Ekstra Part 1

348 20 2
                                    

Ify baru saja selesai memasak. Dia lantas menuju ke kamar untuk membangunkan sang suami yang masih bergelung dengan selimut di atas tempat tidur. Tadi pagi seusai sholat subuh, Rio mengeluh pusing sehingga suaminya itu tidur lagi. Ify yang ingin keluar kamar untuk masak langsung dilarang oleh suaminya. Di karenakan Rio ingin tidur sambil memeluk Ify. Dan Ify baru bisa lepas dari pelukan Rio ketika suaminya sudah terlelap.

"Baby, bangun." Bisik Ify tepat di telinga Rio. Tangan kanannya mengusap rambut Rio yang berantakan. Sambil sesekali Ify mencium kening Rio.

"Kamu sakit, baby. Badanmu jadi anget gini tadi belum lho." Panik Ify saat merasakan bibirnya panas ketika menempel di kening suaminya. Ify lantas menempelkan telapak tangannya di sana.

"Hm pusing." Gumam Rio dengan mata terpejam.

"Ya udah, kamu tiduran aja di sini aku bawain sarapannya ke kamar." Ify segera bangkit dari duduknya. Namun Rio dengan cepat menahan pergelangan tangan Ify agar tetap di tempat.

"Temenin." Pinta Rio dengan nada yang terdengar sedikit merajuk. Ify yang sudah tahu karakter Rio ketika sedang sakit hanya tersenyum geli. Dia menatap lembut pada kedua mata Rio yang kini tampak sayu.  Mata tajamnya itu sama sekali tak terlihat sekarang.

"Iya sayang, nanti aku temenin. Tapi aku mau ambil sarapan dulu buat kamu. Aku suapin juga gimana?"

"Pengen peluk dulu." Pinta Rio lagi semakin merajuk dan enggan melepas tangan istrinya.

"Tapi kamu harus makan dulu, Yo. Abis itu minum obat."

Rio perlahan membuka mata. Dan terlihatlah sorot matanya kini tak setajam dan setegas biasanya. "Belum laper, honey. Mau peluk kamu aja."

"Oke, tapi bentar aja, ya?" Pinta Ify sedikit mengalah.

"Nggak mau bentar." Tolak Rio dengan wajah sendunya yang masih emh, merajuk. Hal yang membuat Ify terdiam sesaat karena baru pertama kali dia melihat Rio bisa semanja ini padanya. Rio memang selalu manja ketika sedang sakit, tapi masih ada kesan cueknya. Sedangkan kali ini Rio benar-benar terlihat seperti anak kecil. Tapi hal itu tak membuat Ify kesal. Dia justru senang bisa menemukan sisi lain dari Rio yang menggemaskan ini.

"Kamu kenapa jadi super manja gini, baby?" tanya Ify tersenyum geli. Antara tidak percaya tapi juga bahagia. Ya, lebih baik melihat Rio yang seperti ini daripada Rio yang marah-marah.

"Pengen peluk, honey." Sahut Rio memelas. Ify terkekeh pelan antara tidak tega tapi juga gemas.

"Oke deh, buat suami tercinta apa sih ya nggak." Ify lantas naik ke atas tempat. Sedang Rio dengan sigap menarik tubuh Ify dalam pelukannya.

"Kangen." Rio berbisik dengan suaranya yang parau. Berbisik tepat di puncak kepala Ify yang kini ia hirup aromanya.

Ify tersenyum lembut seraya merasakan dada hangat Rio yang kini menempel di sisi wajahnya. "Kamu sih sibuk banget. Dari kemarin pulang malam terus."

Rio tersenyum kecil mendengar keluhan istrinya. Tidak berniat membela diri karena apa yang Ify katakan memang benar. Karena sudah satu minggu ini Rio sibuk mengurus proyek barunya. Sehingga terpaksa dia pulang malam karena harus bolak balik dari hotel ke lokasi pembangunan.

"Maaf." Ucap Rio pelan dan terdengar sungguh-sungguh.

"Nggak mau maafin ah!" sahut Ify pura-pura.

Rio mendengus tapi tak lama dia tersenyum tipis karena sadar jika Ify sedang menggodanya. "Kalau nggak mau maafin, aku nggak mau makan."

"Ih ngancemnya gitu banget!" sungut Ify memukul pelan dada suaminya.

Senyum Rio mengembang. Respon Ify menunjukkan bahwa kepedulian istrinya ini masih sebesar dulu ketika mereka belum menikah.

Mencintaimu (Lagi) SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang