Semilir angin berhembus ringan menerpa tubuh tegap yang berbalut coat coklat. Dengan raut muka datar lelaki itu berjalan memasuki taksi yang telah dipesannya beberapa saat lalu. Pikirannya berkecamuk. Namun suasana hatinya tidak secerah cuaca hari ini.
Setelah dia memasuki taksinya, dia buru buru kerumah sakit dengan perasaan was was. Nyawanya disana.
Setelah sampai di tempat yang ia tuju, ia membayar taksi lalu melangkahkan kakinya masuk dan mencari ruangan yang bertuliskan ICCU.
Di depan ruangan itu terlihat seorang lelaki dengan surai hitam yang sedang memangku seorang gadis kecil yang tertidur. Dia menggampiri mereka.
"Hyung" Gumam lelaki ber surai hitam itu pelan. Tidak ingin menganggu keponakannya.
"Diamlah, aku tak ingin anakku bangun"
Lalu dengan langkah pelan ia memasuki ruangan di depannya. Ruangan itu hening, hanya alat pendukung kehidupan yang bersuara. Di atas bankar terdapar seorang wanita yang terkulai lemas dengan kabel kabel yang menempel ditubuhnya.
Pikirannya kacau. Dia tidak sanggup melihat orang yang dicintainya terbaring lemah seperti itu.
Ingatnya, Irene adalah wanita yang kuat. Dengan mulut yang selalu mengeluarkan kata kata sarkas.
Tapi didepannya, wanita dengan otak pintar itu terkulai lemas. Detak jantungnya mengkhawatirkan. Dia meyakinkan dirinya bahwa bidadari nya tidak akan pergi menggalkannya.
Dia mendekati sosok itu. Tangannya menggenggam tangan yang terpasang 2 kabel untuk mempertahankan hidup.
Air matanya luruh. Kasihnya lemah tak berdaya. Pikirannya melalang buana di pertemuannya dengan perempuan ini 8 tahun lalu.
Dulu, dia jatuh cinta pada Irene saat pertemuan pertama mereka. Pada saat dirumah sakit tempat Shownu dirawat. Irene dengan otak cerdas nya memikat Kihyun.
Lama dia memandangi wajah damai itu. Mata dengan bulu yang lentik itu perlahan bergerak terbuka. Dia bersyukur, tanpa pikir panjang dia memencet tombol untuk memanggil dokter.
Tak lama dokter datang dengan segenap suster. Suara anaknya terdengar diluar. Tak usah diperintah oleh dokter, dia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu menemui anaknya.
"eoh, Daddy. hhmm DADDY!"
Seori memeluknya dengan sangat erat.
"Daddy, apakah mommy bangun?? mommy tidak akan ditimbun dengan tanah seperti orang orang mengubur nenek kan??? aaaaa Jangan diam saja Daddy, Jawablah Seoriiiiiiii"
Kihyun tersenyum, anaknya sangat cerewet seperti adiknya.
"Mommy tidak akan dikubur"
"Ah Syukurlah"
Tak butuh waktu lama, dokter keluar dari ruangan itu.
"Keluarga pasien?"
"saya Suaminya"
"Ikut saya tuan"
Kihyun mengikuti sang Dokter ber name Tag
Park Jimin
**
"Bagaimana kondisi istri saya?"
"Nyonya Yoo telah melewati masa kritisnya dan dia sekarang bisa dipindah ke kamar rawat biasa"
Kihyun mengangguk
"Bagaimana dengan janin nya?"
"Kami hanya dapat menyelamatkan salah satu dari mereka. Dan sesuai permintaan anda, ibunya lah yang kami selamatkan"
Kihyun tidak bodoh dengan mengajukan pertanyaan seperti ini. Dia hanya meyakinkan dirinya. Dia tau disituasi macam apa saat Kino menelfonnya dan bertanya dia memilih istri atau calon anaknya yang tidak sempat melihat dunia.
Anak laki laki permintaan ibunya dan penerusnya telah tiada.
"Dan tuan Yoo, saya tidak tau jika rahim nya juga rusak parah. Jadi kami juga memutuskan untuk mengangkat rahim dari pasien"
"Dan itu artinya istriku tidak bisa hamil lagi?"
"Maafkan saya tuan"
Dunia Kihyun seakan runtuh.
**
malamnya, Tuan Yoo bersama Nyonya Yoo, mereka datang dengan langkah besar. Kali ini mereka tidak datang bersama pengawal. Langkah Tuan Yoo berhenti didepan kamar inap milik irene. Ia melirik istrinya, menyuruhnya masuk.
"panggilkan Kihyun, aku tunggu diluar"
Nyonya Yoo mengangguk, ia masuk dengan senyum yang dipaksakan. Tatapan iba milik Nyonya Yoo membuat Irene malah merasa makin sedih. Irene membalas senyum mertuanya dengan senyum getir.
"kihyun, Ayah menunggumu diluar"
Kihyun mengangguk, ia keluar dari kamar inap itu, Nyonya Yoo mulai mendekati Irene dan menanyakan keadaan menantunya. Irene menggeleng pelan dari seluruh pertanyaan yang ditujukan padanya.
"aku baik-baik saja Bu"
**
Kihyun berdiri didepan Tuan Yoo yang duduk dibangku ruang tunggu. Ia membungkuk hormat pada Ayahnya.
"kudengar, anakmu tidak terselamatkan"
Kihyung mengangguk kaku. Ia memiliki firasat buruk dari perkataan ayahnya.
"jadi, bagaimana dengan perusahaanku?"
Tepat sasaran. Kihyun seakan dijatuhkan dari ketinggian sampai ke bumi terdalam. Ucapan ayahnya kali ini benar-benar menyakitkan untuk dirinya, dari sekian banyak kata sarkas yang ayahnya ucapkan.
"bisakah kita berbicara soal ini, nanti? Kurasa ini bukan waktu yang tepat. Lagipula saat ini aku, sedang kehilangan seorang anak yang bahkan belum sempat melihat dunia, Ayah"
Tuan Yoo menghela nafasnya, "Kihyun aku ingin kau tau, perusahaan kita butuh penerus. Aku juga ikut sedih karena kehilangan calon penerus kita. Kuharap istrimu itu bisa mengandung lagi"
"tidak bisakah ayah menganggap anakku sebagai cucu? Bukan sebagai embel-embel penerus! Lagi pula kino pun akan menikah nantinya dan memiliki seorang anak lelaki yang ayah inginkan"
"kau tidak berfikir bahwa aku akan mengangkat orang yang bukan dari darah daging ku kan?"
Kihyun hanya diam dan pergi meninggalkan ayahnya. Perasaannya hancur dan ia benci menjadi bagian dari keluarga ini. Ia masih berkabung soal anaknya, dan kini ia harus berhadapan dengan masalah yang akan menyakiti istrinya.
__________
______________
___________________unch unch egeeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Triggle Love [Yoo Kihyun]
Randomjika kau mencintai seseorang.. kau perlu berkorban untuknya..