"Saya terima Nikah dan Kawinnya Vanesha Ayudya Dermawan binti Dermawan Radytia dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." ucap Noval Sentosa lantang dalam sekali tarikan nafas.
"Syah?" tanya penghulu pada saksi.
"Syah!" seru para saksi.
"Alhamdulillah..."
Kemudian seorang gadis berkukit putih, cantik dan masih sangat muda keluar dari sebuah kamar di tuntun oleh aang ibu keluar menuju pada sang suami.
Dengan gemetar gadis itu duduk di sebelah pria yang baru saja syah jadi suaminya.
"Silahkan kedua mempelai menandatangani buku nikah lalu bertukar cincin pernikahan."
Kemudian Noval bergantian menandatangani buku terswbut dengan Vanesha.
Setelah itu Noval memasangkan cincin emas putih di jari manis kanan Vanesha, dan Vanesha juga memasabgkan cincin di jari mannis kanan Noval. Namun, tangannya yang gemetar terhenti saat melihat bekas cincin di jari tersebut.
Noval melihat cara pandang Vanesha, ia diam saja. Tidak ingin memaksa istrinya tersebut.
Sentuhan lembut di pundaknya menyadarkannya. Senyuman hangat keibuan menuntun hati Vanesha memakaikan cincin di jari manis Noval.
Vanesha tidak melepas tangan kanan Noval, ia lalu mencium punggung tangan suaminya itu lalu mengangkat kepala menatap Noval.
Jantung Vanesha berdebar kencang sekali. Ia memang sudah gelisah sejak kemarin malam, tapi kali ini jantungnya bekerja benar-benar maksimal hingga membuat Vanesha merasa takut jika jantungnya bisa meledak tiba-tiba.
Ini adalah kali pertama mereka bertatapan intens dan masih saling berjabat tangan.
Selama ini, mereka hanya saling memandang sebagai saudara ipar, juga murid dan guru.
Noval juga selalu bersikap sopan padanya, dan terkesan tidak terlalu akrab tetapi tetap saling menyapa dan mengobrol.
Tapi kali ini, pria itu memandangnya bukan swbagai adik ataupun murid, melainkan... Tatapan suami pada istrinya.
Noval perlahan menunduk, mengecup lembut kening istrinya. Vanesha sampai menutup mata, entah untuk apa.
Suara tepuk tangan membuat keduanya melepaskan tangan dan Vanesha menunduk dengan wajah merona.
Noval lalu menyalam kedua orang tuanya meminta restu diikuti oleh Vanesha.
"Echa, tolong jaga Mas Noval dan Ayesha dengan baik ya. Ibu tahu, kalau kamu masih sangat muda. Bahkan, kamu belum pantas diikat hubungan sakral seperti ini. Tapi, Ibu percaya kamu pasti bisa menjaga amanah dari almarhum Viandra." seorang wanita yang merupakan mertuanya Vanesha memberi nasihat.
"Insya-Allah Bu." jawab Vanesha.
Noval pun menyalam tangan ibu mertuanya.
"Umi titipkan putri bungsu Umi kepada kamu ya nak Noval. Sekarang, umi hanya punya dia dan Ayesha. Harapan umi, sama seperti saat umi menitipkan Viandra dulu. Tolong lindungi, hargai, hormati, bimbing dan cintai Echa dengan segenap hatimu."
"Insya-Allah Umi. Echa sekarang sudah jadi tanggung jawabnya, Noval." ucap pria itu tegas.
Lalu ia pun berkata pada putrinya.
"Echa, umi tahu kamu masih muda tapi tanggung jawab kamu sekarang bukan cuma sebagai seorang pelajar. Umi minta kamu patuh sama suami kamu, menghormati dia s3bagai imammu, dan menjaga dirimu agar tidak mbuat suami kamu cemas. Kamu harus jaga anak kalian baik-baik. Meskioun ada babbysitter tetap saja kamu sekarang ibunya Yesa, jadi kamu harus bisa jadi istri yang bijak dan ibu tang baik. Dan sekolah kamu jangan sampai terganggu."
Vanesha mengangguk, ia menangis. Tanggung jawabnya sungguh berlipat kini. Tapi, bagaimanapun ia tidak mungkin menolak permintaan terakhir sang kakak, terutama karena Ayesha.
---
Pernikahan mereka diadakan di rumah Paman kandung Vanesha, adik almarhum Abahnya. Pria itu juga sekaligus wali nikah bagi Vanesha.
Tidak ada acara resepsi, juga tidak ada lehadiran para undangan.
Semua yang menyaksikan pernikahan Vanesha dan Noval adalah keluarga inti. Kedua orang tua Noval, kakak dan abang ipar Noval, lalu Umi, Paman dan Bibi serta penghulu.
Pernikahan mereka sengaja ditutupi karena status Vanesha yang masih seorang pelajar SMA dan masih 5 bulan lagi berusia 18 tahun, dan Noval merupakan guru di sekolah Vanesha.
Noval dan Vanesha pulang berdua ke rumah Noval, sedangkan Ayesa dan pengasuhnya ikut ke rumah orang tua Noval.
Vanesha duduk di twpi ranjang menatap kelopak bunga mawar yang ditata seindah mungkin. Sepertinya itu kerjaan kakak iparnya.
Vanesha menatap sedih ranjang tersebut. Ranjang itu adalah milik kakaknya Viandra dan abang iparnya Noval, yang kini berstatus suaminya.
Noval membuka pintu kamar mendapati Vanesha duduk sambil menunduk.
Perlahan ia berjalan menuju lemari pakaian dan menghadap ke lemari tersebut. Posisi yang membelakangi Vanesha.
"Mas minta maaf, Cha. Mas tahu, ini malam pengantin kita. Tapi sepertinya kita tidak bisa melakukannya. Saat ini kamu masih berstatus sekolah, selain itu, mas masih sangat mencintai almarhumah kakakmu. Kita akan tetap menjalani pernikahan kita. Tapi mas tidak bisa melakukannya, setidaknya sampai kita bisa sama-sama menerima kenyataan ini. Mas harap kamu mengerti."
Vanesha menatap punggung pria itu. Ia tahu, Noval tak berniat menyakiti hatinya, itu sebabnya pria itu memilih membelakanginya.
"Kalau begitu, Echa permisi ke kamar Echa ya mas." Vanesha berjalan mendekati Noval dan mengulurkan tangannya.
Noval sedikit shyok dengan sikap Vaensha namun ia mengulurkan tangannya.
Vanesha meraih jemari Noval dan menarik punggung tangan Noval ke keningnya.
"Assalamualaikum mas." suara lembut Echa.
"Waalaikumsalam." ucap Noval. Lalu Echa melepas tangan suaminya.
Noval menatap punggung istrinya yang perlahan hilang di balik pintu kamar. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena ia telah mengikat Vanesha dalam pernikahan yang sakral.
Tapi, mau bagaimana lagi, ia sudah berjanji akan menuruti permintaan terakhir sang istri sebelum meninggal.
Viandra meninggal seminggu lalu, dan demi ketenangan arwahnya maka pernikahan mereka pun disegerakan . Selain itu, Vanesha juga tinggal serumah dengannya sejak sebulan lalu, padahal sebelumnya ia kost di Jakarta.
Noval sangat jarang mengobrol dengan Vanesha selama ini, gadis itu menghormatinya sebagai abang ipar juga guru di sekolahnya. Dia tidak pernah menyapa Noval duluan, namun bukan berarti Vanesha gadis yang pendiam atau kaku, mereka hanya menjaga silaturahmi sepantasnya.
"Maafkan mas, Echa. Kamu harus terikat pernikahan dengan pria yang lebih tua 10 tahun dari kamu. Mas tahu, ini sangat berat, apalagi kamu adalah seorang gadis remaja yang cantik dan berprestasi. Tapi kita sudah berjanji. Dan kita juga sudah menikah, syah di mata hukum dan agama. Mas janji, akan mendukung cita-cita kamu, tidak akan menghalanginya sedikitpun. Mas juga janji, jika suatu hari nanti kamu bertemu seorang pria dan jatuh cinta, mas janji akan melepaskan kamu bersama orang uang kamu cintai. Insya-Allah, mas akan berusaha bertanggung jawab sama kamu." Noval bermonolog.
---
Cerita baru... Aku pesimis sih sama peminatnya... Tapi berhuung aku suka, maka aku akan tetap nulis, dengan atau tanpa VOTE dn COMENT kalian...
Tapi... Jika kalian berkenan memberi VOTE dan COMENT aku akan sangat berterimakasih sekali...
Karena itu merupakan support terbesar buat ku...
Ceritanya ini agak lambat, terkesan berat tapi sebenarnya ringan dan sederhana. Very simple. Juga sangat sehari-hari banget.
Tentang pernikahan tanpa cinta, dan benih-benih cinta itu sendiri akan tumbuh seiring waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi ISTRImu sesungguhnya (Novel cetak Dan Ebook Ready)
RomanceSemua NOVEL saya edisi 21++ alias khusus penikmat bacaan DEWASA. Tapi bukan juga menawarkan cerita yg isinya 'begituan' doank. Akan diHAPUS sebagian pertanggal 7 april 2019 karena mau direvisi dn dibuat ebook. THANKS. Demi permintaan terakhir sang...