12: Fiksi

3.1K 398 17
                                    

"Anjir lo, Bang, sialan! Lo ngibulin gue masalah ban bocor kena paku, ya?!"

Bang Rey tertawa renyah, lalu kembali menikmati animasi Upin dan Ipin yang sudah terputar sejak tadi. Keripik kentang rasa sapi panggang yang di atas perutnya ia comot terus menerus tanpa melihat reaksi Prilly yang sudah marah-marah di sampingnya.

"Jiiaaah. Hahaha. Ahaha. Haha. Aha. Aha. Aha. Aha." Suara tawa Bang Rey pecah, ketika melihat cita-cita Fizi yang menjadi tukang sampah. "Mantul. Sekolah tinggi-tinggi, cita-cita tukang sampah! Ahahaha. Aha. Aha. Aha."

Prilly tidak bisa lagi menahan emosinya, "Abang! Lo dengerin gue nggak, sih? Lo pura-pura, kan?! Motor lo kering kerontang, Bang, kayak yang nggak abis kena air hujan! Jangan-jangan lo emang kagak berangkat!"

Bang Rey mengecilkan televisinya, lalu menengok Prilly yang melipat lengan ke depan dada. "Ya elah, cuma sehari gue bohong sama lo, kagak jemput lo. Lagian, lo bisa juga nyampe ke rumah, dengan keadaan baik-baik aja."

Eh? Ambigu.

Lalu cewek itu mengambil posisi duduk ke sebelah Bang Rey, dengan histeris dia menangis tanpa air mata. "Bang, lo mikir enggak sih, kalau Adek lo ini dianter sama Ali. Terus, diajak ke rumahnya, ditemuin sama Nyokapnya, kenalan, makan bareng, bahkan sampai dikasih pinjeman baju! Abaaang... Lo betul-betul, Bang, ya! Laknat!"

Bang Rey tertawa meledak, "Serius?"

"Gue kira lo naik grab tadi, makanya males mau keluar sampai depan pager. Mager."

"Itu Ali, Bang! Aliiiii... Lo bener-bener deh, Bang!"

Bang Rey bangkit dari kursinya, mematikan sinemanya, lalu tertawa lagi sambil mendengarkan cerita Prilly. Lalu, cowok itu berjalan sambil berteriak, "Maaa, Prilly nih, mau tutup buku, buka terop! Alias nikah mudah! Udah nemu calon mertua."

Prilly ikut bangkit, "Bang, lo apaan, sih? Bang, lo gila, sarap, benci gue sama lo!" katanya sambil manyun, lalu masuk ke dalam kamar.

***

Pernah nonton film, di mana sang perempuan ketika datang ke rumah sang laki-laki, lalu bertemu dengan Ibunya, Ibunya berujar, "Waah, kamu cewek pertama lo, yang dibawa main ke rumah. Kamu juga sering jadi bahan ceritanya anak saya."

Atau, "Sejak ketemu kamu, anak saya jadi berubah."

Ada lagi, kayak gini, "Dia itu suka senyum-senyum sendiri, kalau lagi mikirin kamu. Dia nggak pernah begini loh, sebelumnya sama cewek."

Kamu cewek pertama.

Kamu orang pertama.

Biasanya nggak pernah kayak gini.

Kamu merubah segalanya.

ANJIR. ITU HOAX.

Sebab, sebelum Prilly berpamitan untuk pulang dan masuk ke dalam mobil, Mama Ali meninggalkan sebuah pesan yang ingin Prilly rutuki dirinya sendiri.

.
.
.

Seperti kalimat, "Mama harap ini cewek terakhir pilihan kamu yang kamu bawa ke rumah, ya, Li?"

Wanjir.

Gue cewek ke berapa, yang lo bawa ke rumah, Li?

Bangkek.

Terpaksa, tadi Prilly tersenyum garing, senyum yang ingin mencairkan suasana, tapi dia malah baper dengan kalimat itu.

FAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang