"Bang!! bang bangun udah siang." Mutia adik perempuanku membangunkanku.
Aku terbangun dan melihat jam yang tergantung di dinding.
"Telat...." teriakku sambil berlari menuju kamar mandi.
Hari ini merupakan hari pertamaku sekolah setelah naik kelas XI. Aku merasa sangat cemas dan gugup apalagi aku memilih jurusan IPA yang menurutku adalah jurusan yang sulit.
Kenalkan namaku Kelvin. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Aku sudahi perkenalan tentang diriku.
Kini aku akan perkenalkan kalian pada gadis yang berhasil menggetarkan hatiku sejak setahun yang lalu tiap kali aku melihatnya. Parasnya yang ayu disertai senyuman yang sangat menawan dengan balutan jilbab yang menutupi kepalanya.
Dia memiliki suara yang sangat-sangat indah dalam melantunkan ayat-ayat Allah. Dia diciptakan seakan tanpa kekurangan dimataku. Namanya sangat tepat dengan kepribadianya, Indah.
Sesampai di sekolah aku langsung menuju mading disana telah ditempelkan kertas daftar nama siswa di kelas yang baru. Aku sangat senang mengetahui bahwa Indah akan ditempatkan sekelas denganku.
" Tidak sia-sia aku mengambil jurusan IPA." Lirihku tersenyum bahagia, memang aku mengambil jurusan IPA dengan harapan dapat sekelas dengan Indah. Akhirnya impianku tercapai juga.
Karena ini merupakan hari pertama di kelas XI kami sepakat membersihkan ruangan kelas hari ini. Aku hanya duduk di pojokan memandangi sesosok wanita yang belakangan ini tak pernah bisa pergi dari pikiranku.
"Ndah kaca itu gak akan bersih jika hanya dibersihkan dengan air." kata Suci yang tengah membersihkan kaca bersama Indah. Percakapan mereka itupun tak luput dari penglihatanku.
"Terus bagaimana?" tanya Indah meminta pendapat.
"Sebaiknya kita menggunakan pembersih kaca." jawab Suci.
"Baiklah tapi siapa yang akan pergi beli? Minimarketkan lumayan jauh dari sini." tanya Indah lagi.
"Tentu saja kamu Ndah, kan rumah kamu di daerah sini jadi kamu yang paling tau."
"Aku? Tapi bagaimana tempatnya lumayan jauh dari sini."
"Kalau begitu tunggu sebentar." Kata Suci.
Kulihat Suci setengah berlari menghampiriku lalu dia memintaku untuk mengantarkan Indah dengan motorku.
Tentu saja aku terkejut mendengar permintaan Suci tapi jujur aku merasa sangat senang. Aku tertegun beberapa saat mendengar permintaan Suci.
"Gimana bisa atau tidak? Kalau gak bisa aku minta tolong sama yang lain nih."
"Iya bisa kok." jawabku singkat
Tanpa pikir panjang Suci menarik tanganku menuju Indah yang tampak heran melihat kehadiranku.
Dia menarik tangan Suci dan menjauh dariku, dia mengatakan sesuatu pada Suci tapi aku tak dapat mendengarnya karena mereka bicara sambil berbisik.
Aku rasa dia kaberatan diantar olehku. Aku sendiri paham atas keberatannya itu, bagaimana pun Indah adalah seorang wanita yang sangat religius tentu saja dia merasa keberatan dibonceng oleh seorang pria apalagi dia belum mengenal orang tersebut dengan baik. Namun Suci terus saja mendesak sampai akhirnya Indah pun bersedia untuk diantar olehku.
Sepanjang perjalanan aku tak dapat mengucapkan sepatah kata pun karena terlalu gugup. Begitupun sebaliknya tapi aku tak tau apa alasan ia tak berbicara.
Aku sempat melihat wajahnya begitu murung dan tertunduk serta entah apa yang dibacanya yang membuat mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra.
"Apa yang sedang kamu ucapkan?" tanyaku memecah keheningan sambil menatap wajahnya dari spion.
