Ep2. Her Name

56 6 0
                                    

Sudah memasuki hari kedua aku bersekolah disini, dan aku belum tahu siapa nama gadis yang kemarin itu. Aku masih tak yakin jika dia bukan gadis yang malam itu kutemui, tatapannya sangat mirip dengan hari itu. Aku rasa aku berniat untuk bertanya pada Dean saat istirahat nanti.

Bu Johyeon menyuruh kami untuk mencari buku di perpustakaan dan membuat laporan soal buku itu di selembar kertas yang telah ia bagikan sebelum kami menuju gedung perpustakaan yang luas bagaikan perpustakaan di film populer Harry Potter.

Aku sudah mengelilingi beberapa lorong dan tidak menemukan buku yang menurutku bagus untuk ditulis ke laporan. Sampai akhirnya ada buku bersampul emas yang menarik pandanganku, aku menghampiri buku itu dan segera ingin mengambilnya. Tapi sebuah tangan menghalanginya dan kami menyentuh buku yang sama.

"Kau?!" Ucap kami bersamaan.

"Jauhkan tanganmu, aku yang menemukannya duluan" pintanya sambil menarik bukunya.

"Apa? Aku yang melihatnya duluan, seharusnya kamu yang menjauhkan tanganmu dari buku ini".

"Kau tahu arti siapa cepat dia dapat? Aku yang lebih cepat mengambilnya, jadi singkirkan tangan kotor mu itu".

"Tangan kotor kau bilang?!".

"Hei, yang disana bisa tidak berisik?" Aku mendapatkan teguran dari penjaga perpustakaan dan memelankan ucapanku.

"Dengar, dilorong sebelah ada buku yang lebih menarik lagi. Coba kamu cari buku disana, dan berikan bukunya padaku".

"Kalau begitu kenapa kamu tidak mengambil buku yang dilorong sebelumnya? Stupid!".

Dia merebut bukunya dariku kemudian berjalan meninggalkanku sendiri di lorong itu. Dasar gadis menyebalkan! Aku bingung kenapa dunia mempertemukan kita berdua lagi.
Aku terpaksa mengambil buku yang ada di lorong lainnya. Jika gadis itu tidak merebut buku ku, pasti aku sudah mengerjakan tugas laporan itu, sial.

-

Dean datang mengejutkanku dan kemudian dia menarik kursi yang ada didepanku agar kami bisa bicara berhadapan. Wajah pria itu mengamati mukaku yang sama sekali tidak berekspresi apapun, seolah pandanganku ini kosong.

"Hei Jinyoung! Did something happen to you?".

"Nothing. Hmm, omong omong siapa nama gadis yang duduk disamping jendela itu?" Aku menunjuk tempatnya dengan jari telunjukku.

"Oh, Lumiere.. namanya Kim Junghwan. Dia salah satu siswi cantik disekolah, Dia pendiam, dingin, dan sangat cerdas. Terakhir, namanya ada di urutan ke 5 nilai ujian terbesar satu sekolah".

"Kenapa disebut Lumiere?" Aku masih tak mengerti.

"Dalam bahasa Perancis artinya Cahaya. Kulitnya seputih susu dan punya mata yang sangat indah, karena itu kami menyebutnya cahaya sekolah".

Aku geli mendengarnya jika membandingkan julukan yang diberikan murid disekolah dengan cara Junghwan bicara padaku. Sangat sangat tidak cocok dengan Junghwan yang ku ketahui, apa hanya padaku dia seperti itu?

"Kenapa memangnya? Kamu ikut jatuh cinta pada Junghwan?".

"Kau gila? Tadi pagi dia merebut buku yang seharusnya kutulis di tugas laporan tadi. Ah, aku benci dia. Bahkan dia bilang jika tanganku kotor?".

"Berarti kamu lemah Jinyoung. Kau kalah dengan perempuan? Ahahaha" Dia malah menertawakanku.

Aku hanya diam, kemudian melihat gadis itu yang sedang menidurkan kepalanya diatas meja sambil disinari cahaya matahari. Ah tetap saja aku tidak bisa melihat sisi cantik dari Junghwan setelah tahu cara bicaranya padaku.

Pelajaran telah selesai untuk hari ini, aku langsung membereskan barang barangku dan bergegas keluar kelas untuk menjemput Jiheon disekolahnya. Ibu tidak bisa menjemputnya dulu karena harus pergi ke rumah bibi rose, jadi aku harus menjemput adikku.

Tiba tiba badanku ditabrak oleh seseorang dari belakang. Tunggu dia Junghwan. Dia melirikku sejenak kemudian melanjutkan langkahnya tanpa meminta maaf kepadaku. Cih, gadis ini.

"Ya! Kim Junghwan!" Panggilku.

Namun dia tidak mempedulikanku dan lebih memilih memasang earphone kedalam telinganya. Aku langsung menghampirinya dan melepas satu earphonenya. Yang menyebabkan dirinya ikut tertarik kearahku, kemudian dia menatapku.

"Kau lagi? Bisa kita tidak berurusan sekali saja?".

"Aku juga tidak ingin berurusan denganmu! Tapi kamu yang memulai semua urusanmu denganku".

"Aku? Kan kamu yang kemarin duluan menimbrung ku! Stupid!".

"Sudahlah cepat bilang maaf!" Mintaku kepadanya, dia hanya diam kemudian menatapku.

"Kesiapa? Dan untuk apa?" Ucapnya dan membuatku mulai mengepalkan tangan.

"Ke aku lah! Kamu menabrakku kan barusan? Cepat bilang maaf, aku tidak suka dengan seseorang yang melakukan kesalahan tapi tidak menyadari kesalahannya!" Ucapku dengan geram.

Dengan santainya dia menjawab..

"Siapa kamu? Memangnya ada peraturan sekolah yang bilang jika harus mengucapkan maaf jika melakukan hal yang tidak sengaja?".

Dia membuatku semakin naik darah, jika aku adalah sebuah bom, mungkin tinggal menunggu 10 detik lagi agar diriku bisa meledak dan menghancurkan seluruh tempat ini.

"Tapi kan maaf adalah salah satu perilaku sopan santun. Dan kamu tidak sopan kepadaku, cepat bilang maaf!".

"Begitu ya? Aku tidak ada waktu, sudah ya lain waktu saja aku meminta maaf padamu. Sampai jumpa pria berkepala kecil".

"Apa? Kepala kecil? Kim Junghwan! Keterlaluan!!" Dia kembali memasang earphone nya dan berjalan dengan santai seolah tak ada apapun yang terjadi padanya.

"Menyebalkan. Eh astaga! Aku lupa menjemput Jiheon!!".

Sial, karena berdebat dengan gadis menyebalkan itu aku jadi telat menjemput adikku yang masih ada disekolahnya. Semoga saja aku tidak tertinggal kereta jurusan yang menuju ke sekolah Jiheon. Karena jika aku tertinggal, ibu pasti marah padaku karena lalai pada Jiheon adikku sendiri, terlebih lagi dia masih kecil.

"Jiheon maafkan aku!".

[REVISI] The Light : I Will Always By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang