Fransia Vernattha namanya. Dipanggil Ver, Verna, suka-suka kalian lah. Siswa pemalas tapi rajin. Rajin dalam artinya rajin bolos di sekolahnya.Ia tidak menyukai kehidupan di sekolah. Harus menghapalkan rumus fisika, anggota tubuh, nama zat kimia, dan segalanya yang Vernattha tidak dimengerti.
Terlahir dari keluarga kaya. Sangat kaya. Memiliki segalanya. Tidak kenal susah. Namun Verna sendiri yang membuatnya semakin susah.
Keluarganya mengharuskan Verna untuk berkuliah kedokteran. Sehingga SMA dia terpaksa mengikuti kelas IPA. Tetapi, pada dasarnya, ia bercita-cita menjadi seorang penulis handal yang dapat meluluhkan hati para pembacanya.
Dan akhirnya seperti ini jadinya. Belajar dengan ketidak-niatan. Bolos hampir di seluruh pelajaran. Tapi, Verna bolosnya tidak seperti anak lain. Ia pergi ke perpustakaan dan membaca banyak buku roman picisan yang membuat ia terkekeh sendiri.
"Hoammm.."
Verna menguap. Lagi-lagi ia sedang bolos dengan sahabatnya, a.k.a teman kecilnya. Ruth. Hanya Ruth yang dimiliki Verna. Karena Verna memiliki sikap layaknya lelaki yang dijauhi teman lainnya. Apalagi kalau bukan main fisik.
"Ver, udah 5 buku lo baca di sini, gue bosen," ucap Ruth lemas sembari menangkupkan dagunya dengan kedua tangannya.
"Yaudah ayok ke kantin," ajak Verna.
"Hayu ke kelas aja yu.." bisik Ruth dengan tampang puppy eyes.
Verna memutarkan bola matanya. Mukanya tampak tidak menyukai ajakan Ruth tadi. "Lo aja gue ga tertarik study,"
"Lo ya, udah berapa kali bolos, mau bolos lagi? Sampe kapan Ver? Ujian lo dapet jawaban dari mana? Dari gue? Kaga!" croscos Ruth mulai jengkel dengan kebiasaan Verna.
"Sampai negara api menyerang," jawab Verna datar.
Setelah mendengar cekcok dari Ruth yang membuat gendang telinga rasanya ingin pecah, ia melanjutkan aksi berbicara dengan buku roman-nya itu.
Ruth yang mulai tidak sabaran segera meninggalkan perpustakaan dan menuju ruang kelas. Verna yang daritadi membaca hanya menatap Ruth sekilas dan melanjutkan kegiatannya.
"Sana pergi jauh-jauh, niat banget sekolah," celetuk Verna.
Sudah 7 buku yang ia baca. Verna pun mulai bosan dan berencana untuk pergi ke kelasnya karena lagi satu jam kelas akan berakhir.
Ia mengambil 8 buku yang belum sempat dibacanya lalu menggebrakannya di atas meja tempat peminjaman buku.
"Aduh gek, alon-alon jangan main gedubrak-gedubrak kasian bukunya lecet," nasihat Bu Rina, guru penjaga perpus.
"Iyaa maap deh buk, abisnya berat ehe," balas Verna sembari mengelus tengkuknya.
Setelah buku-buku itu tercatat, Verna dengan susah payah membawa semua buku tersebut. Ia menumpukkan semua buku romannya sehingga hanya menyisakan ujung kepalanya saja.
Perlahan ia keluar perpustakaan. Berjalan langkah demi langkah. Berusaha agar buku yang dipegang tidak jatuh.
Harusnya tadi gue cegah si Ruth masuk kelas ya, jadinya repot sendiri gue..
***
Di koridor kelas, dengan seluruh kesialannya hari ini, ia terpleset karena om CS yang baru saja mengepel lantainnya.
Alhasil, ia terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Ia tenggelam dalam lautan luka dalam-kok singing(?)
Ralat.
Alhasil, ia terjatuh membentur lantai dan bukunya tercecer kemana-mana. "Haishh" gumamnya.
Ketika hendak memunguti buku-buku itu, kesialan datang kedua-kalinya. "Arghh sh-sakit anying!" keluh Verna. Matanya membelalak. Rahangnya mengeras.
Bagaimana ia tidak begitu. Kakinya baru saja diinjak oleh seorang yang tidak dikenalnya. Emosi Verna semakin memuncak ketika orang itu berlagak bodo amat ketika menginjak kaki indahnya itu.
"Woy! Lo! Cowok! Yang nginjek kaki gue!" teriak Verna dari kejauhan.
No respon.
Anying... Ingin ku marah~
"Eh! Lo! Jaket biru, tas nike KW! Sini!" teriak Verna menjadi-jadi sembari berusaha menyamperi orang itu dengan jalan yang terpincang-pincang.
"Hm? KW?" responnya.
"Iya! Liat kaki gue memar gegara lo nginjek!"
"Ga tuh,"
"Iya, lo yang nginjek dodol!"
"Gue ga ngerasa nginjek kaki orang,"
Tanpa basa-basi cowok itu pun meninggalkan Verna seorang diri. Ia masih menatap tajam cowok itu dan langsung mengabsen semua daftar nama hewan yang ada di hutan-ada yang mau sebutin?
Berapa kali gue harus sial hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] SHE IS MY VERNATTHA
Teen FictionKau memang bukanlah orang yang saya cari. Kau memang bukan orang yang mengenal saya sejak kecil. Namun kau adalah Vernattha. Milik saya. Dan akan selalu begitu, selama-lamanya.