24. SPESIAL RE

690 52 12
                                    


Hubungan hubungan hubungan.
Kehancuran kehancuran kehancuran.
Kedua kata itu selalu terngiang ngiang dipikiran Aldi.

Selepas mereka melakukan dan menjalankan hubungannya dengan Salsha, rasa takut justru lebih menakutkan dari ini. Lebih dekat untuk kematian dan pembalasan dendam.

Apakah mencintai membutuhkan balasan yang kejam?

Apa dengan tidak menerima kasih sayang seorang mama hanya sampai Sekolah Dasar saja itu sudah cukup?

Apakah dengan lahir ditengah tengah dunia ini menjadikan Aldi bahagia?

Aldi menunduk pusing.

Keterdiamannya bukan berarti tak memiliki masalah. Keterdiamannya bukan berarti tak memiliki beban berat yang sedang ia pikul. Dan keterdiamannya menyimpan makna tersirat mulai dari sekarang.

Dari mulai Aldi mencintai Salsha, menyayangi Salsha, ingin membahagiakan Salsha dengan memberi sikap manis pada Salsha itu hanya seperti topeng penipuan saja.

Kata bahagia semenjak Aldi menolak tawaran Alda dan papa nya itu justru sama saja mengibarkan bendera perang untuk kedua orang yang sama sama mereka sayangi dan hormati.

Apakah Aldi harus berjalan? Apakah Aldi harus memutar stirnya dan kembali menjadi Aldi anak Sekolah Menengah Pertama yang hanya dingin dan mengerikan? dan menyembunyikan sifat manisnya dengan sikap keinginannya itu.

Keinginan saat Aldi kecil.

"Aldi mau jadi apa kalo udah besar?" Tanya Kenzo. Paman Kenzo yang selalu dengan papanya jika bekerja. Dunia kemafiaan sudah Aldi kenal dari jaman dia kehilangan mamanya.

"Menjadi mafia seperti papa dan membalaskan dendam mama yang belum tersampaikan." Jawab Aldi kecil dengan dingin, tanpa ekspresi dengan aura kental Nicolas saat kecil. Benar benar mengerikan.

Kenzo hanya bisa tersenyum pias. Nicolas temannya memang sangat memiliki tekad besar dan hampir semuanya ia turunkan pada Aldi.

"Makan. Kakak disuruh makan sama papa. Bukan selalu mikirin musuh aku. Salsha mulu Salsha mulu." Celetuk Alda yang sudah berdiri didepan pintu kamaranya entah dari kapan.

"Kak--

"Jangan manggil diri kakak sendiri sebagai kakak kalo nurutin keinginan adiknya aja gak bisa." Potong Alda malas. Pertengkaran dimasa itu belum membuat hubungan keduanya retak. Keretakan itu karna ulah.

Aldi.

"Dasta bingung sama kakak. Kakak lahir dan besar sama keluarga kenapa pas udah dewasa kakak lebih milih orang lain dan memihak yang jelas jelas emang musuh. Kakak perlu psikater?" Tanya Dasta yang sedang berbincang dengan Aldi. Kakaknya yang memang sedang melatih dirinya menggunakan pisaunya.

Kini keduanya sudah memiliki keahlian lebih. Bisa dibilang sepadan namun Aldi akan tetap selalu unggul dari Dasta.

"Kamu ngomong sama kakak tolong dijaga. Kita udah sama sama besar. Tapi kakak rasa kepintaran kamu bahkan dibawah standar kepintaran anak SMA."

"Dan kakak harap kamu juga mulai dewasa disaat seseorang menjadi dewasa maka mereka akan berfikir sisi mana yang akan kita ambil dan menurut kita benar. Bukan maasalah apa ataupun bagaimana." Aldi tak terima dengan penuturan Alda. Namun mulut dalam penilaiannya yang salah. Karna mulut lebih tajam dari benda tajam manapun.

"Kakak emang udah batu. Mungkin kakak bakal nurut sama papa dan aku itu saat salah satu diantara kita sekarat dan salah satu diantara kita juga akan menyadari kemelencengan jalan kita."

"Dan mungkin kata terakhir tidak akan membuat semuanya kembali. Kakak harap kamu gak bertindak gegabah karna yang kita mainkan bukan permainan monopoli apalagi ular tangga. Dunia kemafiaan lebih kejam dari dunia berbie."

AGAINST THE FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang