Satu per Empat

72 7 8
                                    

Title : Satu per Empat

Author : felice_pen 

Genre : Slight yaoi, angst, drama, a lil bit fantasy

Rating : T/M

Disclaimer : BTS's Park Jimin and Jeon Jeongguk are belongs to GOD, themselves, their family, BIGHIT Ent., and last but not least their fans as well. This story is mine, just that.

Warning : Alur maju mundur.

1484 words story here>< ENJOY!

---

Felice_pen, 16/09/2018

---

Saya terbangun dengan suasana yang persis sama sebagaimana terakhir kali saya membuka mata pagi kemarin.

Lantas saya melihat saya berdiri di hadapan cermin besar, rapi dengan setelan formal. Lengkap dengan topi yang bersih dan sepatu baru disemir yang mengilap. Saya tersenyum melihat saya dengan pakaian formal keluar rumah dengan langkah lebar-lebar penuh keyakinan.

***

Panen besar yang telah ditunggu-tunggu oleh pada petani dan seluruh penduduk desa datang dalam sekejap mata. Ada perayaan megah untuk menunjukkan syukur mereka. Saya diam di pekarangan rumah di bukit ketika pawai dan arak-arakan terlihat samar-samar dari sini. Sambil mengapit batang rokok di bibir. Sambil menikmati aroma kopi hitam yang pekat. Sambil mengabaikan Jeongguk yang tersedu terlampau pelan.

Barangkali Jeongguk kehabisan tenaganya untuk menghajar saya, sehingga pemuda yang dua tahun lebih muda dari saya itu hanya membiarkan air matanya tumpah tanpa pertahanan. Jeongguk menunduk dalam ketika saya menolehkan kepala untuk melihatnya.

"Saya tidak macam-macam dengan gadis mana pun, demi Tuhan, Park Jimin."

Mendengar kalimatnya membuat saya luar biasa naik pitam, saya isap rokok dalam-dalam dan membuang asapnya cepat. Batang rokok yang tinggal seperempat saya simpan di pinggiran asbak. "Kamu macam-macam dengan saya?"

Jeongguk menggeleng cepat-cepat. "Saya tulus dengan kamu, Park!"

"Di desa sedang ada panen raya, kamu tidak akan turun?"

Saya tidak menunggu jawabannya.

Saya tidak merasa perlu tahu jawabannya.

Mata saya memicing seiring dengan Jeongguk yang meringis. Ia buka bajunya hanya untuk menunjukkan luka yang baru muncul di lengan, terkoyak kulitnya hingga sobek menunjukkan daging dan darah. Binernya yang berkaca-kaca menatap saya langsung di mata, pelan, ia menggeleng meminta saya untuk berhenti.

"Jawab aku, Kook-ah, perasaanmu yang ditujukan padaku itu... cinta atau ketakutan? Apa kau membenciku?"

Jeongguk merangkak pelan, tangannya menangkup pipi saya sebelum menarik saya ke dalam sebuah pelukan lama. "Aku bilang jawabannya juga kau tak akan percaya."

"Tutup matamu, biar malapetaka ini saya selesaikan."

Saya mengenal Jeongguk sejak ia dan sekelompok prajurit kerajaan datang ke rumah saya di lembah. Pemerintahan bersama gereja mengirim pasukan dengan busur dan panah untuk menghabisi saya. Tuduhan yang ditujukan pada saya hanyalah nonsens tak bermutu, masalah klasik yang dibesar-besarkan.

NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang