Charmolypi

83 8 7
                                    

Charmolypi

.

written by. seoltanghobie a.k.a haeminchan
©20180904

Jung Hoseok|J-Hope/Min Yoongi|Suga
M/M; T; Vignette; Angst, Slice of life.

Loosely based on the prompt:
"Apakah kau tahu namaku?"
and
IU's song, "Dear Name"

.

(n.) (GREEK) "joy-making sorrow"
a mixed feeling of happiness while being sad; regret and repentance of past wrongs that simultaneously fill us with hope and the light of forgiveness.

.

"Kau."

Mulut pemuda itu terbuka perlahan. Netra coklat yang hangat itu berserobok dengan netra kelamnya. Dalam. Penuh pertanyaan.

"Apakah kau mengenalku?"

Suara pemuda itu terdengar lirih. Begitu pelan, halus, dan lirih. Seolah-olah dengan menyuarakan pertanyaannya lebih keras adalah sebuah kejahatan yang tak termaafkan. Kelopaknya berkedip halus. Bulu matanya yang panjang bergerak perlahan.

Seluruh lekuk wajah pemuda di depannya adalah gabungan antara kelembutan dan ketegasan yang takkan pernah membuatnya bosan. Cantik sekaligus tampan. Pemuda itu selalu terlihat tampan di matanya.

"Ya."

Jawaban yang keluar dari mulutnya tak kalah lirih. Ringan namun penuh dengan jutaan makna. Netra kelamnya masih tidak bisa berpaling dari pemuda yang masih menatapnya penuh tanda tanya. Memperhatikan lekat-lekat setiap lekuk wajah yang selama ini ia rindukan. Mata almond yang tak pernah berhenti mengekspresikan setiap jenis emosi yang ia ketahui dalam hidup kelabunya. Selalu memiliki jutaan kisah yang tak pernah dibagi kepada dunia; jutaan pertanyaan yang tak pernah dijawab oleh semesta; jutaan gradasi warna yang tak pernah terlukis indah dalam kanvas kehidupan di antara keduanya.

Tapi tak pernah sedetik pun ia lupakan keberadaan sang pemuda dan tatapan hangatnya yang selalu ia damba-dambakan.

"Ya, aku mengenalmu," ujarnya lagi dengan lebih lirih.

"Kalau begitu," pemuda bernetra hangat itu kembali berujar lirih. Nada bicaranya hati-hati. "Apakah kau tahu namaku?"

Lidahnya kelu. Gumpalan air ludah yang tersangkut dalam tenggorokannya terasa begitu keras dan menyakitkan.

"Ya," sontak netra kelamnya terlihat bergetar. Air mata mulai bergumul di kelopaknya.

"Bisakah kau memberitahukannya padaku?" Senyum tipis itu terlihat indah sekaligus memilukan. "Bisakah kau memanggil namaku?"

Rambut pirangnya bergerak perlahan. Mengikuti gerakan kepalanya yang menunduk semakin dalam. Tangan di atas pahanya terkepal erat. Semakin erat. Erat. Erat. Erat. Semakin erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menggigit bibirnya yang mulai bergetar halus. Mencoba menghentikan isak tangis yang memaksa keluar.

Pemuda di depannya masih terdiam. Senyum lembut yang sama masih terukir dengan begitu jelas di wajah sang pemuda. Sorot matanya yang hangat masih terus menatap lurus ke arahnya.

"Ho ... seok," suaranya lirih. Tenggorokannya tercekat. Nama yang dulunya terasa begitu hangat dan familiar kini terasa begitu asing. Nama yang ratusan, ribuan, jutaan kali ia sebutkan dalam sadar dan tidurnya kini terdengar begitu pilu. "Jung Hoseok."

NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang