Galvin : Zy?
Galvin : Dah pulang?
Galvin : Gue jemput ya?
Linzy : Gak usah, mau main kerumah Laura dulu,
Galvin : Oke. Jangan lupa izin sama mamah lo! Nanti dia nyariin.
Linzy : Okayyy
"Paham dah yang udah punya doi, sekarang tiap menit kerjaannya ngecek hp mulu yak." Celetuk Laura yang sedang memasukan buku kedalam tasnya.
"Yehh sirikk aja lo jomblo!" balas Linzy sambil menjulurkan lidahnya.
"Ck, songong banget nih yang baru jadian. Pajak jadiannya mana nih?" Laura beranjak keluar kelas bersama Linzy.
Linzy memasukan hpnya kedalam saku seragam sekolahnya. "Gak ada pajak-pajakan."
"Dih pelit banget sih! gue do'ain dah biar lo gak langgeng." ucap Laura.
"Sstttt berisik lo. Eh, itu Valen ya? kok dari tadi gue gak liat dia yak? Kemana aja tuh orang?" Linzy berjalan menghampiri Valen yang sedang bersama Myra juga Richard.
"Oooyyy, lo kemana aja sih len? Dari tadi gak keliatan." Ucap Linzy sembari menepuk bahu Valen yang sedang membelakanginya.
"Gue di sekolah. Gak kemana-mana." Jawab Valen singkat.
"Ciee cieee yang baru jadian segar banget yak auranya. Hmm traktirannya mana nih mbak?" celetuk Richard sembari menyenggol-nyenggol bahu Linzy.
"Ih lo tahu dari mana? Pasti Laura deh, ember banget sih tuh orang." Ucap Linzy bete sekaligus malu.
"Zy, kalo abang gue macem-macem sama lo. Tampol aja ya! kadang dia kan suka modus-modus gitu." Celetuk Myra juga.
Linzy hanya mengangguk-ngangguk sambil tersenyum. Laura datang menghampiri mereka. "Ngapain masih di sini? Katanya mau ke rumah gue?" tanya Laura.
"Len, gue bareng lo ya?" tanya Linzy meminta persetujuan Valen dan diiyakan oleh remaja laki-laki tersebut, sedangkan Laura, Myra dan Richard pergi ke rumah Laura dengan menggunakan taksi online.
Saat perjalanan menuju parkiran, Valen tidak merespon sama sekali ketika Linzy bercerita tentang malam saat Galvin menyatakan perasaan padanya. Linzy sadar bahwa Valen tidak suka dengan topik pembicaraan tersebut tapi dia tetap bercerita.
Valen berkendara dengan tidak fokus, entah pikirannya ada dimana. "Valennnnn??!!" teriak Linzy agar Valen mendengar suaranya yang terbawa angin karena kencangnya motor tersebut melaju.
"Valennnn jangan ugal-ugalan!!" teriak Linzy lagi sambil berpegangan pada bahu pria tersebut.
"Pleasee gue takutt Valen." Ringis Linzy sambil menutup matanya.
Laju motor mulai memelan dan berhenti tepat di sebuah taman. Valen mematikan motornya. "Turun!" ucap Valen dingin.
Linzy turun dari motor tersebut dan menatap Valen dengan bingung karena sekarang dia bukan berada di rumah Laura melainkan berada di taman komplek perumahan Luara.
Valen turun dari motornya dan langsung mencengkram kedua bahu Linzy. "Kenapa? Kenapa lo terus memprovokasi gue? Hahhh?? APA MAU LO LINZYY???" ucap Valen berusaha menahan emosi.
Linzy berusaha melepaskan tangan Valen yang mencengkram bahunya begitu kencang tapi sia-sia karena dia tidak punya cukup tenaga untuk melakukannya. "Gue gak ngerti, lepasin gue Valen!! Sakitt sshh."
Valen mengguncang-guncang bahu Linzy. "Terus! Terus aja provokasi gue! Lo gak usah pura-pura bego!" ucap Valen lagi. Linzy hanya diam menatap mata Valen seolah-olah menantang remaja laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Tak Berujung [SELESAI]
Teen Fiction"Jika kalian penasaran tentang apa cerita ini, maka jawabannya kalian hanya perlu membaca isinya. Lalu apabila chapter ini telah usai kalian baca maka kalian harus seperti Linzy -- menantikan."