Usaha Prilly kali ini gagal total. Mau sejauh apa menjauh dari makanan, kalau Tuhan mentakdirkan berjodoh, maka berjodohlah.
Sayur sup masakan Mama.
Ah, dia sama sekali tidak bisa dipaksa. Ditambah lagi aroma ayam rica-rica yang sengaja Mama masak untuk dirinya.
Oke, diet mulai besok.
Sekarang, makan apa saja yang tersedia.
"Katanya diet, ujung-ujungnya nambah juga." Sindir Mama, sambil meneguk minumannya hingga tandas.
Prilly manyun, bola matanya terputar malas. Kalau bukan karena Mama yang memaksa makan, dia lebih memilih masuk kamar dan menonton televisi.
Dia menyungut, "udah ditawarin juga. Kalau ditolak kan, nggak enak. Dosa. Nggak menghargai."
"Nah, cerdas!"
"Dih, makin gendut lo, Dek!" Bang Rey baru saja datang, mengacak rambut Prilly sejenak dan dihadiahi Prilly dengan cubitan di perut. "Sakit, Anj— eh, sakit tau, Dek!"
"Lo tuh apaan, sih, Bang!"
Mama ikut komentar, "apa, ya? Kok lo-lo-an, gini? Nggak sopan! Yang baik sama yang lebih tua!"
"Noh, mampus!" Sungut Bang Rey.
"Reynaldi ini apaan, sih?!"
Prilly tertawa.
"Mama, Prilly tuh mau diet, gara-gara diejek gendut sama anak cowok terus dianya baper. Terus ya, Ma— aduh! Sakit, Prill!" Kakinya terinjak sengaja oleh Prilly.
Sungguh. Kadang dia bosan dengan Bang Rey yang selalu sok tahu dengan kehidupannya.
"Abang tuh, kalau nggak sok tau, nggak bisa apa?!" teriaknya jengah.
Bang Rey tertawa jahat, bibirnya berkedut menyeringai. "Kagak. Hahaha."
Ngeselin.
Mama mengelus dada. Lalu merubah topik pembicaraan. Namun sebelum itu, Mama masih membasahi kerongkongannya dengan air mineral. Setelahnya berdeham sejenak, "Rey, punya temen yang namanya Faga, enggak?"
Bang Rey menghentikan aktifitas mengunyah. "Faga siapa? Nggak tuh."
"Nggak ada? Yakin?"
"Hmm."
"Fega ada, cewek. Hehe."
Mama mendengus. "Faga, cowok dia."
Prilly masih betah menelan makanannya. Sambil berkutik pada layar ponsel. Kalau ada Papa, pasti beliau marah kalau melihat anak makan di meja makan sambil bermain ponsel.
Mama berpaling menanya Prilly, "punya temen yang namanya Faga, enggak, Prill?""Hmm, nggak."
"Kok pada enggak ya? Masa temen Papa? Nelpon ke sini kemarin, Mama yang angkat. Katanya titip salam buat anaknya, yang cantik. Gitu."
"Hah?" Bang Rey sepontan. "Salah sambung. Fix, nih, salah sambung. Mama kan, nggak punya anak yang cantik!"
"GUE APA, BANG?! GUE COWOK, HAH?!"
Bang Rey mengasal, "lo cewek, tapi nggak cantik!"
Tuh kan, anjir banget mulut domba satu ini.
Mama tertawa kecil, "jadi gitu, ya? Faga-faga itu salah sambung?"
Hah?
Apa katanya? Faga?
Eh?
"Faga?"
Allahuakbar! "Dia tuh cowok anjay, yang ngerjain gue di mini market! Gimana bisa nelpon ke sini?! Ih, serius, Ma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAT ✔
FanficHIGH RANK #1 in Alpril - 26/02/19. RANK #11 in Alpril - 20/08/21 RANK #28 in Alpril - 12/09/21 RANK #21 in Alpril - 14/09/21 RANK #20 in Alpril - 18/09/21 [COMPLETE] Prilly terhenyak, merasakan Ali menggeleng saat memeluk dirinya. "Gue udah cukup ke...