Chapter 9

261 23 0
                                    

Esok paginya sekitar jam enam pagi, SinB pergi ke rumah Yuju dengan mobil Yerin yang dipinjamnya. SinB berhenti di depan rumah Yuju. Dia melihat dari dalam mobil, ada seorang wanita yang tidur di teras depan rumah.

"Siapa itu?" SinB segera keluar dari mobilnya. Dihampirinya wanita tersebut.

"Umji!"

SinB berlutut menggoyang-goyangkan badan Umji. "Umji, bangun, Umji."

Umji membuka matanya dan perlahan bangun dari posisinya.

"SinB!" Umji segera memeluk SinB. Beberapa saat dia hanya bisa terdiam di pelukan SinB.

SinB mengelus-elus kepala Umji. "Kami semua merindukanmu."

Umji melepaskan pelukannya. "Bagaimana dengan Yuju unnie? Bagaimana keadaannya?" Dia menatap SinB.

SinB tersenyum kepada Umji. "Yuju unnie baik-baik saja, kok."

"Ini semua salahku...." Umji menundukkan kepalanya.

SinB terdiam sesaat. "Ya, benar, oleh karena itu aku akan menghukummu."

"Pukul saja aku, aku rela asal kamu bisa memaafkanku." Umji menatap SinB.

SinB tersenyum. "Untuk apa aku memukulmu? Lagipula kamu bisa pingsan kalau aku memukulmu."

"Tidak apa-apa, SinB, aku rela."

"Daripada memukulmu, aku punya hukuman lain yang lebih cocok untukmu. Ayo masuk ke dalam." SinB berdiri lalu membuka pintu rumah.

***

Setengah jam kemudian, setelah SinB mengambil barang yang dibutuhkan dan Umji mandi serta melaksanakan hukumannya, mereka berangkat menuju rumah sakit.

Sudah setengah perjalanan Umji terus menunduk. "Apa aku masih pantas untuk bertemu dengan Yuju unnie? Unnie pasti marah padaku."

SinB menengok sesaat kepada Umji. "Apa benar kamu ini adiknya Yuju unnie?"

Umji menengok kepada SinB. "Apa maksudmu?"

"Kalau kamu memang adiknya, tentu kamu yang paling tahu bagaimana sifat kakakmu itu, kan?" SinB tersenyum.

Umji terdiam lalu dia memandang ke arah luar sebelah kanan mobil.

***

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah sakit menuju kamar inap Yuju. Yerin tidak terlihat di luar maupun di ruang tunggu. Mereka berhenti sebelum mencapai pintu kamar inap. "Kamu tunggu di sini dulu, kalau keadaannya tepat, aku akan memanggilmu dari dalam, oke?" Umji mengangguk.

***

SinB melihat Yuju yang sedang dalam posisi duduk di tempat tidurnya. "Yuju unnie, bagaimana keadaanmu?"

"Lama sekali kamu," keluh Yerin.

"Aku ada sedikit urusan lain yang penting tadi." SinB menyengir.

"Terima kasih, SinB, karena kamu, aku baik-baik saja sekarang." Yuju tersenyum kepada SinB.

"Seharusnya Unnie berterima kasih pada Yerin unnie yang sudah menggendong Unnie saat itu."

"Iya, aku sudah lebih dahulu berterima kasih kepadanya."

SinB terdiam sesaat. "Yuju unnie, sahabatku ingin menjengukmu, boleh dia masuk?"

"Sahabatmu siapa? Tentu saja boleh."

"Sebentar, aku panggilkan dia dulu." SinB berjalan ke luar ruangan.

***

SinB menghampiri Umji yang sedang berdiri bersandar pada tembok sambil memegang sebuah kantong plastik besar yang berwarna putih.

"Ayo masuk ke dalam, tapi kamu jalannya menunduk di belakangku."

Umji mengangguk. Mereka berdua berjalan pelan masuk ke dalam kamar inap.

"Unnie, ini sahabatku yang ingin menjengukmu." SinB bergerak ke arah samping kirinya.

"Umji!" Yuju dan Yerin berseru bersamaan. Umji menunduk tidak berani untuk melihat ke arah mereka.

"Kamu benar-benar Umji, kan?" tanya Yuju.

Umji mengangkat kepalanya lalu memandang Yuju. Kedua matanya terlihat sedikit berkaca-kaca. "Iya, Unnie, ini aku." Umji tersenyum.

Umji menghampiri Yuju dengan cepat kemudian memeluknya.

"Unnie, maafkan aku, aku benar-benar minta maaf." Seketika saja, Umji menangis terisak-isak.

Yuju pun tidak bisa membendung air matanya. "Jangan pernah lagi meninggalkan aku sendirian."

"Iya, aku janji, Unnie."

Yerin yang melihat mereka pun ikut meneteskan air matanya, sedangkan SinB membalikkan badannya membelakangi mereka, sesekali tangan kanannya diangkat untuk mengusap kedua matanya.

Lima menit kemudian, SinB berjalan menghampiri Umji yang duduk di kursi sebelah kiri tempat tidur Yuju. "Umji, tunjukkan hukumanmu kepada Yuju unnie."

Umji mengeluarkan sebuah buku tulis dari dalam kantong plastik yang dibawanya tadi. "Ini, Unnie." Umji mengulurkannya kepada Yuju.

Yuju mengambilnya lalu membuka satu per satu halamannya, dilihatnya ada sebuah kalimat yang ditulis berulang-ulang "AKU JANJI TIDAK AKAN MENINGGALKAN YUJU UNNIE SENDIRIAN LAGI"

Yuju tersenyum. "Jadi ini hukuman dari SinB?"

"Iya, tadi dia memintaku untuk menghukumnya, jadi itu hukumannya," ucap SinB.

Yuju seketika menjadi serius dan terdiam saat dia membaca halaman terakhir pada buku tersebut. Tidak lama air matanya menetes. Dia menoleh kepada Umji dan tersenyum. "Apakah halaman terakhir ini termasuk ke dalam hukumanmu juga?"

"Tidak, Unnie, itu murni dari perasaanku yang terdalam kepada Unnie." Umji tersenyum kepada Yuju.

"Memangnya apa yang Umji tulis, Yuju unnie?" tanya SinB.

Yuju menyodorkan bukunya kepada SinB tetapi Umji dengan cepat mengambilnya. "Yuju unnie, malu tahu kalau sampai dilihat orang lain." Umji memeluk bukunya erat. Yuju tersenyum kepada Umji.

"Pelit, aku cuma mau lihat sebentar." SinB berusaha mengambil bukunya dari Umji. Umji mempertahankan bukunya sekuat tenaga.

"Yuju, apa yang ditulis Umji?" Yerin bertanya.

"Itu, tentang begitu besarnya dia—" Umji dengan cepat menutup mulut Yuju dengan tangan kanannya.

"Unnie!" Umji cemberut.

Yuju tiba-tiba terpikir akan sesuatu. "Umji, aku akan memaafkanmu jika kamu membuatkanku seratus pesawat terbang dari kertas."

Umji memonyongkan bibirnya. "Jadi aku belum dimaafkan? Baiklah, seribu pun akan aku buat."

"Jangan boros, kertas juga belinya pakai uang," gerutu SinB.

"Aku juga tidak mau kalah, aku akan membuatkan dua ratus pesawat terbang sebagai permintaan maafku kepada SinB," ucap Yerin dengan semangat.

"Tidak mau, akan kubuang nanti." kata SinB.

"Jangan begitu, dong, adikku tersayang." Yerin cemberut. SinB langsung mengenyitkan alisnya. Yuju dan Umji tertawa melihat mereka.

----------

Bulan Setelah Malam ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang