I Fell Like ...

307 14 10
                                    

Author: anhays99 

Title: I Fell Like ...

Disclaimer: The whole story is belong to me.

**

Aku tidak tahu. Hanya saja, aku harus melakukannya sekarang juga. Aku sudah memendamnya sejak lama. Tidak ada yang tahu hari esok apakah aku bisa bertemu dengannya lagi atau tidak.

Gadis itu. Gadis yang sudah mencuri perhatianku sejak tiga hari yang lalu di kafe tempatku bekerja part time. Aku bahkan hafal kapan dia akan datang dan pergi. Dia datang sekitar satu jam sebelum jam makan siang, duduk disana sembari membawa laptopnya dan mengerjakan sesuatu yang kutebak itu adalah tugas kuliah. Lalu, dia baru akan pergi sekitar pukul dua siang. Sekian jam yang sebenarnya singkat namun berarti untukku. Ya, setidaknya aku bisa mengamatinya dari sini, dari mesin kasir.

Aku berjalan pelan mendekat kearahnya. Tidak ada yang tahu bahwa sedari tadi jantungku berdetak sangat kencang. Oh ayolah, aku bukan remaja belasan tahun lagi, tapi kenapa rasanya seperti sedang menemui cinta pertamaku.

Oke, dia mungkin memang cinta pertamaku.

Karena diumurku yang kedua puluh satu tahun ini, aku belum pernah sekalipun merasakan bagaimana itu menjalin hubungan dengan perempuan.

Tapi aku sudah bukan diumur yang masih merasa grogi jika berhadapan dengan orang yang aku sukai.

Baiklah, kini aku semakin dekat dengannya. Dia masih serius mengetik sesuatu. Aku tidak ingin mengganggunya, tapi ini harus aku lakukan sekarang juga.

"Ehem, permisi."

Dia mendongak, mengalihkan perhatiannya dari laptopnya padaku. Matanya menatapku penuh tanya.

Aku harus bersikap senormal mungkin.

"Ini," aku menyodorkan sebuah buku catatan padanya. "Kau meninggalkannya kemarin, jadi aku menyimpannya. Siapa tahu kau lupa dan ingin mengambilnya kembali."

Mata gadis itu membulat, terkejut mungkin. Ia segera meraih buku catatannya yang sebelumnya berada dalam tanganku.

"Ya ampun, terima kasih banyak! Aku bahkan tidak tahu kalau buku ini tertinggal. Terima kasih!"

Suaranya mengalun merdu. Aku tidak bercanda. Aku memang sudah mendengarkannya ketika dia sedang memesan minuman, tapi tetap saja rasanya berbeda.

"Sama sama, Kim Ji Woo-ssi."

Alisnya saling bertaut, heran. Oh apakah aku salah bicara?

"Apakah kau tau namaku?"

"Tentu saja, tertulis di sampulnya."

Dan percakapan singkat itu membuatku semakin percaya diri.

THE END

NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang