Kebetulan?

11.3K 1.2K 67
                                    

.
.
.

Sasuke merapatkan jaketnya, tersenyum miris mengingat apa yang beberapa menit lalu terjadi dirumahnya. Rumah? Oh itu bahkan bukan rumahnya lagi sekarang. Mikoto begitu marah saat melihat Sasuke membawa ransel besar dan tidak akan tinggal bersama nya lagi. Tapi itu tidak membuat Sasuke mengurungkan niatnya untuk pergi.

Apa yang ibunya lakukan sudah terlalu menyakitinya, entah bagaimana ayahnya masih bertahan sampai saat ini.

Gedung apartemen yang tidak terlalu besar sudah ada didepan matanya, ini jalan yang ia pilih. Untuk tinggal bersama Naruto. Mereka mengalami nasib yang sama sebagai korban dari keegoisan orangtua, dan walaupun mereka tidak terlalu dekat Sasuke yakin bahwa teman sebangku nya itu lah yang benar benar bisa memahami dirinya

Tok! Tok! Tok!

Sasuke mengetuk pintu apartemen mereka, Mendengar suara Naruto yang berteriak dari dalam menyuruhnya untuk menunggu sebentar

Matanya bergulir ke samping, melihat seorang wanita bertubuh tambun yang baru keluar dari kamarnya dengan membawa dua kantung sampah yang terlihat penuh. Merasa diperhatikan, wanita itu melirik Sasuke dengan tajam membuat si raven kembali mengetuk pintu dengan keras, risih.

Naruto akhirnya membuka pintu, dengan piyama yang sepertinya dipakai secara buru buru. Sasuke kembali menoleh ke samping, melihat wanita tadi yang kini sudah berjalan menjauh. Aneh. Sasuke sedikit mencium bau busuk saat wanita yang kini tetangga nya itu membuka pintu. Gadis jorok.

"Kau mau masuk tidak?"
Suara Naruto membuyarkan lamunannya, ia mengangguk singkat lalu masuk kedalam tempat tinggal mereka.

Sasuke tahu Naruto bukanlah anak dari keluarga biasa, ia beberapa kali terlihat membawa mobil mewah ke sekolah.

"Kau sudah makan, Sasuke?"

"Eh?"
Sasuke sedikit terkejut mendapati wajah teman nya itu hanya beberapa centi dari wajahnya. Anggukan pelan ia pilih menjadi jawaban. Sebenarnya ia belum makan, tapi entahlah. Rasanya canggung untuk mengatakan itu pada Naruto

"Yang benar?"
Ucap Naruto, lalu menyalakan kompor. Sepertinya akan memasak ramen instan. Sasuke tidak menjawab, ia duduk diatas karpet seraya mengeluarkan pakaiannya dari dalam ransel. Apartemen ini cukup luas, didalam nya juga sudah diisi barang barang. Mungkin karena Naruto berteman baik dengan adik pemilik tempat ini, mereka sedikit diistimewakan.

"Kau sudah bertemu wanita dikamar sebelah?"
Tanya Sasuke, dapat ia lihat Naruto menggeleng. Tangannya dengan cekatan mengaduk aduk mie didalam panci kecil

"Apa dia cantik?"
Sasuke menahan tawa. Bukan apa apa, hanya saja ia yakin dirinya bahkan lebih cantik dari wanita tadi

"Tidak juga, tapi mungkin seleramu"

"Kita mungkin bisa membuat lubang kecil untuk mengintipnya! kau tahu? sambil mengocok bersama"
Sasuke melempar pensil kearah teman mesumnya yang bahkan memperagakan mengocok sesuatu yang berada di antara selangkangannya. Dasar Uzumaki

.
.
.

Hari sudah mulai gelap saat Sasuke turun dari kereta. Naruto sedang berkumpul bersama teman temannya jadi lelaki raven itu memutuskan untuk pulang lebih dulu mengingat masih banyak barang yang harus ia bereskan ditempat tinggal baru nya

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang