Delapan

15.3K 1.1K 38
                                    

"Mas..." panggil Vanesha pada suaminya yang tengah memeriksa laporan penjualan perusahaan hari ini.

"Hmm..." jawab Noval tanpa menoleh ke istrinya.

"Echa pulang aja ya mas. Echa ngga tau di sini mau ngapain. Masih jam 3 sore, mas juga masih kerja. Kasihan Yesa di rumah berdua sama bibik." ucap Vanesha.

Noval mengalihkan pandangannya ke arah Vanesha, menatapnya sebentar.

Sebenarnya, ia lebih suka Vanesha di kantor bersamanya. Ia bisa memandangi wajah cantik gadis itu di sela-sela ia bekerja.

Tadi, sehabis mereka mesra-mesraan, keduanya memesan makanan delivery dari aplikasi jasa antar online dan setelahnya mereka makan.

Dan beginilah kegiatan mereka, Noval asyk dengan angka-angkanya sedangkan Vanesha membahas soal-soal yang mungkin akan keluar saat ujian Nasional nanti.

Noval beranjak dari kursinya lalu mengusap kepala Vanesha sayang. "Mas antar kamu kalo gitu."

"Jangan. Pekerjaan mas bisa gak selesai. Waktubya habis di jalan nanti bolak-balik. Echa naik ojek online aja deh." gadis itu meraih ponselnya.

"Enggak aman, sayang. Mas takut kamu kenapa-kenapa. Naik taksi online aja deh." ucap Noval tapi Vanesha menggeleng.

"Dari dulu Echa aman kok naik ojek. Enggak usah deh. Yang penting kemana-mana itu ngucap. Bismillah. Gitu mas." ucap Vanesha sambil mengangkat kedua tangannya di depan wajahnya.

Noval tersenyum. "Mas cemas. Mas takut kamu kenapa-kenapa. Mas mungkin sanggup kehilangan almarhum kakakmu, itu karena ada kamu di sisi mas, Cha. Tapi kalau harus kehilangan kamu. Mas tidak tahu, siapa yang akan menguatkan mas yang lemah ini."

"Astagfirullah mas. Ngucap. Ngomong kok ngaco. Semua itu, Allah yang mengaturkan. Kita enggak boleh mendahului Yang Maha Kuasa. Udah ah. Bicaranya mas gak enak. Echa pamit pulang. Assalamualaikum." Vanesha meraih tangan kanan suaminya dan meletakkan punggung tangan pria itu di keningnya.

"Waalaikumsalam sayang. Hati-hati."

"Ya. InsyaAllah." ucap Vanesha menghilang dibalik pintu.

---

Sekitat jam 4 sore Vanesha tiba di rumah. Ia merasa tubuhnya gerah. Ia ingin segera mandi sebelum bermain dengan putri kecilnya.

Vanesha berniat mengetuk pintu, namun pintu rumahnya sedikit terbuka, ia urung mengetuk. Apalagi di teras ada sepasang sepatu pancus hitam milik wanita.

Kening Vanesha berkerut memikirkan siapa kemungkinan yang datang ke rumahnya. Ya, sejak jadi istri Noval, ia sudah merasa rumah itu jadi rumahnya juga.

Vanesha mengucapkan salam dan dijawab oleh bi Salma dan suara seorang perempuan lainnya.

Plash... Jantung Vanesha seolah hampir berhenti bekerja.

Apa-apaan ini ya Allah?

Wanita yang lain itu tersenyum manis ke Vanesha dari arah dapur. Ia memakai celemek yang biasa dipakainya saat memasak di dapurnya. Tapi kini, ada perempuan lain yang berada di sana.

Vanesha tak mampu menutupi wajah terkejutnya.

"Kamu jangan terkejut gitu dong, Van. Ehm, mbak dengar tadi kamu dan mas Noval pulang lebih awal dari sekolah karena ada masalah keluarga. Mbak langsung cemas mikir Ayesa kenapa-kenapa. Makanya pulang kerja mbak belanja dan masakin soup ayam." wanita itu tersenyum lagi.

"Mbak? Bu Farida kok?!" Vanesha bingung sekali saat ini.

Farida berjalan menghampiri Vanesha lalu menggenggam tangan gadis muda itu erat dan menatapnya dengan tatapan memohon.

Jadi ISTRImu sesungguhnya (Novel cetak Dan Ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang