O2 ー hujan dan namanya

761 102 23
                                    

kamu mengenalku, ya?OKT 2019 ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kamu mengenalku, ya?
OKT 2019 ㅡ

lampu kamar masih padam. gadis itu terlelap dengan matanya yang membengkak, tertidur entah seberapa lama. tubuhnya membeku tak mau bergerak menyalakan lampu. ruangan gelap gulita, cocok sekali dengan perasaannya yang terlanjur gundah gulana.

hari kemarin maupun hari ini keberuntungannya masih saja gugur, hatinya sedang tidak makmur. cintanya langsung bangkrut sebegitu cepatnya. meramal hari esok serta hari-hari selanjutnya, sepertinya bakal sama ampasnya.

assel tengkurap dengan kasur yang melahap dirinya, menutupi kepalanya dengan bantal kempes, bersiap mau berteriak,

"kamㅡ" tetapi tenaganya sudah habis, "...pret."

sebagaimana manusia yang paling lelah sedunia, tungkai berkaos kaki putih itu berjalan terlalu lemas dengan tangannya yang meraih saklar lampu hingga tampak dirinya mengeluh lesu. langsung saja ia rebahkan kembali tubuh reotnya tanpa aba-aba, meloncat seenak hati menuju ranjang tanpa peduli apa ibunya bakal membaca banyak mantra nyerocos tiada titik koma sebab assel merusak kasurnya sendiri.

biasanya selepas sekolah assel menenteng buku, namun untuk hari ini ia kembali ke rumah tidak membawa apapun, malah pulang menggandeng si anak ayam belegug.

ia menangis lagi sembari meraih tasnya mendekat, menggeledah mencari catatan dengan matanya yang teduh, tersedu-sedu, agak dramatis. disobeknya selembar kertas harian satu oktober karena teringat tentang apa yang telah terjadi. tidak ada faedahnya ia mengagumi.

BRAK.

agam datang membuka pintu sembarangan tanpa mengetuk dahulu membuat penghuni di dalamnya terkejut sampai pupilnya membesar melototi si pelaku, bocah saru.

nampak saudaranya itu sedang mengunyah makanan menggembungkan pipi dengan tangan kanan yang membawa cemilan, sesajen untuk assel. wajahnya yang memelas segera disingkirkan, bisa habis kesehariannya kalau ketahuan galau begitu, seumur hidup agam bakal meledeki

anak kesayangan mamih berjalan maju menghampiri nenek lampir, menyodorkan sebungkus roti coklat. bicaranya kumur-kumur.

"jwajan nwih, bawrwusan agwam bewli kewluwar."

yang diberi mengambil dengan tidak baik-baik, melahapnya tanpa basa basi. memikirkan satu hari lalu yang dapat merusak hari-harinya cukup melelahkan sampai membuat agam mengernyit kebingungan, mirip gembel kelaparan.

sama bingungnya dengan assel, bukannya bocah tengik satu ini keluar pergi dari kamarnya ia malah terduduk di sebelah kakaknya menelan roti pelan-pelan dan menundukkan kepala, tampangnya serius, memamerkan raut luguㅡtapi kalau bisa assel tidak boleh tertipu dengan sorot mata berlagak ingin dikasihani begitu, cuma pencitraannya saja biar tidak dimarahi.

octoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang