Penawaran Idrus

21.3K 554 5
                                    

Langit cerah hari ini.

Tadi pagi hujan,  sebentar saja, membuat siang ini matahari berpadu dengan angin sisa hujan tadi pagi, cuaca memang terik tapi memiliki angin yang sejuk. 

Idrus mematikan mesin mobilnya. 

Mataku tertuju pada sebuah rumah  besar di hadapannya.  Idrus bilang,  kalau dia punya rejeki untuk Wuza.

Wuzza diminta berdandan yang cantik,  pakai wewangian dan sedikit pemerah bibir. 

Idrus membawa Wuza masuk ke rumah itu.  Sepi sekali.  Tempat duduknya empuk, meja nya terbuat dari kaca.

"Bang,  pasti orangnya ini kaya raya." bisik Wuzza pada Idrus.

"Sst..  Perbaiki ikat rambutmu itu!" bisik Idrus.  Wuzza membuka ikatan rambutnya dan kembali mengikatnya dengn rapih. 

Harus rapih,  kan mau bertemu orang kaya bathin Wuzza.  Mata Wuzza mengelilingi rumah.  Lemari kayu yang besar,  mungkin tinggi lemari ini melebihi tinggi rumah papan miliknya. 

Idrus merapihkan berkas,  beberapa kertas yang berada di dalam sebuah map bermotif batik.

"Katanya mau dijodohkan, tapi kenapa kayak mau jual beli rumah sih?" Wuza singut. 

"Diam saja lah kau,  Wuzza.  Dijamin,  kau tak akan rugi." jawab Idrus dengan logat bataknya. 

Wuza memicingkan bibirnya.  Wuzza melanjutkan pandangannya, menyusuri ruangan.  Di dinding ada beberapa foto,  ada foto anak kecil,  dan foto dua orang. 

"Kalian sudah datang?"

Seorang lelaki datang dari arah dalam rumah.  Idrus berdiri,  dan mencolek Wuzza agar ikut berdiri.  Aku ikut berdiri. 

Idrus menundukkan badannya,  seperti orang Jepang yang baru mau memulai karate.  Idrus mendorong Wuza agar ia ikut menunduk. 

Idrus kembali bangkit,  tapi Wuzza masih menunduk.  Ia kembali mencolek Wuzza agar kembali pada posisi berdiri.

Wuza bangun.  Kris duduk di sofa tak jauh dari Wuza dan idrus

"Silahkan duduk, Bang."
Kris mempersilakan Idrus dan Wuzza duduk. 

"Ini Pak,  ini yang bapak minta.." ucap Idrus. 

Apa yang ia minta?  Mana?  Bang Idrus tidak bawa apa-apa? Tanya Wuzza dalam hati.

Kris menatap ke Wuza,  ia tersenyum dan menganggukkan kepala.  Kris membalas senyum ramah.

Kris adalah lelaki dewasa usia tiga puluh lima tahun, berpenampilan tinggi, berbadan berisi, berkulit putih dengan kacamata yang menutup mata beningnya, kira-kira begitulah yang saat ini sedang Wuza amati. 

"Siapa namanya? Saya Kris,  Mahet Kris Bramantyo," Kris menjulurkan tangannya ke arah Wuza.

"Saya Wuzza,  Pak.  Wuzza Diandra" Wuza meraih jabatan tangan Kris. 

"Panggil saja saya Kris,"

"Maaf,  tapi saya masih duapuluh tahun, tidak sopan Pak." sanggah Wuzza. 

"Haha,  memang saya terlihat sekali sudah tua ya?" tanya Kris tertawa. 

"Bukan,  bukan begitu maksudnya Pak. " Idrus berusaha meluruskan. 

"Haha tidak apa-apa Bang.  Ok,  sekarang kamu boleh panggil saya Bapak,  tapi nanti panggil saya Papa."

"Hah?  Papa? " mululut Wuzza menganga mendengarnya.
Kris dan Idrus masih tertawa,  sedangkan Wuzza kebingungan. 

Cinta 2 MilyarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang