Note: Part ini isinya flashback semua ya...
FLASHBACK.
Masih di kafe tempat Taehyung dan Jimin janjian setelah pesta ulang tahun Yoongi. Dengan topik yang sama mereka memikirkan cara agar bisa terlepas dari tuntutan Choi In A.
"Tak ada pilihan lain, kau hanya bisa menuruti kata-katanya." Ucap Jimin.
"Memutuskan hubungan dengan Irene Noona? Yang benar saja, mendapatkannya saja sudah begitu sulit bagiku." ucap Taehyung menolak apa yang dikatakan Jimin.
"Lalu bagaimana? Aku sangat ingin membantumu. Tapi aku tak bisa memikirkan caranya." Ucap Jimin.
Taehyung dan Jimin pun sama-sama memikirkan jalan keluar semua permasalahan ini.
"In A meminta bukti. Sangat tidak mungkin jika aku memutuskan Irene di depan In A. Aku hanya memerlukan pesan ku bersama Irene Noona. Kurasa kau bisa membantuku."
Jimin menatap Taehyung lekat-lekat. Menunggu ucapan Taehyung selanjutnya.
"Aku akan mengubah namamu di ponselku. Menggantinya dengan nama Irene Noona. Nanti aku akan mengirimi kau pesan bahwa aku ingin mengakhiri hubungan ini seolah-olah kau adalah Irene Noona. Kau mengerti?." Ucap Taehyung menjelaskan.
"Lalu bagaimana jika dia tidak percaya?." Tanya Jimin ragu.
"Aku akan meneleponmu. Dan saat ini kita membutuhkan seorang wanita yang akan berpura-pura menjadi Irene Noona."
Jimin berpikir. Mencari-cari wanita yang kira-kira bisa menolong Taehyung.
"Seulgi. Kurasa Seulgi bisa membantumu." Tidak tahu kenapa nama Seulgi terlintas di benak Jimin.
"Baiklah, nanti aku akan menghubungi Seulgi. Gomawo Jimin-ah."
"Lalu bagaimana seterusnya? Kau akan berselingkuh dengan In A?." Tanya Jimin.
"Tidak bodoh, yang benar saja. Untuk seterusnya serahkan padaku."
Jimin pun mengangguk.
DI KANTIN...
Seulgi POV.
Aku meneguk jus mangga yang baru saja ku pesan. Sambil menunggu Jimin, aku memainkan ponselku. Tak lama setelah itu, Jimin pun datang dengan wajah yang bisa dibilang ceria. Tentu saja, dia bersama Irene Eonnie tadi pagi. Apakah dia belum bisa melupakan Irene Eonnie?. Apa dia masih belum memahami arti kehadiranku di sisinya?.
"Sudah lama?." Ucapnya dan langsung duduk di sebelahku.
"Sepuluh menit mungkin." Ucapku.
"Jadi bagaimana?." Tanya Jimin.
"Kita hanya tinggal menunggu teleponnya sebentar lagi. Dia sudah memberi tahu apa saja yang akan aku katakan nanti."
"Jadi dia akan menelponmu?."
"Tidak bodoh, dia akan menelepon ke ponselmu. Lalu aku yang akan mengangkatnya."
Jimin mengangguk.
"Apakah itu akan berhasil?. Suaramu berbeda dengan Irene Noona." Ucap Jimin sedikit ragu.
"Taehyung bilang, dia tidak mengetahui bagaiman suara Irene Eonnie. Jadi itu tak masalah."
Ya, aku membantu Taehyung dalam urusannya dengan gadis yang bernama Choi In A itu. Kemarin dia meneleponku sepulang dari makan malam bersama Jimin. Dia menjelaskn semuanya dan memintaku untuk menolongnya. Awalnya aku tak mau. Karna aku tak ingin terlibat dengan masa lalu Taehyung. Tapi, Taehyung terus memohon karena menurutnya hanya aku yang bisa menolongnya. Jadi aku menurutinya.
Di satu sisi ia tak ingin kehilangan kekasihnya. Tapi di sisi lain, Taehyung tak ingin Choi In A meninggalkannya seperti 2 tahun yang lalu. Choi In A adalah sahabat Taehyung. Banyak hal yang mereka lalui bersama. Aku tak tahu banyak. Yang jelas Taehyung bilang Irene Eonnie sama pentingnya dengan In A.
Jadi kali ini, Taehyung memintaku untuk berpura-pura menjadi Irene Eonnie lewat telepon.
"Apa menurutmu ini adalah ide yang baik? Aku tak berpikir ini akan berjalan baik." Ucap Jimin lagi.
"Aku juga tak yakin awalnya. Tapi Taehyung bilang, seterusnya dia yang akan mengurus semuanya."
Jimin pun mengangguk.
Drrr...drrrtttt....
Ponsel Jimin bergetar tanda ada panggilan masuk.
Taehyung.
"Ini Taehyung." Ucapku.
"Cepat angkat. Loudspeaker."
"Noona." Ucap Taehyung.
"Hm, wae?."
"Bisakah kau katakan sekali lagi bahwa kita sudah berakhir?."
"Belum cukup kah kau menyakitiku? Kau mencampakkanku dengan alasan yang tidak jelas dan sekarang kau memintaku untuk mengatakan bahwa kita benar-benar sudah berakhir? Nappeun saekkiya. (Brengsek)
"Noona mianhae. Aku terpaksa melakukannya. Lupakan aku. Aku juga akan segera melupakanmu."
"Lakukan apapun sesukamu karena aku sudah tidak peduli."
Lalu aku memutus sambungan telepon sepihak.
"Daebak." Ucap Jimin.
"Mwoga?." Ucapku. (Apanya.)
"Aktingmu."
"Jadi kau secara tidak langsung mengatakan bahwa aku adalah pembohong yang hebat?."
"Ah Aniya. Bukan seperti itu."
"Terserah kau saja."
"Seulgi-ah, kurasa kau cocok jadi seorang aktris. Kau seharusnya sedang mengikuti audisi sekarang." Ucap Jimin sambil menyeruput jus mangga milikku.
"Ya!! Itu punyaku!." Ucapku kesal sambil meraih kembali jus manggaku.
"Mian aku haus." Ucapnya dengan wajah tak bersalah.
"Siapa suruh mengantar Irene Eonnie sampai ke kelasnya." Ucapku kesal.
Tanpa aba-aba, Jimin sedikit bergeser agar lebih dekat denganku. Aku pun reflek bergeser dengan wajah yang seperti tomat. Jimin mendekatkan wajahnya kearah ku. Dia menatapku dengan tatapan yang aku sendiri tidak mengerti maknanya.
"Kang Seulgi, kau cemburu?."
Deg.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe (Pjm)
FanfictionKita hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Tidak sengaja bertemu, tidak sengaja jatuh hati, dan tidak sengaja kau pergi. Berawal dari ketisaksengajaan yang membuatku sulit bernafas setiap kali di dekatmu. Abaikan saja aku, karena aku hanyalah jarum dian...