Chap 1/3 (5) -Markas (1)-

445 42 3
                                    

-

-


-

''OneeChan!! OneeChan!! Masih belum bangun juga ya?!" Teriak hikari, gadis bersurai coklat itu terus menggedor - gedor pintu kamar kakaknya dengan kencang.

Y/n yang sedang asik tertidur diatas kasur itu pun, menggeliat malas. Y/n bangkit dari kasur empuknya yang terus menggodanya untuk tidur hingga siang hari. Ia mengerjap - ngerjapkan matanya pelan.

Jika saja kemarin Erwin, si manusia tiang bersurai pirang itu datang seorang diri atau maximal bersama petra. Ia bisa berakting pura - pura lupa akan janji yang dibuatnya dengan sang tiang bersurai pirang itu dan tidur dengan kasur putih kesayangan yang ia bersihkan tiga hari sekali.

"Aku sudah bangun dari tadi kok, Hika-Chanku yang manis." Ucap Y/n yang kini telah meraih gagang pintu dan membukanya secara perlahan.

Krittt...

Pintu berderit pelan. Menimbulkan suara menyeramkan nan horor.

"Hoam..." Gadis bersurai H/c itu menutup mulutnya dan menguap secara perlahan. Terlihat jelas sekali bahwa ia baru saja bangun tidur.

Hikari gadis yang tingginya melebihi kakaknya sendiri itu pun berkacak pinggang, menatap kakaknya baru saja selesai menguap. Ia tahu kakaknya baru saja bangun tidur.

Tapi, amarah Hikari mereda ketika melihat kakaknya sudah berpakaian rapi dengan seragam berlambang sayap kebebasan.

"Aku sudah bangun dari tadi. Hanya saja tidur lagi." Ucap Y/n membela dirinya sendiri dari amuk massal kemarahan adiknya.

Hikari menatap sayu kakaknya yang akan segera pergi untuk mengemban misi yang selama ini tidak ia sukai.

Y/n tahu apa yang di pikirkan adiknya, ia memeluk hangat adiknya. Membuyarkan lamunannya.

"Tak apa. NeeChan berjanji tak akan mencari masalah lagi." Ucap Y/n pelan. Ia berjinjit hendak berbisik di telinga adiknya tapi tak sampai. Apalah daya, akhirnya malah menatapnya saja. "Yah, jika NeeChan tidak khilaf nanti." Sambungnya super pelan.

Hikari melotot mendengarnya. Y/n mau membuat suara sepelan apapun, Hikari akan mendengarnya. Bahkan dengan suara tikus yang mencicit pun Hikari dapat mendengarnya, yahh... Asalkan Y/n yang bersuara.

Tok...
Tok...
Tok...

Suara ketukan itu sukses membuat Hikari mengatupkan kembali mulutnya yang hendak di pakai untuk mengomeli Y/n dan segera berjalan ke arah pintu dan mencari siapa tau sang pengetuk pintu. Y/n menghela nafas lega, karena tidak jadi di omeli.

'Bisa Tuli telingaku kalau di ceramahi lagi...' Batin Y/n lega.

"Ah! Erwin-NiiSan!" Hikari berseru memanggil nama Erwin dengan embel² 'NiiSan'.

"Ah, Ohayou. Hikari-Chan." Sapa Erwin begitu melihat gadis bersurai coklat di hadapannya.

"Nee, Ohayou." Balas Hikari antusias dan penuh senyum.

"Yo! Erwin, Levi." Sapa Y/n datar. Dia muncul dari balik tubuh Hikari yang tinggi. Dia menyapa tanpa embel² commander, dan, Kun atau apalah itu yang menurut dia sendiri tidak penting.

Levi yang berada di samping Erwin berdecak sebal, mengakhiri per-sapa-an diantara mereka.

"Ehem, Ya sudah. Ayo kita berangkat." Deham Erwin pelan. Diikuti anggukan Y/n.

Gadis bersurai H/c itu beranjak keluar dari rumah dan menuju halaman rumahnya yang luas.

"Hye Na!" Panggil Y/n setengah berteriak.

Tak...
Tak...
Tak...

Kuda putih bersurai putih berlari menghampiri nonanya yang memanggilnya. Kuda tanpa pelana itu dengan cepat berada di hadapan Y/n yang berdiri dengan menenteng sebuah koper berukuran tak terlalu besar di tangannya.

"Sini, biar aku yang membawakannya." Tawar Erwin ke Y/n. Y/n mengangguk memberikan kopernya ke Erwin dan langsung naik ke atas punggung kuda kesayangannya.

Hup...

Ia dengan Cegatan melompat dan langsung memegangi belakang tengkuk kudanya. Erwin menggeleng-geleng melihat Y/n begitu liar menaiki kudanya yang tanpa pelana.

"Y/n. Sudah ku katakan berapa kali. Pakai pelanamu jika berkuda." Ucap Erwin agak kesal. Karena, selalu memberitahu Y/n tentang pentingnya memakai pelana saat berkuda.

"Eungh..." Gumam Y/n sambil menggeleng - geleng kan kepalanya. "Sudahlah cepat. Sebelum adikku menahanku."

Erwin menghela nafasnya dengan kesal. Y/n tersenyum miring mendengarnya. Ia suka sekali membuat Erwin kesal.

Lelaki jangkung bersurai pirang itu bersiul memanggil kudanya. Levi juga bersiul memanggil kuda hitam kesayangannya.

"Umh... Apa kalian tak masuk dulu untuk sekedar minum teh?" Tanya Hikari pelan. Ia menatap kakaknya dan Erwin secara bergantian. Ia tak menatap Levi, karena matanya yang tajam dan menusuk itu sungguh menyeramkan untuk di tatap.

"Kami tak punya banyak waktu, bocah." Ucap Levi dingin. Dia melompat menaiki kuda hitamnya.

"Ya. Si pendek ini benar." Sahut Erwin sambil tersenyum. Ia langsung ikut menaiki kuda putih kesayangannya.

Levi yang mendengar dirinya di panggil seperti itu, menatap Erwin dengan tatapan mengintimidasi. Sedangkan, yang di tatap hanya tertawa kecil.

"Ck! Sialan kau, Erwin!" Decak Erwin sebal.

"Baiklah. Kami berangkat, Hika-Chan. Jaga dirimu baik - baik ya." Ucap Y/n mengenengahi pertengkaran kecil itu sekaligus berpamitan.

"Ya. hati - hati, OneeChan." Lirih Hikari pelan sambil menatap manik E/c yang kosong itu.

Tak...
Tak...
Tak...

Y/n memacu kudanya berjalan diikuti dengan kuda putih Erwin dan kuda hitam Levi.

"Kau ingat tempatnya, nona L/n?" Tanya Erwin kepada Y/n yang memacu kudanya dengan lumayan cepat.

"Hm. Hell, yeah... Aku rasa aku ingat." Jawab Y/n ragu.

"Jangan sampai tersesat, bocah." Sahut Levi, menatap tajam gadis buta bersurai H/c di depannya. Gadis itu tersenyum tipis.

-

-

-

Yo~ Minna. Maaf udah bikin kalian semua nunggu. Terima kasih telah membaca cerita ini. Jangan lupa tinggalkan jejak.

So... See You Next Chapter...
I hope you enjoying this Story...
☆*・゜゚・*\(^O^)/*・゜゚・*☆

[Revisi] (Levi x Reader's x Erwin) The Danger of Angel QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang