Chapter 06 #certainty

752 80 5
                                    

           

"Kenapa kau mencintaiku, Chanyeol?"

Rose memeluk erat tubuh suaminya, dengan kepala yang bersandar pada dada bidang Chanyeol. Keduanya sedang menghabiskan waktu dengan menonton film di kamar mereka. Chanyeol mengusap rambut Rose dengan lembut. Senyuman tersungging di wajahnya.

"Untuk mencintaimu apa aku harus punya alasan?"

"Tentu." Rose mengangguk, kini kedua mata mereka bertemu. Saling menatap satu sama lain. "Kau tahu aku tidak bisa memberimu keturunan? Malaikat kecil yang kita nantikan tidak akan pernah datang."

"Rose, memilikimu adalah hadiah terbaik dari Tuhan, memiliki anak-anak darimu adalah hadiah tambahan, mungkin Tuhan sedang menyiapkan hadiah tambahan yang lain untuk kita. Aku tetap mencintaimu apapun yang terjadi."











"Chanyeol?"

"Eh...ya?"

Chaeyoung terkekeh. "Ya ampun, kau tidak mendengarku dari tadi, ya?"

"Ah maaf, aku sedang tidak fokus."

"Tidak apa. Mau kemana lagi sekarang?"

Chanyeol terdiam mendengar pertanyaan dari Chaeyoung. Dirinya sendiri tidak tahu harus merekomendasikan kemana tujuan mereka selanjutnya, yang ada di pikiran Chanyeol saat ini hanyalah menghabiskan waktu dengan Chaeyoung. Hanya itu.

"Entahlah, sejujurnya ini kali pertamaku jalan-jalan dengan seorang wanita, jadi aku bingung."

Jawaban yang keluar dari mulut Chanyeol terdengar begitu polos dan hal itu lagi-lagi membuat Chaeyoung melepaskan tawanya. "Astaga..." katanya disela-sela tawa. "Oke oke, kalau begitu bagaimana jika kita makan dulu kemudian berjalan-jalan ke tempat yang aku tahu?"

"Boleh, itu terdengar lebih baik daripada kita disini dan kebingungan."

Selanjutnya Chaeyoung tanpa sungkan menggaet lengan Chanyeol. Memeluk lengan lelaki itu sembari mereka berjalan menuju restoran terdekat. Chanyeol terkejut namun tidak menolak, dia menyukai apapun yang terjadi hari ini bersama Chaeyoung yang selalu jadi pusat perhatiannya.





***





Minseok menyandarkan punggung ke sandaran sofa. Dia memejamkan mata erat.

"Berhenti melarikan diri."

"Kau tahu kau sudah menemukan tempatku mana mungkin aku bisa lari lagi, Jong In?"

"Hyung, ayo pulang."

Dia membuka matanya untuk menatap lelaki yang lebih muda darinya. Yang sedang menatapnya dengan ekspresi datar.

"Kau sebut itu pulang?"

"Kata apa lagi yang cocok? Kau hanya punya kami, ingat? Tempat ini bahkan bukan rumahmu."

Miseok tersenyum miring. Ya, Jong In tidak sepenuhnya salah tapi yang salah disini adalah keberadaan mereka. Minseok tidak pernah mengharapkan semua ini.

"Dunia ini sudah terlalu kotor, hyung. Kita perlu membersihkannya. Memulai kembali kehidupan disini dari nol."

Inilah yang tidak Minseok sukai. Memikirkan kenyataan bahwa merekalah yang akan 'menyelesaikan' seluruh masalah di bumi ini. menyapu bersih semuanya kemudian memulai kembali.

"Orang terakhir yang terpilih itu, kalian sudah menemukannya?"

"Hampir."

Jong In menjawab singkat. Dia sudah siap melakukan 'lompatan' untuk membawa dirinya dan Minseok kembali ke tempat Kyungsoo. Beruntung Minseok tidak memberikan perlawanan seperti dulu dan berniat kembali dengan sukarela.

"Jong In, aku bahkan tidak yakin apakah tindakan kita ini adalah penghapusan dosa atau justru membuat dosa itu sendiri."





***





"Kau mau kemana?"

Tao melihat Kris dengan sudut matanya. Atensi Luhan juga Yixing kini tertuju pada pemuda bertubuh tinggi itu. kris menatap mereka dengan kedua matanya yang tajam, dari wajahnya terlihat sekali kalau dia sedang tidak dalam kondisi yang baik. Dia terlihat lelah atau sakit.

"Mencari udara segar."

Yang benar saja? Ini tengah malam.

Hari itu seharusnya Tao melarang Kris keluar dari tempat tinggal mereka, seharusnya ia bertindak lebih cepat. Seharusnya 'pengendali waktu' ini bisa melihat sesuatu yang akan terjadi. seharusnya dia tahu bawa saat itu adalah saat terakhir mereka melihat Kris sebelum menemukan fakta bahwa Kris memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan.








Dari kejauhan Tao memandangi dua insan yang tampaknya sedang dimabuk cinta.

Park Chanyeol.

Dia sendiri tidak mengerti kenapa memutuskan untuk repot-repot mengikuti Chanyeol. Mungkin karena keterikatannya dengan Kris di masa lalu? Mengetahui bahwa kekuatan milik Kris kini diberikan pada Chanyeol.

Bukankah ini menyebalkan, walaupun satu persatu dari mereka memutuskan untuk menghentikan hidup 'anugerah-anugerah' itu tetap akan mencari wadah baru.

"Pada akhirnya dunia ini memang harus dihancurkan."

Luhan yang mengatakannya pun telah memutuskan untuk pergi. Tao menghela nafasnya, kali ini dia tidak akan kabur lagi. Tidak seperti dulu, Tao memutuskan untuk membantu Kyungsoo mengumpulkan mereka semua.

Orang yang terpilih paling akhir biasanya lebih 'istimewa' jadi Tao sedang menunggu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ingatannya tidak sepenuhnya terhapus."

Tapi bukankah itu menyedihkan? Walau begitu tetap saja, sosok yang Chanyeol cari-cari itu tidak akan pernah dia temukan dimanapun. Tuhan sudah mengambilnya, ganti dari anugerah yang didapatkan.











haiii, anyway aku minta maaf banget buat kalian yang baca fanfic-fanfic buatan aku dan ngerasa 'kak, update nya lama banget!' iya maaf ya, aku bukan sok sibuk tapi memang lagi sibuk :") terutama buat EXODUS, ini ceritanya fantasy, genre nya banyak jadi jalan ceritanya memang aneh dan agak gaje jadi tolong kalau baca fanfic ini logikanya simpan rapat-rapat dulu dalam kantong ya? terus juga aku buat fanfic ini dengan beberapa alur cerita karena itu update nya lama. Aku harus memutuskan dulu mana yang lebih pas buat jadi chapter selanjutnya :) tapi TERIMA KASIH BANYAK buat yang setia menunggu fanfic ini.

EXODUS | Chanyeol x Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang