11

157 20 2
                                    

"udah selesai nangis nya? Udah selesai nge-maki nya?"
Jantung Dea seolah berhenti. Suara yang sangat ia kenali. Walaupun seumur hidup, Dea tau kalau seseorang yang tengah berdiri di belakangnya sangat introvert, walaupun di kelilingi beberapa 'teman' ia jarang bicara.
"kenapa? Kaget?" tanyanya lagi
"lo..mau apain gua lagi?" tanya Dea setengah bergetar
"nih, ganti baju lo"
Dea memutar badannya dan menatap kantung berisi seragam yang dibawakan Dito. Iya, dia Dito. Ketua geng yang sangat ditakuti seantero siswa nusa bangsa.
"ini punya adek gua"sambungnya, meletakkan kantung itu dilantai lalu berjalan turun.
"Dito!" panggil Dea cepat sebelum Dito benar benar turun, langkah Dito berhenti, tapi tidak berniat menghadap Dea
"thanks!" teriak Dea, jujur. Ia agak curiga dan agak takut pada Dito dengan sikap Dito yang mendadak baik seperti ini.

Dea sudah berganti pakaian, tidak ada apa apa di seragam nya, normal. Tapi, pikiran Dea tidak fokus. 'Dito punya adik? Kelas berapa? Cewe?' itu yang tengah dipikirkan Dea saat ini
"eh Dea?" sapa jessica, jessica baru saja keluar wc dan hendak merapikan penampilan di depan cermin besar,
"oh, halo kak jes"
"kamu? Ngapain disini? Itu seragam kamu kenapa basah?" tanya Jessica saat melihat seragam Dea yang basah.
"oh, nggak. Ini tadi nggak sengaja ketumpahan minum temen, jadi gua ganti baju"bohong Dea. Dea tidak mau abang nya tay bahwa Dea salah satu korban pembullyan di sekolah. Ia tidak mau reputasi nya semakin hancur setelah semua siswa mengetahui bahwa 'the prince of school' adalah seorang kakak dari Dea yang notabene nya budak dari gangster sekolah.
"kalo gitu, gua deluan ya, sampein ke abang gua ntar gua pulang naek taxi aja,bye". Jessica mengangguk paham. Hey, jessica bukan orang bodoh. Jessica tau betul kalau ada yang janggal dari Dea. 'Dea kena bully' tuduh Jessica tanpa alasan yang kuat.
"Lu sama gua gak jauh beda, De. Tapi gua bakal bantu lo, lo bakal bebas" ucap jessica ber monolog.

"De, lu pulang bareng gua, okay?" paksa Sherin. Ini sudah yang ke-21 kali Sherin mengucapkan kalimat yang sama tapi selalu di tolak mentah mentah oleh Dea.
"gua naik taxi" itu jawaban yang juga Dea ucapkan sebanyak 21 kali.
Tangan Sherin dengan cekatan menarik Dea masuk ke dalam mobil nya,
"diem, ada geng Dito, ntar lu di bully lagi. Pak, kerumah. Sekarang" perintah Sherin pada pak Bambang, sopir pribadinya Sherin
"banyak yang mau gua omongin. Gak sekarang, nanti" ucap sherin serius tanpa menatap lawan bicara sama sekali.

"maa, Sherin pulang" teriak Sherin saat baru masuk
"Sherin, jangan teriak ngapa? Eh,ada Dea? Makan dulu gih, udah mama buatin sop di atas meja" sambut tante ira ramah.
"iya mah, Chandra mana?" tanya Sherin, Dea sedikit terkejut mendengar nama Chandra di bawa bawa
"ada di atas, panggil gih sekalian, papa bentar lagi pulang, Dea nggak nginep sini?" tanya Tante Ira
"nggak te, hehe, maaf ngerepotin"ucap Dea kikuk
"santai aja De, kayak baru kenal tante aja"
"yaudah, kuy De" ajak Sherin
"hehe, permisi tante"

"CHANDRAAAAAA!!!" teriak Sherin
"apaan?" balas Chandra datar, belum sadar akan kehadiran Dea
"KAMAR GUA BERANTAKAN GINI LU APAIN NYET?!"
"oh, tadi gua ngambil.. Dea?"
"APAAN LU NGAMBIL DEA? EMANG OTAK LU TUH YA!!!"
"Hai De, ketemu lagi?"
"bukannya lu di hotel?" tanya Dea.
"angji, gua gak disahutin" geram Sherin menoyor kepala Chandra
"semalem gua di suruh kesini"
"oh"balas Dea singkat
"De, nih ganti baju lu, Chandraa lu KE. LU. AR. SEKARANG!" pekik Sherin
"bacot." Chandra keluar kamar dan sedikit membanting pintu kamar Sherin.

"jadi apa yang mau lo omongin yang 'katanya' Serius banget itu?" tanya Dea
"jadi..

GA NYANGKA UDAH 150 READERS WKWKW THANKS ALL 💛

My role player boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang