"Ra, lo kemaren kemana sih? padahal kemaren seru banget loh. Kemaren gue main jambak-jambakan sama Myra, terus Richard, Valen, Galvin pada main tinju-tinjuan." Cerita Linzy pada Laura yang sedang berada di salah satu tempat makan di dalam mall.
"Yehhh gue udah tau sih. udah diceritain Richard. Kemaren gue langsung balik ke rumah. Ada yang harus diurus." Ucap Laura.
"Emang ada apaan di rumah lo?"
"Ehmm, kakak gue dilamar sama cowoknya dan keluarganya juga dateng ke rumah gue." Ucap Laura yang membuat Linzy cukup terkejut.
"Ih kok bisa? Bukannya kakak lo sama pacarnya itu LDR-an Jakarta-Padang ya?" tanya Linzy dengan penasaran.
"Ya, bisa ajalah. Lagian mereka udah lama banget pacarannya. Btw, setelah selesai UN gue udah gak tinggal di Jakarta lagi Zy. Gue sama kakak gue pindah ke Padang."
"Hah? Kok mendadak banget sih, Ra? Lo bohong kan?" tanya Linzy yang tidak setuju dengan rencana kepergian Laura ke Padang.
"Bohong apa sih? lo gak percaya sama gue? Lagian ini juga gak bisa dibilang mendadak. Wacana buat pindah ke Padang tuh udah ada dari tahun lalu tapi baru bisa terlaksananya tahun ini, itu juga karena kakak gue mau nikah tahun ini."
"Hah? Mbak Vina mau nikah? Asli ya, menurut gue tuh ini semua serba mendadak. Lo bilang mau satu universitas sama gue? Lo gimana sih, Ra?"
"Nanti lo juga dapat undangan pernikahannya. Kayaknya sih bakal di adain di Padang. Zy, lo kan bisa nyusul gue ke Padang biar kita satu universitas." Laura berusaha berfikir positif.
"Emang lo mau masuk universitas mana? Lo jadi ngambil jurusan ekonomi? Btw, Valen sama Richard udah tahu?"
"Rencananya sih gue mau masuk Universitas bung hatta, ngambil jurusan ekonomi. Valen sama Richard sih belum tahu. Paling nanti gue kasih tahu lewat chat, mereka kan gak sesensitiv lo."
"Sialan lo, emang gue pantat bayi? Pake sensitiv sensitiv segala."
Linzy dan Laura menyudahi makan mereka dan memutuskan jalan-jalan berkeliling mall. Tak disangka, Linzy melihat Galvin di salah satu toko tas. Linzy pun menghampirinya.
"Zy, lo ngapain nyamperin Galvin deh? Siapa tahu dia mau beli tas buat lo sebagai kado atau apa gitu, nah kalo ketahuan lo kan jadi aneh." Bisik Laura yang berjalan di samping Linzy.
"Yeh, sok tahu lo. Gue penasaran itu bener-bener Galvin apa bukan? Setahu gue sih dia harusnya ada jam kuliah."
"Galvin?" panggil Linzy yang membuat Galvin menoleh dengan tampang terkejutnya yang tak bisa disembunyikan.
"Eh Linzy, sama siapa?" tanya Galvin aneh. Padahal jelas betul Laura ada di samping Linzy dan Galvin pun mengenal Laura.
Linzy tak menjawab dan malah balik bertanya. "Kayaknya bingung banget, mau gue rekomendasiin tas yang bagus gak? Btw, buat siapa emang? Biar gue bisa milihin yang pas gitu."
"Kalo buat mantan gue yang pas yang mana?" tanya Galvin langsung membuat Linzy dan Laura terkejut.
"Hah?"
"Bercanda Zy, hehehe. Buat teman gue, dia mau ulang tahun." Ucap Galvin lagi yang membuat raut terkejut di wajah Linzy langsung hilang.
"Teman lo orangnya kayak gimana?" tanya Linzy lagi.
"Hmm dia sih feminim, lucu gitu." ucap Galvin sembari membayangkan seseorang dengan senyum di wajahnya.
"Ehm, yang ini kayaknya bagus deh buat temen lo. Warnanya putih, dan designnya juga gak pasaran. Bagus kan, Ra?"
"Bagus kok bagus," Ucap Laura singkat karena diminta pendapatnya.
"Hmm, boleh deh. Gue juga suka." Ucap Galvin dan langsung membayarnya munuju kasir.
Linzy berbisik kepada Laura. "Ra, lo tahu gak sih? tas yang tadi gue pilihin buat temannya Galvin, itu tuh tas yang lagi gue incer."
"Dih lo ngapain milihin tas itu? Lo pasti ngarep kalo tas itu buat lo kan?" tanya Laura dengan berbisik.
"Issh, engga. Siapa yang ngarep? Gue bisa beli tas itu sendiri tanpa dibeliin Galvin."
"Zy," panggil Galvin yang telah selesai membayar.
"Eh iya, kenapa?"
"Gue balik duluan ya? masih ada urusan. Zy, Laura gue duluan." Ucap Galvin sembari melambaikan tangannya.
Setelah melihat Galvin cukup jauh, Linzy langsung menghampiri pelayan toko tas itu dan meminta warna serta design yang sama dengan yang dibeli Galvin tadi. Linzy membelinya.
><><><
Linzy, Valen, dan Richard memutuskan untuk menginap di rumah Laura pada hari sabtu. Valen dan Richard sudah mengetahui tentang rencana pindahnya Laura beserta kakaknya ke Padang. Mereka sengaja menyempatkan waktu untuk berkumpul karena hari kepindahan Laura yang semakin dekat.
Richard dan Valen sedang sibuk membakar ayam di taman belakang, sedangkan Linzy dan Laura menyiapkan minuman serta menyiapkan camilan.
"Ra, mbak Vina mana sih? dari tadi kok gue gak liat dia ya?" tanya Linzy.
"Eh gue belom bilang ya? Mbak Vina lagi ke Padang, ketemu sama keluarga besar cowoknya."
"Kok lo gak ikut?" tanya Linzy heran.
"Hmm gak lah, kan hari senin gue sekolah. lagian rumah nanti gak ada yang jaga, masa cuma pak Nanang doang (satpam yang menjaga rumah Laura)"
Linzy mengangguk-nganggukan kepalanya.
"Ehm, sebenarnya sih bokap gue juga ikut ke Padang sama istri barunya." Ucap Laura lagi.
"Kok bisa? Mbak Vina udah bisa nerima ya?" tanya Linzy yang terkejut.
"Gue gak tahu juga sih, tapi mau gimana lagi? Mbak Vina kan mau nikah, mau gak mau harus ada izin dari bokap gue dan peran bokap gue untuk keberhasilan pernikahannya Mbak Vina itu engga sedikit, Zy."
"Semoga semuanya lancar ya, Ra? Gue berharap yang terbaik buat mbak Vina." Ucap Linzy tulus.
"Iya Zy. Dah nih kita langsung ke taman belakang aja yuk!" ucap Laura yang mebawa minuman dan Linzy mengikuti di sampingnya dengan cemilan di tangan.
"Ibu-ibu dah ah bikin minum aja lama. Kebanyakan gibah nih jadi lama." Celetuk Richard dengan kipas di tangannya.
"Yee santai dong pak! Kayak udah beres aja sih bakar ayamnya?" ucap Laura.
"Udah banget laa. Nih tinggal cocol saos." Jawab Valen.
Mereka makan bersama di bawah langit malam yang gelap diterangi dengan lampu taman tetapi hanya Linzy yang sibuk bermain dengan smartphonenya.
"Zy, makan dulu! baru main hp." Tegur Laura yang tak digubris oleh Linzy.
"Aaaaa.." Valen berusaha menyuapi Linzy tapi ditolak dengan gelengan Linzy.
"Arghhh elahh. Ngapa gini sih?" Linzy menelungkupkan kepalanya berucap lirih.
"Ngapa sih lo? gak jelas banget." Ucap Richard yang melempari Linzy dengan camilan.
"Ra.." panggil Linzy dan menunjukan layar hpnya kepada Laura.
"Gila, seriously? Wah parah sih. jadi ternyata beneran buat mantannya. Kok gue kesel ya?" Laura terkejut saat melihat hp Linzy yang menunjukan history snapgram dari mantan Galvin.
Linzy menggelengkan kepalanya pelan, isyrat agar Laura berhenti berkomentar karena ada Valen disitu.
><><><
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Tak Berujung [SELESAI]
Teen Fiction"Jika kalian penasaran tentang apa cerita ini, maka jawabannya kalian hanya perlu membaca isinya. Lalu apabila chapter ini telah usai kalian baca maka kalian harus seperti Linzy -- menantikan."