Anthony berhasil menjadi juara dari China Open. Rasanya gue sebahagia itu mendengar dia menjadi juara. Apalagi dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang menyumbang gelar di China Open 2018.
Selain juara di China Terbuka, dia selalu juara di hati gue.
"Congrats Ony, you did it well. Semangat terus, karena banyak turnamen yang menunggumu." ujar gue ke Ginting yang lagi selonjoran di sofa.
Dia cuma senyum, keliatan banget capeknya. Kan gue yang ngeliat jadi gak tega.
"Makasih, ini juga berkat dukungan kamu. Sini peluk!" suruhnya ke gue.
Perlahan gue mendekat ke arah Ginting, dan dia menarik gue kepelukkannya.
Ternyata gak ketemu dua minggu aja, rindunya kayak gini ya?
"I miss you." katanya lembut
Gue yang dipeluk cuma bisa senyum-senyum gak jelas, rasanya mau teriak tapi gak bisa. No word can describe how happy I am.
"Kamu adalah satu-satunya yang gak pernah nyalahin tentang kekalahan aku. Malah kamu selalu menganggap aku juara." katanya dan makin erat memeluk gue.
"Ya emang kamu selalu juara di hati aku." balas gue
"Mulai bisa ngalus ya kamu? Tapi bagus, lanjutkan!" kata dia
Gue bisa merasakan ada sebuah senyuman indah terulas dari bibirnya. Gue jadinya ikutan senyum.
"I don't care what people said, aku akan selalu mendukung kamu Ting. Kamu pemain terbaik bagi aku." jelas gue sambil membalas pelukan hangat Ginting.
Hari ini Ginting memang pengen istirahat, tapi manja banget pengen gue temenin katanya. Ya gue mana tega nolak dia.
Mukanya itu lho... I can't tell you :(
"Aku juara di China, belum dapat hadiah dari kamu tauu." kata Ginting sambil melepas pelukan kami dan melirik ke arah gue.
Gue menoleh ke arah dia heran, emang gue janji ngasih hadiah ya? Lagian kalau dia mau apa juga bisa beli sendiri kan? Gue kalau ngasih hadiah annive aja gak pernah yang mewah.
"Hadiah apa? Aku gak pernah janji tuh," protes gue
Tapi dia malah respon dengan senyum menggemaskan. Minta dicubit nih pipinya.
"Emang gak mau ngasih hadiah apa gitu? Misalnya— sun pipi hehe." kata Ginting terus ketawa.
"Itu sih mau nya kamu aja." gue sedikit sewot.
Tiba-tiba dia ngerangkul gue dan gue malah jadi duduk ke sofa lagi. Sampe pantat gue panas duduk mulu disini.
"Sini aku kiss dulu," kata dia iseng
Tapi sebelum dia mendekat, gue kabur dan kita berakhir dengan kejar-kejaran lagi.
"Ginting udah dong capek."
"Segitu aja capek, apalagi nanti." kata dia sambil menyeringai.
"Hhhh, capek ah udah. Kamu udah keringetan gitu juga." protes gue sebal.
Soalnya Ginting udah keringetan dan kaosnya mulai basah.
"Elapin dong,"
"Gak mau!"
Sekarang Ginting lagi mengatur napasnya yang terengah-engah sambil duduk di lantai. Kan gue juga jadi ikutan duduk di lantai.
Ubinnya dingin, adem banget.
"Ginting," panggil gue
Ginting gak jawab, dia cuma ngelirik gue doang. Kayak yang bete gitu.
"Hmm?" gumam Ginting
Iya sabar aja dijawab kayak gitu sama dia. Yang penting itu direspon.
"Mau es krim hehe." kata gue
Ya lagi panas, keringetan, abis lari-lari, enak banget makan es krim. Apalagi bareng Ginting. Makin leleh dah gue.
"Bilang sekali, mau apa?" kata dia tapi terdengar kayak ngeledek, dan ekspresinya bikin gue mau gigit aja.
"Mau es krim ih."
"Oh mau es krim ya? Padahal tadi aja disuruh sun pipi sama elapin aja gak mau. Hhh. Enak banget bilang mau es krim." kata Ginting sewot
Ya dianya bete gara-gara gue tolak tadi. Tapi kan makin gemes liatnya. Apalagi sambil meletin lidah dianya.
"Oh ngambek ya kamu? Okay deh aku pulang ya." canda gue, terus pura-pura mau pergi.
Ginting tiba-tiba nahan tangan gue. Terus geleng-geleng kepala, seolah larang gue pergi.
"Gak boleh,"
"Ya kamunya juga ngambek sama aku, kan mendingan aku pulang." tutur gue.
Ginting keliatan lagi mikirin sesuatu, tapi gue gak tau dia mikirin apaan.
"Sayang." panggil dia dengan tiba-tiba
Disaat bersamaan gue kangen dia manggil gue sayang.
"Hmm?"
"Kalau aku ngambek tuh, harusnya kamu bujuk, bukannya ditinggalin." balas Ginting sambil merhatiin gue dari samping.
Gue senyum, "Harus bujuknya gimana? Bisa kasih contoh?" kata gue iseng.
Tapi Gintingnya keliatan serius banget waktu mau memperagakan reka adegan, membujuk doi kalau ngambek.
Dia ngambil ancang-ancang, terus ngelirik ke gue bentar.
"Pertama, kamu duduk disamping aku."
Ginting duduk disamping gue.
"Kedua, tatap mata aku."
Ginting menatap mata gue.
Udah gak kuat gue, reka adegannya bisa segera diselesaikan tidak?
"Ketiga, tanya 'Hey, are you okay? What you wanna do?'"
"Keempat, Give me kisses like this."
Dan yang keempat ini Ginting nyium kening gue. For the first time in forever.
Kata orang, nyium kening itu penuh makna, penuh rasa, dan penuh cinta.
Gue masih diem, gak bisa kasih respon apapun. Lidah gue rasa kelu, hanya mampu menatap wajah manis Anthony Sinisuka.
"Terakhir, give me a smile. And I won't be mad anymore."
Reka adegan terakhir, Ginting melengkungkan senyuman dibibirnya.
Ah, tidak. Tolong oksigen!
☀☀☀
Tetap dukung para atlet kita yang berjuang ya!
Dan doakan saudara-saudara kita, baik di Sulawesi, di Lombok dan sekitarnya. Semoga kita bisa melewati semuanya. Jangan lupa jaga diri, hati-hati, dan berdoa kepada Tuhan ya. 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Athlete [Anthony Sinisuka Ginting]
Fanfiction#Badmintonseries Dia adalah Gintingku 2018. Related to another athlete series ©2018, oneflowerisme