Biru(2);

208 16 6
                                    


birumu adalah masa laluku.
lalu yang pernah dingin bersama dalam embun subuh,
lalu yang pernah menggenggam sebelum terlelap,
dan lalu yang selalu mencari dalam pangkuan diam.

semestinya, tak butuh waktu lama untukku beristirahat di tubuhmu kemarin.
untuk memandangmu,
untuk bergerak seporos dengamu,

kau kini nafas malam yang ku anggap biru yg pekat.
menanti jiwa yang datang,
membawa mereka jatuh,
kemudian menyuruh mereka berlalu,

ya, biru pekat yang suram.
kau adalah luka yang membekas,
yang melekat hingga bagian kecil nadi,
yang merasuk hingga ujung selaput jemari.

tak ada yang tak berbekas untuk hati yang pernah terikat.

jangankan yang terikat,
bahkan sisi pasirpun selalu berjejak dikala sebagian darinya terinjak.










 

Sejak Biru BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang