"Tetapkan sasaranmu, dan tembak. Begitulah caraku bertarung, dengan cara itu kau bisa menentukan targetmu."
~Aeera Zephyra31 Maret 2020
"Aeera! Hati-hati kalau sampai kalungmu--"
Aeera mengibaskan tangannya, "Tenang aja...lagipula aku merasa seperti dikekang kalung ini." Gadis itu membenahi kalung berbandul emas dengan bentuk matahari yang dirasanya terlalu mencekik.
Vieere menghela nafasnya, ia memegang kalung yang hampir sama dengan kalung Aeera. Hanya saja milik Vieere berbandul perak berbentuk bulan purnama, bentuk permukaannya sangat mirip dengan bulan asli yang memiliki cekungan-cekungan kecil akibat meteor.
"Lagipula, kita memang tidak bisa melepaskannya." Ucap Vieere, gadis itu mencoba berdiri di sisi Aeera, tepatnya di atas pohon.
Vieere menatap bulan dan melirik Aeera. Aeera membalas tatapan Vieere, ia menyiapkan senapan tipe M110 SASS bersedia menembak dari jarak jauh sebagai seorang sniper.
"Kau siap?"
Aeera merunduk, "Berikan kodenya maka selesai sudah." Aeera menyeringai lalu tersenyum. "Lakukan saja tugasmu!"
Vieere mengangguk dan memakai masker hitam. Hampir secepat kilat gadis itu berlari, bahkan kecepatannya lebih dari kendaraan manapun di bumi ini.
Meskipun cepat, Aeera masih dapat melihat pergerakan Vieere dari kejauhan. Tidak bisa diragukan lagi kemampuan matanya, sebagai sniper kemampuan Aeera patut diacungi lebih dari dua jempol.
Terlihat Vieere mengeluarkan pistol tipe Glock 20, Aeera terkekeh geli saat Vieere dengan asal menembak.
Di sebuah kafe, siapa yang tidak akan takut mendengar suara tembakan pistol. Mengingat bangunan dimana-mana dan malam hari baru dimulai beberapa menit yang lalu, tidak sedikit orang yang berlari dan berteriak.
Dibalik maskernya, Vieere tersenyum kecil. Ya, dia sengaja asal menembak. Biarlah yang memakan target menjadi bagian Aeera. Dengan begini musuh sudah terpancing.
Vieere menembak sekali lagi saat melihat ada dua orang yang tidak terpancing. Mereka targetnya!
Vieere bersalto ke belakang secara bersaaman saat ia menembakkan peluru di dalam pistolnya dan bersembunyi dibalik semak. Sekarang dua orang dengan masing-masing sisi lengan berlumuran darah akibat tembakan yang diluncurkan Vieere mengerang kesakitan.
"Itu kodenya!" Batin Aeera melihat dua orang tersungkur dengan rintihan dan jeritan yang pastinya memekakkan telinga orang di sekitarnya, untungnya tempat gadis itu berada sangat jauh dari tempat keributan itu terjadi.
"Sabarlah Vii...akan kuselesaikan dengan cepat." Aeera menyeringai sebelum menarik pelatuk.
Saat ini tempat itu sudah sepi, tidak ada satupun yang bernafas kecuali Vieere. Vieere menatap datar dua orang yang tersungkur dipenuhi darah dihadapannya saat ini. Sedetik kemudian rautnya berubah. Gadis itu menyeringai.
"Selesai sudah."
°°°
Gedung pencakar langit dengan aroma khas pada tiap ruangannya, disinilah mereka. Sebuah organisasi bernama 'THY', dengan 10 anggota inti mereka.
"Aeera Zephyra, Vieere Elvarette. Bagaimana hasilnya?" Seorang pria dengan usianya yang hampir menduduki kepala lima berjalan memasuki ruangan paling atas gedung pencakar langit tersebut.
Gedung teratas biasa dipakai untuk pertemuan anggota inti. Dua orang yang termasuk dalam anggota inti adalah Vieere dan Aeera.
Walaupun di umurnya yang seharusnya sudah memiliki keturunan, pria yang bernama Jendral Zahra tersebut masih lajang. Wajahnya masih terlihat sangat tegas dan muda.
Vieere angkat bicara, "Kami menyelesaikannya. Apa misi kami selanjutnya?"
"Biar kupikirkan, kalian kembalilah. Dan, terimakasih atas kerja keras kalian."
"Iya-iya nggak apa kok Pak, itu juga hal bias--AAUU!!" Aeera menjerit pelan saat kakinya diinjak Vieere.
Aeera tersenyum kikuk pada Zahra lalu membungkuk. "Hehe, maaf atas kelakuan saya tadi. Kami undur diri." Zahra hanya mengangguk.
Di sepanjang perjalanan pulang, Aeera tak henti-hentinya mengomeli bahkan tidak segan-segan meninju sahabat dari kecilnya.
"Woi kau! Vii sakit tahu kakiku! Kau pikir nggak sakit apa!? Liat, nih, bengkak!" Teriak Aeera tanpa peduli banyak orang sepanjang perjalanan menatapnya dengan pandangan aneh.
Vieere yang jengah hanya mengusap wajahnya gusar. "Aeera," Panggilnya.
Aeera menatap Vieere tajam. Vieere hanya mendengus. "Untung sabar."
Aeera merasa saku mantelnya bergetar. "Ah! Pak Zahra telpon." Ucap Aeera menunjukkan layar ponselnya pada Vieere. Vieere mengangguk.
Hampir lima detik tapi Aeera tak kunjung mengangkat telpon atasan mereka. "Aeera, apa yang kau tunggu?" Datarnya.
"Ehehehe, kau saja yang angkat."
Vierre tersenyum masam. Baru satu jam yang lalu mereka meninggalkan gedung tersebut, namun sudah ditelpon.
Tidak terlalu lama setelah Vieere mengangkat telpon, Vieere memasang wajah masam. Tangan gadis itu mencengkram kuat ponsel milik Aeera. Sebagai pemilik Aeera sudah ketar-ketir dan merebut ponselnya sebelum benar-benar dihancurkan sahabatnya.
"Hapeku!!! Vieere! Kenapa sih!?" Aeera menggeplak punggung Vieere membuat gadis yang dipukulnya meringis menahan sakit.
"Ayo kembali."
•^•^•

KAMU SEDANG MEMBACA
Thy Minuette's
Random"Kalau ingin mendapatkan sesuatu harus ada yang dibayar untuk itu. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Apapun akan dikorbankan asalkan tujuannya tercapai, bahkan nyawa sekalipun." Hanya ada beberapa yang menolak tegas anggapan tersebut. Namun bagaim...