiri kami.

"Hah? Kapan dim?" tanyaku.

"Etdah ganggu aja lu kita lagi ngobrol." ucap Fara.

"Kapan emang dim?" tanya Maia.

"Ntar selesai istirahat kedua ini di ruang tari gratis, ntar ada surat izinnya kok. Santai aja." jawab Dimas.

"Wah gratis, boleh tuh." ucap Maia.

"Langsung dah lu Mai kalo gratis mah, tapi boleh juga sih. Lagian abis ini kan jam fisika terakhir Hahaha." ucap Fara.

"Hahaha dasar kalian ini. Yaudah ayo dah hahaha." ucapku.

"Nah bagus, yaudah ntar setelah bel langsung bareng-bareng aja ya ke ruang tari." ucap Dimas.

"Oke siaap dim, Makasih Dimas infonyaaaa." ucap kami serentak.

Begitulah kami yang berusaha menghindari jam pelajaran fisika. Jangan dicontoh ya.

Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi. Dan kami seketika sangat senang mendengarnya, seperti mendengar adzan maghrib ketika puasa. Hehe.

Namun tiba-tiba Fara teringat kalau sepulang sekolah nanti ada pertemuan anggota taekwondo untuk membicarakan pertandingan yang akan dilaksanakan minggu depan. Jadi Fara tak ikut karena seminar akan selesai jam 5. Sedangkan bel pulang sekolah jam 3. Jadilah hanya aku dan Maia yang ikut seminar itu.

Ira & Mas Pras : Apakah Cinta Harus Pacaran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang