Hawa terus menindas Adam sebagai wujud balas dendamnya. Tapi Adam tidak membalas Hawa.
Dan di saat Adam berkumpul dengan teman-temannya, mulailah Adam mengalami olok-olok dari kesemua temannya itu...
"Kau payah, Adam... Dia mencaci maki dirimu dan kau diam saja???"
"Kau harusnya melawan... Dan tinggalkan saja dia!"
"Kau penakut, Adam... Untuk apa kau jadi laki-laki?"
Adam tak terlalu menggubris. Hanya memberi senyum kecil...
Adam terdiam dan pulang seperti biasanya, mendapati Hawa yang lagi-lagi menindasnya secara verbal maupun fisik... termasuk lemparan piring terbang yang melewati kepalanya, tepat di saat ia merunduk...
"Kau payah, Adam!", jerit Hawa mendakwa. "Kau pengecut! Kau tak pernah mau bayar harga untuk pengorbananku selama seratus satu tahun mengikutimu ke lubang semut!"
Adam tidak menyahuti. Ia memunguti pecahan piring yang bertebaran di lantai dan hampir saja melukai jemarinya. "Aku minta maaf", katanya.
"Kau tidak pernah benar-benar mencintai aku!!!", jerit Hawa lagi penuh kemarahan, mengingat semua pengkhianatan Adam padanya sekitar dua puluh tahun yang lalu.
"Dua puluh tahun aku terus terlecut luka! Dan kau tidak melakukan apapun untuk membayar semuanya itu!!!", jerit Hawa lagi, juga mengingat tujuh puluh tahun rumah tangganya yang penuh dengan hari-hari sepi.
"Ayo! Jawab! Apa yang kau lakukan untuk memperbaiki???", tantang Hawa, masih penuh dengan amarah. "Kau selalu diam! Tidak melakukan apapun!!! Jawab!!!"
Adam mendesah kecil sambil membelai rambut Hawa yang kusut. "Aku hanya bisa meminta maaf setiap hari selama dua puluh tahun terakhir ini. Aku hanya bisa diam setiap hari di olok-olok teman dan dilempari piring olehmu, juga selama dua puluh tahun terakhir ini. Aku tidak membalas atau meninggalkanmu selama dua puluh tahun terakhir ini. Dan aku masih berharap kalau kau mau memaafkan aku selama dua puluh tahun terakhir ini dan sampai sisa hidupku. Lalu aku hanya berkeinginan untuk bisa menebus semuanya dengan membahagiakanmu selama dua puluh tahun terakhir ini sampai habis masa hidupku. Apa lagi yang harus aku lakukan dan perkatakan agar kau mau memaafkan aku?"
"Mundurkan waktu agar kau jangan melakukan apa yang membuatmu jadi melakukan apa yang kau lakukan selama dua puluh tahun terakhir ini!!!" Hawa melempar salah satu dari dua piring terakhir yang tersisa di meja.
"Hanya itu yang tidak bisa aku lakukan dari awal aku dilahirkan dan sampai habis masa hidupku..."
"Lalu hal apa yang bisa kau lakukan untuk bisa membayar semua luka hatiku?!!!"
"Hanya terus mencintaimu dan terus berharap... agar kau jangan memecahkan piring yang terakhir, sayang..."
Hawa terdiam dan terpaku. "Hah?"
"Aku lapar dan aku mau makan dan aku butuh piring..."
Hawa baru tersadar, semua kemarahannya yang tak berujung, telah membuatnya hanya memiliki satu piring saja... dari seribu piring yang tadinya masih dimilikinya...
"Aku rela makan sepiring berdua denganmu...", kata Adam lagi, menghibur Hawa yang baru saja ingin menangisi piring-piringnya yang telah pecah berantakan...
Hawa pun mulai menangis tersedu-sedu di pelukan hangat Adam...
"Tenang, kita bisa beli piring-piring yang baru lagi... anggaplah, makan sepiring berdua di malam hari ini... untuk mengingat masa lalu kita yang penuh kekurangan namun penuh kebersamaan... semua akan pulih, sayang...", tutur Adam sambil membelai kepala Hawa dengan lembut.
"Bisakah kau beli piring plastik saja? Kalau-kalau kau membuatku marah lagi...", sahut Hawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAAT KAU MEMBIARKANKU SENDIRI...
Romancekumpulan kisah-kisah sedih antara Adam (jelas laki-laki) dan Hawa (jelas perempuan)... dalam bahasa mendongeng... tapi tanpa pembukaan klise macam "Dahulu kala...". Kisah-kisah sedih di malam minggu, malam jum'at dan malam kelabu akibat salah pilih...