-03- Mr. Cold

71 33 20
                                    


"Ver? Bangun udah pagi nih," ucapan Kak Troy membuat tubuh Verna menggeliat di atas ranjangnya.

"Ben–bentar lagi kak.."

Kak Troy yang tidak sabaran menunggu adiknya itu langsung menghampirinya. Ia lalu menggulung Verna dengan selimut tebalnya dan menggendong sampai ke depan kamar mandi.

"Dasar kebo,"

Plakk..

Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi Kak Troy. Verna menatap tajam Kak Troy dan langsung masuk ke kamar mandi.

"Nanti habis gue mandi, kita lesein ini di kamar lo," ucap Verna bercanda yang malah ditanggapi serius oleh kakaknya.

"Awas aja ronde satu kecapean duluan," balas Kak Troy dengan senyum mencurigakannya.

"Becanda doang bang!" muka Verna sudah mulai memerah.

"Emang lo mikir apa dek, kan maksud gue kecapean dalam artian main caturnya,"

Hayolo mikir apa kalyan?(* ̄︶ ̄*)

***

Di ruang makan. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu mereka. Kini verna sudah berpakaian serba rapi dan siap untuk bersekolah.

"Ver gue yang nganter ya, gabut ah du rumah, lagian bonyok kan pada keluar kota,"

"Ya."

"Gajadi lesein urusan yang tadi tuh Ver?"

"Apasih lo!"

***

Verna kini diantar oleh kakaknya menggunakan mobil sport kebanggaannya. Di tengah perjalanan suasana sangat hening. Tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan. Verna pun juga sibuk dengan novel-novel yang ia pinjam kemarin.

Kak Troy yang dari tadi heran karena Verna ia langsung menanyakan suatu pertanyaa. "Ver kenapa lo suka banget baca novel, belajarnya kapan?"

"Gue ga ada waktu buat belajar kak," ucap Verna yang masih menekuni kegiatannya itu.

"Lo gamau jadi dokter?" tanya Kak Troy lagi.

"Ga tertarik, lagian gue pingin jadi penulis,"

"Oh,"

Setelah itu keadaan kembali hening. Hanya terdengar suata decitan ban mobil yang bergeseran dengan aspal. Hingga tak lama kemudian, mereka sampai ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia —whut?

Hingga mereka sampai ke depan gerbang sekolahnya Verna. Tak mau kalah romantis. Kak Troy langsung mencium kening. Mata Verna langsung mebelalak. "Yak!! Jidat mulus gue terkontaminasi sama kromosomnya cicak!"

"Lo gausah gitu, bilang aja suka," gombal Kak Troy yang membuat tingkat emosi Verna semakin menjadi-jadi.

"Bodo amat, gue duluan!" ucap Verna ketus. Dan ia langsung keluar mobil lalu memberi lambaian tangan sekilas untuk Kak Troy.

Sesampainya di kelas, seperti biasa Verna bermain dengan Ruth. Entah itu bercanda atau kejar-kejaran. Tak lama kemudian, ada seorang laki-laki. Bertubuh 183 cm, mengenakan jaket biru dongker dengan rambut kecoklatannya yang sedang berjalan melalui koridor kelas.

"Ve-vernaa itu cowok gilak! Gans banget!" ucap Ruth sambil menggoncang-goncangkan tubuh Verna.

"Si-siapa sih," Verna yang notabenenya sedang membelakangi lelaki itu langsung membalikkan badannya. Terkejut. Itu yang ia rasakan.

"Cowok itu..." gumam Verna.

"Lo kenal?!" tanya Ruth dengan sedikit teriakan.

Tanpa basa-basi Verna langsung menghampiri lelaki itu. Lalu berdiri tepat di depannya dengan berkacak pinggang. Lelaki itu menatap Verna aneh.

"Lo siapa, minggir, gue mau nyari kelas." ucapnya dingin ditambah dengan suara nge-bass-nya. "Lo ga inget gue? Lo itu yang nginjek kaki gue!" teriak Verna yang membuat semua pasang mata di tempat itu tertuju kepada mereka berdua.

"Lo minta maaf sekarang! Kaki gue masih memar!" perintah Verna yang dibalas dengan menajamnya tatapan lelaki itu.

"Gue ga salah," ucap lelaki itu datar.

"Lagian siapa suruh lo jatoh di tengah jalan. Ganggu." lanjut lelaki itu dan hendak meninggalkan tempat itu.

Tak mau kalah, Verna masih ingin menghampiri lelaki itu. Berharap agar dapat pertanggungjawabannya (?). "Lo itu ya! Setidaknya bilang 'maaf' kek udah gue maklumin," Verna masih saja bersikeras agar lelaki itu meminta maaf kepadanya.

"Lo tuli ato budeg sih! Gue ga salah! Lagian gue bilang 'maaf' ga ada gunanya." nada lelaki itu mulai meninggi. Dan orang-orang yang disekitarnya mulai berbisikan satu sama lainnya.

"Dasar cowok jelmaan lucifer!" Verna meninggikan suaranya dan menatap tajam lelaki itu ditambah lagi ia menunjuk muka lelaki itu dengan telunjuknya.

"Lo gausah sembarang ngomong." ketus lelaki itu dan langsung menabrak Verna hingga tersungkur ke lantai. Lalu berjalan layaknya tak bersalah sedikit pun.

Ruth yang sejak tadi menyaksikan scene itu langsung membantu Verna untuk berdiri. "Heh! lo pada gausah cibirin Verna! Dasar mulut penggorengan," teriak Ruth mengusir orang-orang yang masih berbisik.

"Lo gapapa? Kenapa coba nyari masalah anak baru?!" tanya Ruth sembari memastikan Verna dalam keadaan baik.

"Udah biasa gini mah, bodo lah dia anak baru ato apa pokoknya intinya gue ga sudi kalo ketemu dia," jelas Verna kesal.

***

Sudah waktunya untuk masuk kelas. Verna kini menangkupkan wajahnya. Bosan. Itulah yang ia rasakan. Tak lama kemudian Bu Mega–guru Kimia yang notabenernya wali kelas Verna masuk kelas.

"Selamat pagi anak-anak, sebelum memulai KBM, ibu membawa anak pendatang baru. Aldric? Silahkan perkenalan diri," ucap Bu Mega mempersilahkan.

"Pagi. Gue Aldric. Sekolah di Perancis, terus ke sini karena bokap kerja." jelasnya dengan singkat padat dan jelas.

Merasa tidak asing dengan suaranya. Verna langsung melihat anak baru itu–Aldric. "Sial..." gumam Verna. Ia langsung menarik napas sedalam-dalamnya dan langsung menghembuskan hingga mengeluarkan suara yang cukup besar.

Semua pun langsung menoleh ke arah Verna. Ia langsung terbatuk-batuk tak jelas. Dan Aldric, langsung menatap tajam Verna lalu di balas dengan tatapan tajam milik Verna.








 Dan Aldric, langsung menatap tajam Verna lalu di balas dengan tatapan tajam milik Verna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[I] SHE IS MY VERNATTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang