Hari ini adalah hari pertama kuliah. Rendi berangkat dengan terburu-buru karena takut terlambat. Setiba di kampus Rendi bertemu dengan seorang gadis cantik yang membuatnya penasaran, Rendi terus memerhatikan gadis itu dari kejauhan. Hingga hari menjelang malam Rendi tak bisa menghilangkan bayangan gadis itu dari benaknya.
Keesokan harinya Rendi menanyakan perihal gadis itu pada temannya yang kebetulan sekelas dengan gadis itu. Rendi meminta temannya mengenalkannya pada wanita cantik yang membuatnya penasaran itu. Akhirnya setelah berpikir sekian kali Rendi memberanikan diri untuk menghampiri gadis itu.
"Hai" sapa Rendi masih ragu.
Gadis itu menoleh dan tersenyum pada Rendi yang membuat Rendi ingin pingsan saat itu juga.
"Ya?" sahut gadis itu keheranan.
"Boleh kenalan gak? Nama gua Rendi." Ujar Rendi mengulurkan tangannya dan tersenyum manis.
"Oh, aku Kania. Kamu bisa manggil aku Nia." Jawab gadis bernama Nia itu dan menyambut uluran tangan Rendi.
"Aku dari fakultas teknik, kamu sebdiri?" Tanya Rendi sambil menyembunyikan kegugupan nya.
"Aku fakultas pendidikan." Jawab Nia tak lupa dengan senyuman manisnya.
Kebetulan fakultas teknik dan pendidikan bersebelahan hanya di batasi sebuah jalan yang mengarah ke gerbang kampus.
Sejak perkenalan itu Rendi dan Nia pun sering bertemu. Mereka juga sering jalan bareng untuk mengisi waktu luang atau sekedar jalan-jalan menghirup udara segar.
Suatu hari Rendi memberanikan diri menyatakan perasaanya pada Kania.
"Nia." suara Rendi terdengar lembut bahkan sayup-sayup di pendengaran Nia.
Nia menoleh ke arah Rendi yang memandang lekat pada kedua bola mata bening milik Kania. Tiba-tiba jantung Rendi berdegup kencang, ia segera menundukkan pandangan dari tatapan mata Kania.
"Nia, sebenarnya aku..." kalimat itu terhenti begitu saja.
"Kamu kenapa Ren?" Kania mencoba menyelami pikiran pemuda tampan di depannya.
Rendi memberanikan dirinya untuk menatap mata indah Kania. Tatapan Rendi yang tajam membuat Kania menundukkan kepala tak sanggup beradu pandang dengan mata milik Rendi.
"Sebenarnya aku suka sama kamu Nia. Aku udah suka sama kamu sejak pertama kali aku melihat kamu." Akhirnya Rendi berhasil mengatakan kalimat itu dengan jelas.
Kania terdiam untuk beberapa saat mendengar penuturan Rendi barusan. Sejujurnya Kania senang mendengar kata-kata itu dari Rendi, apalagi Kania juga memiliki perasaan yang sama tapi Kania bingung harus menjawab apa. Dia tau bahwa sahabatnya juga mencintai Rendi.
Di satu sisi Kania ingin menerima cinta Rendi karena dia juga memiliki rasa yang sama tapi di sisi lain Kania tak mau melukai hati sahabatnya. Kania bingung harus bagaimana, haruskah dia mengikuti kata hatinya dan melukai hati sahabatnya atau haruskah dia menyakiti hatinya demi sahabatnya sendiri?
"Nia. Kamu kenapa?" Rendi menyadarkan Kania dari kutertegunnya.
"Aku,...." Kania bingung harus menjawab apa.
"Kalau kamu gak bisa jawab sekarang gak apa-apa kok Nia." Kata Rendi memendam kekecewaannya.
"Aku juga Ren. Aku juga suka sama kamu sejak lama." Kania tak mampu membohongi dirinya sendiri.
Dia hanya mengikuti apa yang hatinya katakan dan hati Kania mengatakan bahwa dia harus menerima Rendi. Bahkan Kania sudah menyukai Rendi sejak perkenalan itu.