"Oit, Noh Taehyun. Sembunyi di sini ternyata?"
Taehyun mendongak dan seketika membelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Seseorang berjongkok persis di hadapan wajahnya dengan seringaian yang membuat Taehyun merinding sekujur tubuh. Satu tangannya memegang pisau yang berlumuran darah, sementara satunya lagi menghalangi jalan keluar Taehyun.
"K-Kim...hargh!"
"Kim Donghan. Ah, nyebut nama gue aja ga bisa."
"Kenapa sih, dari kemarin kalo ketemu gue lo semua ga bisa manggil yang bener? Kim. Dong. Han. Gampang begitu, heran gue."
"Arghh!"
Taehyun berusaha mempertahankan kesadarannya meski rasa sakit yang menghujam abdomennya terasa begitu menyiksa dan darah yang terus mengalir memaksanya untuk memejamkan mata. Sebuah luka menganga lebar, bekas tusukan sebuah pisau dapur yang baru saja ditarik secara brutal oleh seorang Kim Donghan.
"H-Han... arghhh!" Taehyun tak bisa tak mengerang kesakitan begitu pisau menancap di bahu kanannya. Sedetik kemudian, pisau itu kembali dicabut dengan kasar, membuat darah segar mengalir membasahi kaus Taehyun.
"4 sama dengan D, huruf keempat di alphabet biasa," ujar Donghan sambil bangkit berdiri, membiarkan Taehyun jatuh tersungkur dengan napas yang makin terengah-engah.
"Pernah ngerti ga si lo, kalo pola pikir Hyunbin itu ga serumit itu? Atau lo yang bego sampe clue sejelas itu ngga ketebak?" tanya Donghan sambil mengernyit heran. "Gue sekali liat aja langsung paham, Hyunbin nulis clue-nya udah gue banget."
Taehyun, di sela napasnya, menatap Donghan dengan ekspresi yang campur aduk. Kecewa, marah, tidak percaya, takut, juga pasrah akan apapun yang akan ia hadapi kedepannya.
"J-jadi, lo... yang bunuh... t-temen kos lo... sendiri?"
Donghan mengangguk.
"Sinting."
Donghan hanya tersenyum.
"K-kenapa...?"
"Ya, gimana ya? Soalnya-"
Donghan sengaja menggantungkan kalimatnya. Ia kembali berjongkok, mendekatkan mulutnya ke telinga Taehyun sebelum membisikkan sesuatu yang membuat bulu kuduk Taehyun meremang seketika.
"Gue laper."
[ p s y c h o p a t h ]
Noh Taehyun's POV
Gue cuma bisa pasrah waktu Donghan nyeret gue ke kamarnya yang ada di lantai dua. Nggak ada tenaga buat ngelawan, badan gue udah keburu lemes duluan kehabisan darah. Sampe di sana, gue syok ngeliat pemandangan Yongguk sama Sanggyun yang diiket di kursi dalam kondisi pingsan.
Donghan senyum, terus nyuruh gue duduk di lantai.
"Sekarang, lo pilih. Mau ikut duduk di sini, atau jadi penonton?" tanya Donghan sambil nunjuk kursi kosong di samping Sanggyun.
"Oke, jadi penonton aja ya, biar rame." Belum sempat gue jawab, Donghan udah mutusin secara sepihak. Setelahnya, dia jalan ke belakang Sanggyun sama Yongguk.
"Sekarang pilih, Sanggyun atau Yongguk?"
Gue natap Donghan dengan penuh kebencian. Gue lebih milih bungkam, enggan buat ngejawab pertanyaan Donghan.
"Pilihin elah, ini dua-duanya sama-sama kurus, kaga ada isinya. Gue kaga tau yang enak yang mana," kata Donghan sambil ngangkat dagu Sanggyun pake ujung pisau, terus diteliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 1 ] p s y c h o p a t h | JBJ [ ✅ ]
Mistério / Suspense"Gue laper." an m/t story © Schn17; 2018 ⚠ harsh words, may contain some disturbing contents #131 in m/t [ 14 - 06 - 2018 ] #181 in m/t [ 03 - 06 - 2018 ] #191 in m/t [ 02 - 06 - 2018 ]