A/n: Ceritanya agak berat. Udah aku target sejak awal, kalau sebenarnya aku mau taruh konflik yang lumayan berat.
Semoga kalian tetap dukung keputusan aku untuk alur cerita ini.
Aku selalu berterimakasih pada kalian yang baca, komen, dan vote cerita ini! Aku suka baca komentar kalian yang panjang-panjang begitu. Hehe. Aku selalu hargain apa yang kalian komen pada ceritaku ini.
Kalian mood boster aku!
Oh ya, aku buka sesi Q and A untuk kalian yang kepo. Terserah mau tanya apa!! Heuheu!!
***
.
.
.
.
.Di persimpangan lorong ruang ganti, Amel menarik lengan Prilly secara paksa. Memberikan sebuah gerakan, bahwa Prilly harus benar-benar menghentikan langkahnya sekarang juga, serta memberikan alasan mengapa cewek itu akhir-akhir ini mulai berubah.
Terakhir, dua hari yang lalu. Hari di mana sejak dirinya dan Prilly masuk ke sebuah ruang lab biologi, dan menemukan Ali sedang berpeluk mesra dengan junior kelas sepuluh.
Prilly menarik napasnya, tertahan sebentar, sebelum ia bercicit. "Ada apa?"
Jelas Amel bertanya, sudah dua hari Prilly hanya diam. Tidak bersuara. Hanya duduk dengan manis, mendengarkan guru yang masuk silih berganti. Tidak mau pergi ke kantin. Tidak merespon gurauan dari Ali, Damar, serta Niko.
Prilly hanya menghabiskan waktunya dengan novel romance yang selalu ia tinggalkan di bawah kolong meja.
Setelah jam olahraga berakhir baru saja, semua murid melenggang pergi, mengganti pakaian mereka dengan baju seragam putih abu-abu seperti biasanya.
Berkurang lima menit acara ganti mengganti pakaian Amel, karena menyidang Prilly sekarang ini.
"Gue nanya lo di sini, karena gue nggak ada kesempatan buat ngobrol di kelas! Sekarang lo ngomong terus terang, kenapa jiwa lo ini udah nggak menyatu sama raga lo?!"
Prilly mengangkat satu alisnya, "Maksud lo apa, sih? Nggak paham."
"Prill." Amel menegur sebentar. "Lo beda. Lo udah berubah. Lo udah nggak semangat dan seceria dulu, semenjak lo lihat Ali pelukan sama Selsha! Sadar nggak, sih, Prill?"
Prilly menyisihkan anak rambutnya yang lepek ke belakang telinga, mengembuskan napasnya singkat sebelum ia berbicara. "Gue nggak ada apa-apa. Serius."
"Bilang kalau suka Ali."
"Gue suka Ali? Kalau gue suka Ali, udah dari dulu gue sok manis di depan dia. Ngapain ngasih first impression yang jelek di depan dia." katanya, membela diri. Sedikit dia mengangkat dagunya, seolah-olah menantang.
Amel menyeringai singkat, "maling ngaku, penjara penuh! Lo kira gue bego?"
Prilly diam. Lalu mengambil langkah mundur, sebelum kakinya berbalik melanjutkan keinginannya untuk mencapai ruang ganti. "Ya, terserah! Lihat aja, gue buktiin kalau gue nggak suka Ali. Ngapain suka dia? Nggak guna."
Dan Prilly menghilang dari lorong yang panjang. Sedangkan Amel, masih memantau Prilly dari kejauhan.
***
Makan sendirian.
Makan sendirian adalah suatu hal yang tidak pernah Prilly sangka sebelumnya. Serasa dikucilkan, ter-label bahwa dirinya adalah manusia yang tak pantas untuk memiliki teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAT ✔
FanficHIGH RANK #1 in Alpril - 26/02/19. RANK #11 in Alpril - 20/08/21 RANK #28 in Alpril - 12/09/21 RANK #21 in Alpril - 14/09/21 RANK #20 in Alpril - 18/09/21 [COMPLETE] Prilly terhenyak, merasakan Ali menggeleng saat memeluk dirinya. "Gue udah cukup ke...