Story and cover by : Santi Lumban Gaol
******
I feel nothing or I feel everything. I don't know which is worse
********
Angin menyentuh terlalu kasar, secangkir teh bagaikan selimut yang menghangatkan tubuh lemas itu.
Dan, cerita dongeng seakan siap menjadi pembuka mimpi mimpi yang indah. Musik klasik yang sedang diputarpun sepertinya telah siap untuk menusuk hatinya.Malam memaksanya untuk mengutarakan syukur meski siang membuatnya menciptakan hela yang kesekian. Malam tak ingin siang membuat insan yang duduk itu mengutuk setiap pagi menyapa, maka malam mengatakan, kesusahanmu sehari cukuplah sehari. Sebelum matahari terbenam, kau harus sadari bahwa kesusahanmu siang tadi adalah pelajaran berharga dimana malam kau gunakan untuk memikirkan jalan keluar, dan esok pagi akan kau selesaikan kembali. Maka, belajarlah untuk bersyukur pada segala hal yang kau jalani. Jangan seperti orang munafik yang hanya tau bersyukur saat mendapatkan sesuatu yang menguntungkan dirinya.
Wanita itu memandang langit, menitip pesan untuk Sang Kuasa. Sesingkat aku ingin bahagia keinginannya. Dikepalnya sesekali coat saat memeluk tubuhnya yang berdiri di luar teras. Dibiarkannya juga angin menciumi kulit leher serta menerbangkan rambut coklat panjangnya. Dia mulai jenuh.
Dia jenuh bukan kepada malam. Tapi dia jenuh kepada kehidupannya yang menurutnya tidak berwarna. Dia bosan kepada kesehariannya yang selalu sama. Rutinitas yang kembar dan membuatnya malas untuk terus mengulanginya.
Dia tak lagi menikmati hidup seperti manusia normal yang seharusnya hidup untuk bersyukur. Yoona, gadis itu. Dia jenuh dan bosan bukan hanya kepada kesehariannya. Tetapi kepada dirinya sendiri.
Jika semua itu tentang putus asa, maka dikatakannya dia nyaris merasakannya. Kasat mata orang akan mengatakan dirinya seorang yang beruntung. Paras yang indah dipandang, serta kehidupan yang menjanjikan hingga anak-anaknya kelak.
Wanita karir yang dengan cerdas mengatur pola kehidupannya. Bekerja sebagai seorang HRD di perusahaan real estate nyaris 6 tahun tak seberapa jika disandingkan dengan kehidupan yang disediakan orang tuanya.
Tapi semua ini bukan masalah itu. Entah bagaimana, dia merasa sedang berada di titik terjenuh. Jenuh dan mungkin mulai bosan pada seseorang yang jika ditanya sangat disayanginya.
Seorang pria yang nyaris 5 tahun dikencaninya. Sosok kekasih yang diidamkan banyak wanita dan yang juga dulu pernah dirasakan Yoona. General Manager tempat dirinya bekerja.
Tentang rasa sayang, tidak satu orangpun yang disayangi Yoona di dunia ini lebih dari pria itu. Bukan karena tidak ingin menyayangi orang lain, tapi karena Yoona merasa memang tidak satu orangpun yang pantas untuk disayanginya seperti dirinya sayang kepada sang kekasih.
Keluarga? Dia pernah memilikinya.
Dia juga pernah merasakan kebahagiaan seperti keluarga normal lainnya. Pernah berarti sudah tak lagi.