-08- Nyata?

44 20 14
                                    

"Makasi udah mau nganterin pulang," ucap Verna sembari melepaskan sabuk pengaman di dalam mobil Aldric. Aldric hanya mengangguk samar tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Gue duluan ya, udah malem" lanjutnya lagi yang lagi-lagi dibalas oleh anggukan samar Aldric.

Verna kian- lama kian jengkel juga karena Aldric. Lalu membuka pintu mobil dengan kasar lalu membantingnya.

"Gue duluan! Dengerkan lo?! Bye!" teriak Verna dari luar mobil Aldric yang dibalas dengan tatapan kaget.

Aldric Bennedict POV,

Aku memarkirkan mobil di suatu tempat dan keluar menyusuri angin malam yang sedang menari tak karuan.

Gerbang kusuh berwarna merah yang sudah berkarat itu menyambutku. Perlahan aku mulai menginjak beberapa daun kering yang menghalangi jalanku.

Gundukan tanah dengan batu-batu nisan yang berwarna putih itu menatap ke arahku. Namun aku terpaku pada satu batu nisan.

"Laurathalia Rosemarry."

Aku mengambil posisi senyaman mungkin untuk berada di dekat gundukan itu. Bunga mawar berwarna ungu itu kutaruh disana. Ungu, warna kesukaannya. Hampir segala sesuatu, mulai dari baju, celana, casing, topi, d.l.l. yang ia miliki berwarna ungu.

"Selamat malam Laura, ada pesanan bunga untukmu," ucapku lirih sembari mengelus pelan batu nisannya itu.

"Kau tau? Aku berjumpa seorang perempuan yang benar-benar mirip denganmu, sampai-sampai menganggap dia sebagai Laura yang saya kenal."

"Tadi baru saja saya mengantar dia ke rumahnya. Namanya Verna, Vernattha. Nama yang cantik bukan? Namun sikapnya berbeda dengan Laura yang saya kenal."

"Dia sangat frontal, tidak tau diri. Berbeda dengan kau, yang lemah lembut dan peduli dengan sesama. Namun, entah kenapa aku bisa melihat bayangmu di mata Verna,"

"Apakah Verna adalah reinkarnasimu? Atau semacamnya?"

Ya. Malam itu adalah malam yang damai. Aku hanya ditemani batu nisan Laura dan angin malam yang kian lama kian menurun suhunya.

Fransia Vernattha POV,

Heran. Itu perasaan pertamaku setelah menginjakkan kaki ini kamarku. Setelah bertemu Kak Troy hanya untuk bertegur sapa, aku mengunjungi kamarku dan menghempaskan diriku ke kasur queen size.

Ini pertama kali aku merasakan sesuatu yang mengganjal dalam diri. Rasanya sangat bercampur aduk. Tidak bisa aku deskripsikan. Ini terlalu rumit untuk dijelaskan.

Aku membuka ponselku untuk sekedar membalas chat. Namun, jemariku spontan membuka roomchat-ku dengan Aldric.

'Laura' nama itu terlintas dalam benakku. Siapa itu Laura? Apa hubungannya aku dengan wanita itu? Segitu miripkah aku dengan dia? Lalu apa hubungannya Laura dengan Aldric?

Pikiranku mulai dipenuhi oleh tanda tanya. Kuberanikan diri untuk mengirim pesan ke Aldric untuk mencari tau.

Aldric.

Malam Al, mmf ganggu bgt, gw mw tanya, Laura itu syapa??

Hanya perlu hitungan detik untuk menunggu respon dari Aldric. "Wanita yang ingin selalu saya lindungi." bisikku.

Respon macam apa ini? Apakah tidak terlalu berlebihan? Jika Laura adalah wanita yang ingin dilindunginya kenapa harus aku yang dibilang mirip?

Banyak pertanyaan muncul dari benakku dan aku sangat ingin mengetahui itu secepatnya. Dan tekadku bulat. Aku mulai mengambil notebook kecilku dan segera menuliskan sesuatu agar nantinya aku tidak lupa.

Sangat menarik untuk dicari tau ferguso...

***

Author's POV,

Suasana kembali seperti biasanya bagi Verna. Datang pagi-pagi ke sekolah, menyalin PR, bolos ke perpustakaan. Namun di antara sekian kegiatan membosankannya itu, ia menambahkan kegiatan tambahan yang menurutnya cukup seru. Ia bertekad untuk menemui Aldric dan mengupas segalanya.

"Al!" Verna melambai-lambaikan tangannya saat jam istirahat datang dengan maksud memanggil orang yang dimaksud. Namun orang yang dipanggil tidak menyahut.

"Al!!" teriaknya lagi. Oke, tidak ada respon darinya. Betapa jahat.

"Woy! Aldric Bennedict Alkana! Dari tadi gue manggil!" teriak Verna yang kesekian kalinya sembari menghampiri bangku Aldric.

"Hm?"

Ee buset, teriak keras-keras responnya cuman gitu doang..

"Respon lo gitu doang? Ga ngehargain banget! Bilang minta maaf juga ogah-ogahan," keluh Verna sambil membantu Aldric merapikan buku-bukunya yang masih berantakan.

"To the point aja," ucap Aldric dingin setelah mendengar banyak komat-kamit dari mulut Verna. Verna langsung membungkam mulutnya.

"Mm, anu kantin bareng mau?" ajak Verna ragu-ragu dan Aldric pun terdiam menghentikan kegiatannya itu.

Sialan, napa jadi gue ngajakin ke kantin.. out of topic Verna! Kalo si Aldric baper atau gimana ya gimana? Masa gue kudu tanggung jawab? Aduh ini si Aldric mikir apa ye denger gue ngajak ke kantin bareng... -Verna

"Eh, kalo gamau gapapa kok hehe." lanjut Verna dengan senyum paksanya sembari menggaruk-garuk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu.

"Iya gue mau kok." balas Aldric diiringi oleh senyum tipisnya itu. Begitu memukau.

Di perjalanan, semua siswi melihat Verna dengan tatapan yang sinis. Dan saling membisiki satu sama lainnya.

Verna yang mulai tidak nyaman dengan suasananya, ia mulai memundurkan langkahnya dan mempersilahkan Aldric untuk berjalan di depannya.

"Gih, duluan biar aku dibelakangmu aja," ucap Verna.

"Buat apa emang?" ucap Aldric. "Gausah malu, serasa lo ubab gue majikan, dan gue gasuka." lanjutnya lagi.

Lalu tanpa aba-aba Aldric langsung menggenggam erat tangan Verna dan berjalan di sampingnya ditambah dengan senyuman mematikan itu terlukis secara nyata di wajah maskulinnya itu.

Lalu tanpa aba-aba Aldric langsung menggenggam erat tangan Verna dan berjalan di sampingnya ditambah dengan senyuman mematikan itu terlukis secara nyata di wajah maskulinnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yow! Jangan lupa voment yaa
And mampir juga ke 'Caffestaria' okd!

[I] SHE IS MY VERNATTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang