Ekstra Part 3

247 20 2
                                    

Keesokan harinya Rio memutuskan untuk pergi bekerja. Hubunganya dengan Ify masih belum membaik. Dan jika dia tetap di rumah, Rio tidak tahu apa yang akan ia lakukan dalam keadaan perasaan yang masih berantakan. Katakan Rio seperti anak kecil karena harus melarikan diri seperti ini. Tapi Rio akui, dari dulu hingga detik ini, Rio masih susah sekali mengatur perasannya ketika sedang cemburu. Iya, Rio memang sedang sangat cemburu.

Kemarin, ketika Rio menyusul Ify di supermarket, dia tak sengaja melihat Ify tampak asik mengobrol dengan sahabatnya. Gabriel, laki-laki yang dulu sempat ingin menggantikan posisinya di hati Ify. Tapi tidak berhasil karena Ify menolaknya.

Rio tak tahu kenapa Gabriel bisa bertemu dengan istrinya. Bukan hanya sekedar bertemu. Keduanya bahkan saling melempar tawa di tengah obrolan yang terlihat asik sekali di mata Rio. Membuat Rio kesal dan semakin kesal hingga rasanya ingin memukul wajah sahabatnya itu. Terlebih ketika melihat Gabriel dengan leluasa membantu Ify memasukkan semua belanjaannya ke dalam mobil, hal yang tentu saja membuat Rio semakin ingin meluapkan amarahnya. Karena itulah Rio memutuskan memutar mobilnya untuk kembali menuju kantor.

"Pak, Pak Rio-"

Karena jika Rio melanjutkan keinginannya untuk turun dari mobil, dia pasti langsung menghajar Gabriel habis-habisan. Yang berakibat Ify marah padanya. Dan yang paling tidak Rio suka, Ify pasti merasa bersalah pada Gabriel.

DAK!

Ayu di tempatnya seketika tersentak. Dia reflek memeluk map berisi dokumen yang harus ia serahkan pada Rio dan di tanda tangani.

"Ma-maaf Pak," cicitnya menunduk takut.

Rio kontan menatap sekretarisnya. Seperti biasa, tatapan itu tampak menyorot tajam dengan wajah tanpa ekspresi. Membuat Ayu tanpa sadar menelan ludahnya. Namun seolah terhipnotis, Ayu tidak bisa bergerak. Dia justru menikmati apa yang di lihatnya saat ini. Wajah Rio yang tanpa ekspresi itu, justru terlihat semakin tampan dan menawan.

"Taruh saja. Biar nanti saya periksa." Satu kalimat bernada tegas itu membuat Ayu tersentak dan langsung meletakkan map yang sejak tadi ia pegang di atas meja.

"Pak Rio mau saya buatkan kopi?" Tawar Ayu dengan suara lembut dan penuh perhatian. Dia masih berdiri anggun di depan meja Rio. Meski begitu, aura Rio yang kini duduk di kursi kerjanya tetap terlihat jelas di mata Ayu.

"Tidak." Rio menggeleng pelan seraya membuka map yang baru saja Ayu letakkan di dapannya.

"Pak Rio kelihatan lel-"

"Saya baik-baik saja. Kamu bisa keluar sekarang." Potong Rio menatap Ayu penuh ketegasan. Menunjukkan bahwa dia tidak ingin mendengar apapun dari sekretarisnya itu.

"Ba-baik Pak." Ayu tergagap karena tatapan Rio saat ini benar-benar seperti ingin membunuhnya. Dia lantas memutar tubuhnya untuk berjalan keluar dari ruangan Rio.

"Hei, gimana-gimana?" seseorang menyambut Ayu yang baru saja menuju ruang kerjanya. Ruangan yang jaraknya cukup jauh dari ruangan Rio meski masih satu lantai. Dan orang ini adalah salah satu staf Rio di bagian HRD yang kebetulan teman dekat Ayu. Karena dari Diah juga Ayu mendengar kabar tentang perusahaan Rio yang sedang mencari karyawan di posisi yang sudah sangat ia kuasai.

"Gimana apanya?" sahut Ayu dengan wajah lesu. Dia berdecak kemudian duduk di kursi kerjanya. Sementara Diah, teman Ayu tetap berdiri depan meja kerja Ayu yang letaknya tak jauh dari lift. Tujuannya agar Ayu bisa segera tanggap menyambut tamu Rio.

"Usaha lo buat deketin Pak boss." Kata Diah tanpa beban.

Ayu lantas mendelik dan kepalanya reflek menoleh kesegala arah untuk meneliti keadaan. Hal yang membuat Diah tergelak, "Takut amat, Bu. Udah santai aja kali. Lagian di sini kan cuma ada ruangan si boss. Gue juga tadi naik sendiri."

Mencintaimu (Lagi) SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang