Chapter 10

278 23 0
                                    

Malam harinya sekitar jam tujuh malam, Sowon dan Eunha datang ke rumah sakit. Eunha membawa satu kantong plastik putih yang berukuran besar. Saat memasuki ruang tunggu, Sowon melihat Umji bersama dengan SinB dan Yerin yang sedang duduk bersama. Dia segera berlari menghampiri Umji. "Umji!"

Dipeluknya lalu dipandanginya wajah Umji. "Ke mana saja kamu selama ini? Kamu baik-baik saja, kan?"

"Aku baik-baik saja, Unnie, maaf aku sudah membuat Unnie khawatir." Umji tersenyum.

"Tidak apa-apa, yang penting kamu baik-baik saja sekarang." Sowon mengelus-elus kepala Umji. Eunha yang berada tidak jauh dari mereka hanya diam berdiri di tempat.

Sowon menoleh kepada Eunha. "Eunha, kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak rindu dengan sahabatmu ini?"

Eunha berjalan menghampiri Umji lalu memeluknya tanpa berkata sepatah kata pun.

"Eunha unnie, maaf aku meninggalkanmu selama ini."

"Tidak apa-apa, kok. Maaf, aku mau ke toilet dulu sebentar." Eunha berjalan sendirian.

"Sowon unnie, Eunha marah kepadaku, ya?" Pandangan Umji terus tertuju kepada Eunha.

Sowon menggelengkan kepalanya. "Tidak kok, itu perasaanmu saja."

"Iya, Eunha mana pernah sih marah sama kita," sambung Yerin.

SinB menunduk dan memegangi dahinya dengan tangan kirinya.

Setelah Eunha kembali dari toilet, Sowon dan Eunha segera masuk ke dalam kamar inap Yuju. Kurang lebih sepuluh menit berlalu, siswi yang mengaku telah berbuat jahat kepada Umji itu datang. Saat melihat Umji, dengan cepat dia berlari menghampiri, kemudian dia bersujud di depan Umji. "Maafkan aku Umji, aku benar-benar menyesal."

Umji memegang kedua lengan siswi itu lalu menyuruhnya berdiri. "Aku maafkan kamu." Umji tersenyum kepada siswi itu.

"Benarkah? Terima kasih, Umji." Siswi itu menangis lalu memeluk Umji.

Beberapa saat kemudian siswi itu melepaskan pelukannya. "Aku ingin menemui Yuju unnie dulu." Umji mengangguk dan tersenyum.

***

Satu jam kemudian, siswi itu, Sowon dan Eunha sudah pulang ke rumahnya. SinB, Yerin dan Umji masih berada di ruang tunggu.

"Kalian merasa ada yang aneh pada Eunha unnie tidak?" tanya Umji.

"Eunha tidak seperti biasanya, sih, dia jadi pendiam seperti itu," jawab Yerin.

"Kalian berdua sini mendekat kepadaku, kalian ingin tahu, kan? Akan aku ceritakan kepada kalian." SinB memperlihatkan wajah serius.

"Apa itu?" tanya Yerin sambil mendekat. Umji pun ikut mendekat.

Wajah mereka bertiga sudah dekat satu dengan yang lainnya. "Sebenarnya aku tidak boleh menceritakan rahasia penting ini kepada kalian," bisik SinB. "Kalian siap?"

Yerin dan Umji mengangguk sambil menelan ludah mereka. Mereka menatap SinB dengan serius.

"Sebenarnya...."

Yerin dan Umji menahan napas mereka. "Sebenarnya aku baru saja buang angin," bisik SinB. Lalu dia tertawa terbahak-bahak.

Umji yang kesal langsung menggelitiki perut SinB, Yerin pun ikut membantunya. Tawa SinB semakin menjadi-jadi. Perawat rumah sakit yang lewat menegur mereka bertiga. Mereka langsung diam seketika, Umji dan Yerin duduk kembali di tempat duduk semula sedangkan SinB masih duduk di lantai karena kelelahan.

"Dasar, anak nakal!" gerutu Yerin, senyuman terlihat di wajah Yerin setelahnya.

"Dari dulu kebiasaan," keluh Umji yang kemudian tertawa pelan.

"Besok aku harus kerja, kamu dan Umji yang menunggu Yuju tidak apa-apa, kan?" tanya Yerin kepada SinB.

"Iya, tidak apa-apa, Unnie," jawab SinB.

"Oke, aku pulang sekarang."

***

Lima menit kemudian, Umji menemui Yuju.

"Unnie merasa ada yang aneh pada Eunha unnie?" tanya Umji kepada Yuju yang sedang berbaring.

"Tatapan matanya tadi terlalu tajam, tidak seperti Eunha biasanya yang tatapan matanya lembut. Bahkan dia beberapa kali menghindari kontak mata denganku," jawab Yuju. "Biasanya dia selalu tersenyum manis kepadaku, tapi tadi dia sama sekali tidak tersenyum."

"Aku khawatir dia mengalami hal yang sama denganku, Unnie." Wajah Umji terlihat cemas.

"Semoga saja tidak ada apa-apa dengannya." Yuju tersenyum kepada Umji.

"Sebaiknya Yuju unnie tidur lagi biar cepat sembuh." Umji memegang tangan kanan Yuju dengan kedua tangannya.

Yuju mengangguk pelan sambil tersenyum kepada Umji.

----------

Bulan Setelah Malam ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang