Chapter 3

402 40 7
                                    

Sebuah sepeda motor besar berhenti tepat di depan sebuah sekolah. Seorang wanita turun dari tempat duduk belakang sepeda motor, tubuhnya kecil, rambutnya hitam panjang. Mengenakan seragam sekolah putih-biru muda dan kaus kaki hitam setinggi lutut. Dia tersenyum kepada pengendara sepeda motor.

"Unnie, hari ini pulang jam berapa?" tanyanya kepada pengendara itu.

Pengendara itu membuka helmnya, rambut panjang hitam kecokelatannya terurai membuat kecantikannya terpancar.

"Ehem... Aku tidak tahu, tapi aku akan berusaha pulang secepatnya untukmu," jawabnya sambil merapikan rambutnya.

"Unnie...." Siswi itu cemberut.

"Eunha, jangan begitu, oke, sekarang cepat masuk dan belajar yang benar." Pengendara itu berdiri dan berjalan menghampiri Eunha, dielus-elusnya kepalanya.

"Baiklah, tapi jangan pulang terlalu malam, ya, Sowon unnie?" Eunha tersenyum kepada pengendara itu.

"Iya, sampai ketemu nanti malam adikku tersayang." Sowon tersenyum, lalu memakai kembali helmnya.

Eunha masih tetap berdiri di jalan melihat kakaknya yang sudah pergi dengan sepeda motornya.

"Unnie...." Eunha menghela napasnya.

***

Sore hari setelah pulang sekolah, Eunha berjalan sendirian, dia tidak langsung pulang ke rumah melainkan menuju ke suatu tempat.

"Kak, kue pesanan aku sudah jadi, kan?" tanya Eunha kepada seorang wanita penjaga toko kue.

"Oh Eunha, sudah jadi kok, tunggu sebentar ya?" Wanita itu mengambil kue di dalam salah satu etalase.

"Ini, Eunha." Wanita itu menyerahkan kuenya kepada Eunha.

"Terima kasih, Unnie." Eunha tersenyum.

"Unnie-mu beruntung sekali, punya adik yang baik dan perhatian sepertimu, imut lagi. Tidak seperti adikku yang uhh... menyebalkan."

"Eh, Unnie ini, tidak boleh seperti itu, bagaimanapun itu adiknya Unnie lho." Eunha tertawa pelan. "Ya sudah, Unnie, terima kasih."

"Iya, Eunha, hati-hati di jalan." Wanita itu tersenyum dan melambaikan tangannya berulang kali kepada Eunha.

***

Sesampainya Eunha di rumahnya yang terkesan tua dan memiliki pekarangan yang luas, dia langsung mandi. Setelahnya dia menghiasi ruang keluarga dengan pernak-pernik serta banyak balon yang berwarna-warni. Eunha mengambil kue yang dibelinya tadi, lalu ditaruhnya di atas meja makan.

"Semoga Unnie pulang cepat, aku sudah tidak sabar ingin melihatnya tersenyum lebar." Eunha duduk di kursi meja makan.

Beberapa jam berlalu Eunha habiskan dengan duduk seorang diri di depan kue. Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam tetetapi Sowon belum juga pulang. Eunha mencoba menelepon kakaknya, ponselnya ternyata tidak aktif.

***

Dua jam berlalu, Sowon baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas pulang dengan sepeda motornya. Di tengah perjalanan dia mampir ke sebuah mini market. Saat ingin membayar di kasir, dia melihat sebuah akuarium yang berisikan berbagai macam ikan hias.

"Maaf, apa ikan ini juga dijual?" tanya Sowon kepada seorang laki-laki yang merupakan kasir mini market tersebut.

"Sebenarnya sih, ini cuma pajangan saja, milik pribadi punya manajer, tapi dia bilang kalau ada yang berminat, jual saja tidak apa-apa."

Bulan Setelah Malam ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang