13. Kebohongan

2.7K 187 45
                                    

Rio menghentikan mobilnya di tepi sebuah danau buatan yang tak jauh dari komplek perumahannya. Dia tak tahu harus membawa Ify kemana, pasalnya Ify sedari tadi hanya bungkam. Saat Rio menawari pergi nonton, belanja, makan, semua di jawab Ify dengan gelengan. Jika tidak mengingat nasehat sang mama, mungkin akan balik marah dan mengeluarkan omelannya untuk memaksa Ify bicara. Tapi mengingat bahwa dia ingin berusaha memperbaiki diri, Rio memilih menghela setiap kali emosinya muncul dan ingin meledak.

Rio mematikan mesin mobilnya, kemudian membuka pintu dan berjalan keluar menghampiri Ify yang masih terdiam.

"Ayo." Ajaknya meraih tangan Ify setelah ia membuka pintu mobilnya di sebelah Ify terduduk.

Ify tak berkata apapun, dan hanya mengikuti langkah Rio yang menggenggam tangannya. Menikmati pemandangan yang ada, berkali-kali Ify memejamkan mata, menikmati udara di tempat ini yang lumayan sejuk. Banyak pohon berjajar di sepanjang kakinya melangkah. Dan rumput hijau yang terlihat segar semakin mempercantik taman ini. Ify juga bisa melihat sebuah danau kecil dengan air yang cukup bersih. Tempat yang nyaman untuk bersantai, terlebih di sore hari seperti ini.

Ify tersentak saat Rio menekan kedua bahunya. Dia baru sadar ternyata langkah Rio sudah berhenti, dan sekarang mereka tengah sampai di sebuah bukit kecil yang mengarah pada danau tadi. Dari tempat ini, Ify juga bisa melihat beberapa rumah megah tampak berjejer rapi di kejauhan sana.

"Duduk." Titah Rio menarik tangan Ify agar mengikutinya. Ify menekan dress mini bagian belakang pahanya kemudian duduk di samping Rio. Saat itu Ify baru sadar jika dia tengah duduk di atas jaket Rio. Lalu dia melirik Rio, yang ternyata jaket itu hanya di gunakan olehnya.

"Eh." Ify bingung sekaligus kaget karena Rio tiba-tiba melingkarkan kedua tangannya di perut Ify. Yang ternyata setelah Rio kembali pada posisinya, Ify tahu jika Rio baru saja mengikatkan lengan jaket pemuda itu di pinggangnya. Membuat pahanya yang sedikit terlihat tadi lebih tertutup.

"Masih betah diem?"

"Takut salah ngomong nanti kamu marah lagi." Rio mengangguk saja kemudian merebahkan diri dengan meletakkan kepalanya di paha Ify.

"Ya udah aku tidur bentar kalau gitu." Ujar Rio dengan mata terpejam dan tangannya bersedekap di dada. Reflek tangan kanan Ify menyisir rambut Rio dengan lembut. Dan saat itu, Rio menarik tangan Ify yang bebas untuk ia kurung di kedua tangannya. Ify tersenyum melihat tindakan Rio, matanya masih terpejam, padahal Ify tahu jika Rio sedang tidak benar-benar tidur sekarang.

"Yo."

"Alhamdulillah." Gumam Rio seketika membuka matanya.

Dahi Ify berkerut, "Kok alhamdulillah?"

Ify semakin bingung melihat tingkah Rio yang seketika duduk tegap di hadapannya.

"Alhamdulillah karena kamu udah mau ngomong lagi sama aku." Ify mencebik kesal, kesal tapi juga gemas. Dia lantas menarik kedua tangannya yang di genggam Rio.

"IH!" Rio terkekeh, pasrah saja ketika Ify mendorong wajahnya. Selain kesal, itu juga agar Rio berhenti menatapnya. Tatapan lembut Rio yang selalu mampu membuat Ify lama-lama jadi salah tingkah.

"Jadi, mau ngomong apa?" tanya Rio kembali menatap dan meraih kedua tangan Ify. Ia genggam, supaya kekasihnya ini tidak bisa pergi tanpa seijinnya.

"Duduk sini kamu, jangan di situ." Ify menggerakkan kepalanya ke samping. Tempat awal Rio duduk.

Rio menggeleng, menolak keras permintaan Ify, "Enakan di sini bisa lihat kamu."

"Rio jangan kayak Gabriel deh, kamu nggak cocok!" Seru Ify. Jika Gabriel yang mengeluarkan rayuan-rayuan norak itu, tak ada pengaruhnya sama sekali buat Ify. Tapi beda halnya dengan Rio yang pasti membuat hatinya menjadi sangat lemah

Mencintaimu (Lagi) SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang