Dan lagi, kali ini masih dengan sayup merdunya dedaunan yang terkikis oleh tangkai pohon , mereka bersautan dengan angin yang seakan tak mau peduli dengan keadaan sang pelakon.
berdampingan dengan debu yg sesekali mengalihkan pandangannya pada sepasang jendela tak bernyawa. masih kusam bagai tak ada satupun tangan yang menari di balik jejak mereka.
ini terlalu menyedihkan bagaimana tidak kali ini rasa mencapai semesta itu menyapa lagi bagai induk merpati dengan anaknya. tak ada satupun yang tersisah disini hanya belayan mesrah nada nada yang tak pernah lelah mendampingi hati untuk meredahkan sedikit luka .
ditemani anak tangga yang masih membisu. seakan mengajak nuraniku bercerita bagaimana keadaan semesta saat ini. mereka masih terlalu diam untuk ku bahas soal alam,
biarakan ini menjadi sedikit kisah yang menemani siang ini. masih dengan hati yang sama dan selalu berubah rubah kuharap tak ada jemari yang mencari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejak Biru Berlalu
PoesíaBulan. Kota yang jauh. Sungai hitam. Menit yang luntur oleh hujan. Jalan yang tinggal separuh. Batu-batu dari momen beku. Dinding-dinding keruh. Jendela-jendela. Ruang-ruang di baliknya. Kosong. Maka, berlarilah, maut tak seharusnya mengejarmu. Tapi...
