"Kenapa malah jadi begini!?"
Aeera dan Vieere menatap tajam dua orang di hadapan mereka dengan perasaan jengkel.
Kesialan bagi Vieere bertambah ketika bukan hanya Achille yang datang dan tinggal di sebelah rumahnya--alias rumah Aeera--namun juga sahabat sehidup semati Achille pun ikut kembali.
"Adel!" Seru Aeera menunjuk seorang pemuda yang berdiri dengan senyum polosnya di sebelah Achille.
Vieere melirik Aeera, "Adelardo Nero, Ra. Bukan Adel."
"Nggak peduli, suka-suka aku mau manggil apa." Aeera memalingkan wajahnya ke arah kepala sekolah SMA baru mereka, yang bukan lain adalah Jendral kesayangan mereka.
Vieere menggebrak meja kerja Sang Jendral. "Pak, yang benar saja dua cecunguk tua ini..." Vieere menunjuk Achille dan Ardo secara bergantian. "masuk SMA kelas 3!?"
Achille mengerutkan alisnya sebal dengan perkataan Vieere. "Heh, bocah! Kami hanya lebih tua dari kalian setahun. Apa bedanya kalian yang juga lebih tua dari anak SMA kelas 3 pada umumnya?"
Ardo mengangguk. Namun anggukan itu malah menyulut emosi Aeera. Aeera menarik kerah Ardo, "Kenapa malah mengiyakan?" Tanya Aeera dengan suara selembut mungkin.
"Karena dia benar." Aeera menatap Ardo seakan pemuda itu adalah mangsanya sementara Ardo hanya bersikap santai dengan keadaan kerahnya dicengkram kuat Aeera.
Achille dan Vieere, Ardo dan Aeera, melemparkan tatapan tajam dan permusuhan satu sama lain. Sang Jendral hanya bisa mendesah panjang.
"Cukup!"
Satu kata tersebut memotong tatapan yang dilemparkan masing-masing, namun aura hitam pekat masih melekat pada tubuh Aeera dan Vieere.
"Vieere, Aeera. Sudah, cukup. Kalian butuh rekan pria untuk menjalankan tugas." Sang Jendral yaitu Jendral Zahra seketika melenyapkan aura di sekeliling Vieere tapi belum dengan Aeera.
"T-tapi Pak, kenapa harus mereka?" Vieere memelas di hadapan atasannya.
"Iya! Kan juga ada rekan pria yang lain! Dari mereka semua kenapa harus, dia, dan dia?!" Aeera menunjuk kakaknya dan Ardo bergantian.
Jendral Zahra hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Dasar anak muda, sukanya pilih-pilih."
Tahu jika dia melanjutkan pembicaraan, Aeera maupun Vieere pasti akan terus berdebat dengannya. Mau tidak mau Jendral Zahra nengusir mereka berempat dari ruangannya dengan alasan jam pelajaran akan dimulai. Tentu usiran halus tersebut ditentang keras oleh kedua gadis, apalagi Aeera yang masih belum terima. Untungnya Ardo berhasil menggeret Aeera keluar, tentu saja dengan perlawanan merepotkan Aeera.
Sedangkan Vieere dan Achille yang 'bodo amat' langsung keluar meninggalkan ruang kepala sekolah dan Aeera yang masih memberontak dalam geretan Ardo.
°°°
"Kalau sudah satu angkatan, kenapa juga harus sekelas sih!?" Itu yang terlintas dalam pikiran Aeera melirik Ardo yang berada di bangku sebelahnya. Menyadari banyak anak-anak dalam kelas yang kini ditempatinya tersulut perhatian mereka oleh Ardo, mau tidak mau Aeera merasa kesal sendiri karena tempatnya yang bersebelahan dengan Ardo. Pasti juga banyak anak yang melihat ke arah mereka.
"Kenapa nggak sekelas sama Vii aja sih!? Si perjaka tua sialan itu!" Aeera mendengus kasar mengingat sahabatnya tidak ditempatkan sekelas dengannya melainkan dengan kakaknya, Achille.
Aeera memandang papan tulis dengan permukaan tercoret oleh angka-angka dan rumus matematika. "Hee, materi zaman kapan ini? Belajar lagi, baru juga lulus. Tunggu, belajar...apa itu belajar? Makanan kah?" Karena bosan, dalam hati gadis itu dibuatnya sebuah gurauan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thy Minuette's
Random"Kalau ingin mendapatkan sesuatu harus ada yang dibayar untuk itu. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Apapun akan dikorbankan asalkan tujuannya tercapai, bahkan nyawa sekalipun." Hanya ada beberapa yang menolak tegas anggapan tersebut. Namun bagaim...